>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 8 5 1 6
Top 2D : 08 15 21 36 48
Cadangan 2D : 55 61 76 85 96
TOP SHIO : Kuda Ayam Babi
COLOK BEBAS : 5 6 8
AS : 0 2 3
KOP : 4 7 9
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Dengan bibir yang terus melumat
buah dadaku serta menggigit puting susuku, jari-jari Indri mempermainkan
kelentitku. Uhh, rasanya aku tenggelam dalam samudra kenikmatan yang tak
terhingga.. Geliat-geliat tubuhku menggila disertai dengan rintihan yang
disebabkan tak mampunya aku menerima kenikmatan yang datang melanda bak topan
di lautan.
Kujambak rambut Indri hingga
menjadi awut-awutan. Dan Indri sendiri semakin kesetanan. Jari-jarinya berusaha
menembus lubang vaginaku. Aku merasakan kegatalan sekaligus kenikmatan yang
dahsyat. Bibir lubang vaginaku mengencang.., ingin ditembus tetapi malah
merapatkan pintunya. Sungguh suatu ironi yang sangat.
Pada gilirannya dilepasnya
kuluman di dadaku. Tangannya membuka lepas celana dalamku. Indri langsung
menyorongkan mukanya ke pahaku. Ke selangkanganku. Wajahnya mengendus seluruh
permukaan kemaluanku. Hidungnya menyergap aroma yang keluar dai kemaluanku. Dan
lidahnya dengan segera menemukan lubang vaginaku. Langsung menjilatinya.
Aku sendiri menjadi mabuk penuh
kenikmatan. Aku mengerang dan terus menggeliat. Kali ini aku menginginkan bibir
Indri, lidah Indri, mulut Indri seluruhnya menelan kemaluanku. Aku
angkat-angkat pantatku agar Indri dapat dengan cepat melahap semuanya. Aku
ingin Indri cepat-cepat menghilangkan kegatalan yang menerpaku.
Aku dapat merasakan daerah
vaginaku telah membasah. Cairan birahiku mengalir dengan deras sekali. Kudengar
bibir Indri yang menjadi sibuk menyedot cairan itu. Kedengaran seperti
anak-anak minum es krim dari tempatnya, menjilat-jilat, menyedot dan melahap hingga
cangkir-cangkirnya ikut termakan. Aku merasakan Indri sedang ‘memakan’
kemaluanku.
‘Indrii.., aku tidak tahann..,
oohh.., gatal sekallii.. Indrii..’.
Kudengar nafas Indri makin
memburu. Hh.., hh, hh, hh, hh, hh.. Tangannya meliar. Dia melepas sendiri
pakaiannya, dia renggut kancing celana dan menarik resluitingnya dan dengan
serta-merta dilemparkannya ke lantai celana jeansnya. Kemudian dia rengkuh kaki
kananku, ditarik dan ditungganginya. Dijepitnya kakiku di selangkangannya,
diarahkannya jari kakiku. Diarahkannya jari-jari kakiku ke lubang vaginanya,
dia desak-desakkan ke lubang vaginanya. Dia merintih, mengaduh, oohh.., hh..,
hh..
Saat akhirnya lubang itu melahap
ujung-ujung jari kakiku Indri, mulai melakukan gerak memompa. Dijadikannya
jari-jari kakiku sebagai pengganti penis lelaki. Pantatnya naik turun menarik
dan mendorong kemaluannya melahap jari-jari kakiku. Baru kali ini aku melihat
perempuan sedemikian kehausan. Indri tidak lagi mempedulikan penampilannya. Dia
tidak lagi merasa perlu menjaga penilaian orang lain terhadap dirinya.
Indri sedang dipacu oleh nafsu
birahinya yang bergolak-golak seperti kawah gunung berapi yang hendak
memuntahkan laharnya. Pantatnya yang semakin indah di mataku itu terus naik
turun bak alun samudra.., terkadang dipercepat terkadang melambat mengikuti
alir birahinya yang datangnya juga bergelombang-gelombang..
Hingga.. akhirnya dengan teriakan
bak lolong serigala betina, ‘Mbak Marinii.. ma’afin akkuu.., oohh.., oohh..,
oohh.. Maarriinii..’.
Indri meraih puncak kepuasan
birahinya. Orgasmenya. Sesudah itu ia langsung rebah ke lantai. Kulihat
keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, blusnya, rambutnya, pada tubuhku,
bahkan pada karpetku. Aku sedemikian terpana oleh birahi yang baru saja
menyerangnya.
Aku menyaksikan kepuasan tak
terhingga pada Indri. Kubiarkan dia. Nafasnya tersengal-sengal. Pelan-pelan aku
bangkit menuju dapur, pasti akan nikmat jika dalam panas Jakarta serta panasnya
permainan birahi Indri yang melelahkan ini disegarkan dengan segelas besar
orange juice dingin dari lemari esku.
Di depannya aku meminum beberapa
teguk dari gelas itu. Kemudian kuserahkan padanya. Indri dengan penuh kehausan
langsung menerima dan meminumnya hingga tandas habis. Kembali senyumannya
merebak yang selalu diiringi dengan dekik lesung di pipinya.
‘Terima kasih, Mbak Mar, ohh..
thanks bangett.. untuk segala-galanya.. untuk.., nih.., nih.., nih.., nih..,
nih.., nih..’, sekali lagi senyumnya mengembang dengan disertai gaya humor
segarnya dengan tangannya menjamah bibir, leher, dada, paha, jari-jari kaki,
jari-jari tangan dan vaginaku dengan kata-kata “nih.., nih.., nih..” itu.
Dan reaksiku sungguh tak kuduga
sendiri, rasa ketersanjunganku, rasa kenikmatan yang kuterima darinya serta
berbagai macam rasa yang tak mampu kuungkapkan mendorongku untuk kembali
memeluk Indri. Kupeluk Indri dan aku menciuminya. Indri menyambut pelukan dan
ciumanku. Kembali kami saling melumat.
‘Mbak Marini belum orgasme yaa??
Mau yaa..?’, dia berbisik ke telingaku.
‘He-eehh’, aku terlarut dan
menjawab dalam gumam.
Indri melepas pelukanku,
tangannya meraih kedua bahuku dan memandangku.
‘Mbak aku punya dildo. Persis deh
mbak. Macam-macam bentuknya. Ada yang mirip punya orang bule, ada china, ada
negro, ada coklat, putih. Nanti tinggal pilih saja. Mauu..?? OK, Mbak tunggu
ya, biar aku ambil, nanti kita pilih-pilih..’, aku tidak menjawab, malu.
Aku malu untuk berterus terang
bahwa aku sangat ingin melihat mainan ‘perempuan kesepian’ itu. Aku sendiri
malu untuk mencoba-coba beli. Pertama takut ketahuan suami dam kedua yaa..,
malulah datang ke tempat itu untuk membeli itu. Selama ini aku pecahkan saja
dengan caraku yang aman dan mudah, ketimun.
Sekitar 10 menit kemudian Indri
kembali dengan tas di tangan.
‘Nih Mbak, lihat saja. Pilih
saja..’, aku keheranan saat dia membuka tas itu.
Dia tumpahkan beberapa
benda-benda berbentuk penis. Ada yang biru, ada yang kuning, ada yang persis
penis negro, hitam lengkap dengan urat-uratnya seperti yang aku pernah tonton
di VCD.
‘Suamiku senang membawakan ini
semua untukku. Oleh-oleh, dia bilang. Mungkin dia sangat tahu aku pasti
kesepian sering ditinggalnya’.
Melihat kontol-kontol palsu
berserakan di karpet rumahku, aku geli juga. Tetapi saat aku membayangkan
bagaimana benda-benda itu bisa memberikan kenikmatan syahwatku, mukaku jadi
memerah. Rasanya birahiku naik lagi. Libidoku tergoda.
‘Indri mau nggak bantu aku masak
dulu. Nanti makan siang saja di sini yaa??’, aku mengajak Indri ke dapur.
‘Aku nggak tahan melihat dildo
Indri tadi. Aku ingin ngerasain yang item gede tadi lhoo’, Indri cekikikan mendengar
aku berbisik padanya.
‘Saya senang Mbak Mar udah mau
ngomong gitu.., hi.., hi.., hi..’.
‘Khan Indri yang ngajarin..’,
dengan wajah penuh gairah, kami saling merangkul pinggang menuju dapur.
Kami masak tumis kangkung. Ada
sepotong daging ham di chiller lemari es-ku, Indri memasak sambal goreng pedas
ala Menado.
‘Biar Mbak Marini galak’,
komentarnya.
Kami makan sepiring berdua.
Saling menyuapi. Dia mengunyah daging Menadonya kemudian mencaplok bibirku.
Daging kunyahannya berpindah ke mulutku. Demikian pula aku sebaliknya. Kami
juga minum dari satu gelas.
Waktu makan itu kami jadikan
waktu untuk terus pemanasan untuk memenuhi kehausan seksual wanita-wanita yang
sering ditinggal suaminya. Mas Adit suamiku, walaupun tidak merantau tetapi
waktuku bersamanya sangat sedikit. Saat pulang larut dari kantornya, aku sudah
demikian ngantuknya. Saat bangun pagi, dia langsung terburu-buru mandi untuk
kembali ke kantornya. Saat hari-hari Minggu atau hari libur lainnya dia
tinggalkan aku bermain golf dengan relasi-relasinya.
Suamiku akhirnya menjadi pria
yang sangat egois. Menjadi suami yang hanya berpikir bahwa kebutuhan istrinya
hanyalah harta, uang, harta, uang dan seterusnya. Bahkan saat kami sedang
melangsungkan senggama tidak jarang terputus oleh HP-nya yang berdering,
kemudian dia bangun bergegas memenuhi undangan lah, panggilan proyek lah, rapat
mendadak lah atau sejuta alasan lainnya. Dan, bahkan pada saat benar-benar ada
kesempatan yang longgar sekalipun ternyata memang dia kurang mampu memberikan
kepuasan seksual pada istrinya. Hanya dalam waktu singkat, sebelum birahiku
benar-benar hadir dan naik, dia telah muncrat-muncrat. Kontolnya langsung
lemas. Saat birahiku datang merambati nafsu libidoku, Mas Adit sudah tidur
ngorok di sampingku.
Sesaat setelah habis makan siang
itu, bibirku dan bibir Indri langsung saling melumat. Tangan Indri langsung
merogoh blusku. Dipeluknya tubuhku. Didorongnya aku bersandar ke dinding. Kali
ini lumatan bibir Indri sungguh sangat nikmat. Lidahnya yang merasuki rongga
mulutku meruyak, menjilati lidahku dan disusul dengan bibirnya yang menyedot
ludahku.
Tanganku juga terbawa aktif.
Kupeluk tubuhnya, aroma parfum Indri yang pasti mahal harganya, merangsang
hidungku dan mengkatrol nafsu birahiku. Pelan-pelan aku menuntun pelukannya ke
peraduan, ke ranjangku. Kemudian kami bergulingan di ranjang empuk itu. Baru
kali ini aku gunakan ranjang pengantinku ini untuk berasyik masyuk bukan dengan
suamiku atau dengan lelaki, tetapi dengan Indri yang sama-sama sebagai
perempuan bersuami.
Aku dan Indri saling melepas
pakaian. Aku buka celana jeansnya, dia buka rokku, aku tarik T-shirtnya, dia
buka blusku, aku tarik celana dalamnya dia tarik pula celana dalamku. Begitu
kami telah sama-sama berbugil ria, Indri langsung merangsek selangkanganku.
Bibirnya mencari-cari vaginaku. Dan aku sendiri juga ingin mencoba kemaluan
Indri.
Aku yang cukup berpengalaman
selingkuh, mencuri kesempatan bercumbu dengan lelaki lain yang bukan suamiku,
tidak begitu sulit beradaptasi. Kuraih paha Indri yang ‘getas’ itu. Aku
dekatkan wajahku ke arah selangkangannya pula, kami ber-69. Indri asyik
mengenyot vaginaku dan sebaliknya aku menjilati klitorisnya dan kemudian juga mengenyot
kemaluannya. Aroma selangkangan Indri yang penuh wewangian sangat berbeda
dengan aroma lelaki yang menebarkan aroma alami. Daya rangsang aroma Indri
secara lembut dan halus meruntuhkan kesadaranku. Pelan tetapi pasti aku
menenggelamkan diri dalam gairah birahi yang hebat. Aku mulai
menggosok-gosokkan kemaluanku dan menekankan pada bibir Indri, demikian pula
Indri padaku.
Kami saling melumat memek lawan
cumbunya. Saat desakan hawa nafsu kami tak lagi terbendung, Indri berbisik,
‘Mbak Mar, kamu nungging yaa’, yang langsung kupenuhi. Aku ingin tahu
kenikmatan macam apa yang akan diberikan oleh Indri padaku. Kurasakan wajahnya
dibenamkan ke pantatku. Lidahnya menjilat tepi-tepi analku. Kemudian menusuk
lubang anal itu. woowww.. Aku jadi ingat akan seorang partner selingkuhku, yang
juga melakukan cara seperti ini.
Aku mengerang penuh nikmat.
Kuarahkan tanganku untuk menjangkau kepala Indri. Saat kudapat, kutekan kepala
itu agar lebih dalam tenggelam ke pantatku. Aku ingin lidah Indri menusuk lebih
dalam ke duburku. Tetapi hanya sesaat.
Indri kemudian bangkit
meninggalkan analku. Tangannya ganti meraih pinggulku. Kemudian kurasakan ada
sesuatu yang mendorong-dorong bibir vaginaku. Saat kulihat, kusaksikan dildo
besar hitam mencuat dari sabuk kulit yang di pakai di pinggang Indri. Kontol
palsu itu siap menembus memekku. Rupanya dildo tiruan kontol negro itu sudah
dioperasikan oleh Indri. Hatiku tersenyum geli. Selanjutnya aku pasrah..
Aku yakin Indri tahu apa yang
akan diperbuatnya. Dia meludah pada dildo tersebut dan kembali menusukkan pada
vaginaku. Aku membuka celah kemaluanku. Sedemikian inginnya aku merasakan
kontol sebesar itu memenuhi liang surgaku. Sedikit demi sedikit Indri melesakkan
dildo itu ke dalam vaginaku. Dan sedikit demi sedikit pula vaginaku menelannya.
Rasa kegatalan dan nikmat yang hebat langsung melanda kemaluanku. Aku berteriak
dan merintih..
‘Sakit mbakk ..??’, Indri
menghentikan tusukkannya.
‘Enaakk Ndrii, teruss.., enaakk..
Terusinn.. masukkin semuanyaa..’.
Akhirnya seluruh panjang dildo
yang tidak kurang dari 20 cm itu tertelan seluruhnya ke dalam kemaluanku.
Ooohh.., rasanya tidak ada celah yang tersisa.. Dinding kemaluanku mencengkeram
seluruh batang dildo itu dengan eratnya.., syaraf-syaraf peka dalam dinding itu
berinteraksi.., batang dildo itu dicengkramnya.
Indri menarik sedikit dan kembali
memasukkannyak .. dia melakukannya berulang-ulang. Dia memompa seperti lelaki
memompakan kontolnya pada wanita. Aku dibuatnya kelimpungan. Nikmat yang tak
terhingga menyergapku. Aku mendesah, merintih, meracau..
Indri yang rupanya tidak tahan
mendengar racauanku, merunduk untuk menciumi bokongku dan kemudian membenamkan
kembali hidungnya ke analku. Dia jilat analku, dia juga menyedoti lubangnya.
Dan aku semakin menggila.. Semakin.., semakin, .. semakin..
Akhirnya kuraih orgasmeku.., aku
tidak tahu lagi.., rasanya aku berguling saat orgasme itu datang.., kenikmatan
dahsyat yang menimpaku membuatku lupa diri.., aku berteriak histeris, meracau
histeris.. Caci maki dan umpatan kata-kata kotor penuh birahi keluar dari
mulutku.. Belakangan Indri mentertawakanku, dia bilang aku yang cantik, ayu dan
lembut ini bisa juga mengeluarkan kata-kata hina, seronok kasar dan kotor
seperti itu.. Dia membayangkan betapa kenikmatan telah melandaku hingga
kata-kata yang sedemikian kotor itu begitu saja meluncur dari mulut cantikku..,
begitu katanya.
Itulah awal diriku mengenal dunia
lesbian. Sejak itu aku dan Indri sering bercumbu. Saat suamiku berangkat kerja,
tak jarang permainan dilangsungkan di rumahku. Atau di rumahnya, yang rata-rata
hari-harinya dilewatkan sendirian.
Lama kelamaan aku semakin banyak
melihat perempuan yang cantik. Sesekali kami, aku dan Indri sepakat untuk
mencari partner yang ke-3. Kami ingin bercumbu bertiga. Dengan siapaa yaa..??
Kapaann yaa..??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar