>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 7 5 1 9
Top 2D : 07 15 21 39 47
Cadangan 2D : 55 61 79 87 95
TOP SHIO : Kerbao Babi Anjing
COLOK BEBAS : 1 7 9
AS : 0 2 3
KOP : 4 6 8
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Ganjil
Mertuaku adalah seorang janda
dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu
mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam
rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang
putih jenjang.
Sebenarnya semenjak aku masih
pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama
dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku,
dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang
bila aku kecapaian, dia memijat punggungku.
Setelah aku kawin dengan anaknya
dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak
jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu
kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam
satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah
dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam,
dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari
bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya.
Bahkan pernah suatu kali ketika
kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan
istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan
sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku
karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya
dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan
istriku.
Suatu malam meruaku kembali
menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga,
sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa
adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir
kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku
risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.
Aku terjaga pukul 2.00 malam,
layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur
dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur
halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus
mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku
mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut
tergolek tanpa daya disebelahku..
Dengan berdebar debar kugeser
tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak
tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya. Tidak
ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih
jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan
birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan
tubuhku menghadap mertuaku.
Kutarik daster dengan perlahan
lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan
telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin,
pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati
sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang
sudah agak kendor dan masih terbungkus CD.
Tiba tiba aku dikejutkan oleh
gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya
berhenti.
Aku ketakutan, kutarik tanganku,
dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan
kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih membelakangiku,
Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu
mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.
Setelah satu menit berlalu
situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak
dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku
sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan
mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di
jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala
penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali,
apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak.
Tanpa meninggalkan kewaspadaan
mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku
untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan
remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha
belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau
tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan
kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau
begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia
tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia
menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.
Tak puas dengan buah dadanya,
tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya
yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba
tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur
tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut
mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan
disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa
dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit
diantara pahanya.
Jantungku rasanya berhenti
menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar
tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku .
Dan yang lebih mengejutkanku
adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku
dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali
memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku
menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk
mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada
penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung
keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun
mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah
memburu.
Cukup lama kumainkan susunya
sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena
pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan
pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan
lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang,
sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku,
bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya.
Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya
dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.
Kusingkap dasternya yang berada
dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya
yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus,
mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia
terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang
terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang
sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu
untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan
gerakan yang dapat membangunkan istriku.
Setelah beberapa saat tangan
kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku,
walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan
mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama
cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka
matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa
detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan
kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang
kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku
mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang
bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya.
Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi
tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.
Sejak kejadian itu, sudah sebulan
lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan
istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku
sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba
beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah
kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya.
Hari itu aku sengaja masuk kantor
separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat
tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang
ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan
luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga
tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku,
seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal
sikapku sangat kikuk dan salah tingkah.
“Tumben tumbenan mampir kesini
pada jam kantor?”
“Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah
kesana lagi sih”
Mertuaku hanya tertawa
mendengarkan jawabanku
“Ton. Ibu takut ah.. wong kamu
kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia
lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..”
“Kalau nggak ada Sri gimana
Bu..?” tanyaku lebih berani.
“Ah kamu ada ada saja, Memangnya
Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.”
“Soalnya ibunya sama cantiknya
dengan anaknya” gombalku.
“Sudahlah, kamu makan saja dulu
nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak
pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.
Aku bimbang, makan dulu atau
menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung
menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya
melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak
terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya
menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya.
Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan
kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum
akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup
lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan
nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan
kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika
jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja
membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah
sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina
merona basah itu.
Pada awalnya dia menolak dan
menutup pahanya erat erat.
“Emoh.. Ah nganggo tangan wae,
saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah
memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat
mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan
kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.
“Terus nak Ton.., Enak banget..
oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”
Mertuaku sudah merintih rintih
dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering
diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah
dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot.
Ketika kulihat mertuaku sudah
mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya, kusodorkan kontolku
kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau
mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium
bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya
dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.
Mertuaku sudah tanpa daya dalam
pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan
kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali
kulakukan.
“Enak Bu?”
“He eh, dikocok koyo ngono
tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”
“Sekedap malih Bu, taksih eco
ngaten, keri sekedik sekedik”
“Wis wis, aku wis ora tahan
meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh,
aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi
bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya
sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku
berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap,
sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat
lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika
sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan
bahkan mendekati tangisan.
Ketika rintihannya mulai mengeras
dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera
orgasme, kukocok kontolku makin cepat.
“Ton..aduh aduh.. Tempikku senut
senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku
wis metu..oohh.”
Mertuaku menjerit cukup keras dan
bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya. Tubuhnya
lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa
orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
Kucabut penisku yang basah kuyup
oleh lendirnya memekknya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak
namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya
makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.
Siang itu aku sangat puas
demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi,
ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup
lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar