>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 6 0 3 9
Top 2D : 06 13 20 39 40
Cadangan 2D : 56 60 73 89 93
TOP SHIO : Kuda Tikus Babi
COLOK BEBAS : 0 3 9
AS : 1 2 4
KOP : 5 7 8
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Ganjil
Aku punya seorang tetangga yang
tinggal di seberang rumah. Namanya Ana, dan kupanggil Ci Ana, karena ia seorang
wanita keturunan Chinese. Sebenarnya aku tidak suka pada gaya dan cara hidupnya
yang menurutku ‘ngegampangin’ apa-apa. Ia suka memandang ringan pada semua hal.
Termasuk hubungan dengan tetangga sekitarnya. Ci Ana ini sudah menikah dan
punya anak satu, Rachel namanya.
Wanita tetanggaku ini memang
orang yang bertipe mudah bergaul dan ia gampang akrab dengan siapa saja,
termasuk dengan isteriku, Rini. Kadang aku muak bila Ci Ana ini sering
memanggil orang dari kejauhan seperti memanggil seekor anjing. Tapi tidak
apalah, pikirku, mungkin udah jadi kebiasaannya. Kalo denganku, aku sengaja
tidak mau akrab. Entah kenapa. Mungkin karena aku tidak mau bergaul dengan
sembarang orang atau karena memang aku tidak suka dengan tetanggaku yang
tergolong baru pindah sekitar dua bulan yang lalu itu.
Sekitar seminggu yang lalu, saat
hendak berangkat ke kantor aku tanpa sengaja menengadah dan memperhatikan
seseorang berjalan mendekati isteriku yang akan naik mobil kami. Kebetulan saat
itu aku sudah ada dalam mobil dan hendak menginjak pedal gas. Ternyata si Ci
Ana. Kebetulan ia hendak pergi ke arah yang berlawanan. Waktu lewat, kulihat ia
mengenakan kaos hadiah dari produk cat “CATYLAC” dengan tulisan merah dan
kaosnya itu amat tipis dengan warna dasar putih. Wah.. Buah dadanya itu lho.
Tidak kusangka ia punya payudara yang besar. Kayaknya lebih besar dari punya
isteriku.
Sepanjang perjalanan ke kantor,
badanku terasa panas dingin memikirkan payudaranya itu. Oh.. andaikata aku
punya kesempatan.. aku ingin tidur dengannya.. atau paling tidak kalo dia tidak
mau, aku akan memaksanya. Aku ingin menikmati payudaranya. Orangnya memang
cantik, tinggi dan putih. Walau berkacamata, dapat kulihat wanita itu
kelihatannya memiliki gairah seks yang tinggi. Entah hanya khayalanku saja atau
memang demikian adanya. Rupanya kesempatan itu akhirnya datang juga.
Dua hari yang lalu, saat lingkungan
tempat tinggal kami sedang sepi, terjadilah hal yang tidak kusangka-sangka.
Saat aku pulang beristirahat pada sekitar pukul dua belas, seseorang wanita
memanggilku. Waktu itu aku hendak menutup dan mengunci pintu pagar.
“Win..! Sini bentar, Win.”
Ternyata Ci Ana. Kudekati dia di
pintu pagar rumahnya lalu aku bertanya padanya dengan hati dag-dig-dug tak
karuan.
“Ada apa Ci?”
Sambil membuka pintu pagar ia
menjawab, “Masuklah dulu.. ada sesuatu yang hendak aku bicarakan..”
Tanpa bertanya lebih lanjut, aku
mengikutinya masuk ke dalam rumah (tentunya setelah pagar itu aku tutup dan
kunci). Di ruang tamu, aku kemudian duduk dengan perasaan deg-degan. Sementara
ia berjalan masuk ke kamarnya. Beberapa menit kemudian ia muncul dengan membawa
sebuah kotak berukuran sedang.
“Aku mau tanya ini, Win.. kamu
‘kan pintar bahasa Inggris. Terjemahin ya, untuk aku. Kotak ini isinya kamu
lihat sendiri aja deh..” ujarnya dengan wajah bersemu merah. Entah kenapa.
Kuraih kotak dan kertas yang
berisi petunjuk tentang cara pemakaian benda di dalamnya. Kotaknya memang masih
terbungkus rapih. Saat kubuka bungkusnya, aku kaget bukan kepalang. Tidak pikir
benda apa, eh tidak tahunya itu alat kelamin pria alias penis palsu terbuat
dari semacam plastik yang dapat digerakkan sesuai dengan kemauan pemakainya.
Alat itu harus menggunakan arus listrik. Setelah kubaca petunjuknya, lalu
kujelaskan pada Ci Ana.
“Ci.. daripada Cici pakai alat
ini, mendingan pake yang aslinya aja gimana.. Maaf, Ko Teddy (nama suaminya)
‘kan pasti mau tiap malam..” jawabku sambil memandangnya.
“Wah, Win.. dia jangan diharapin
deh.. pulang malam terus.. Datang-datang pengennya tidur aja.. jadi gimana mau
melakukan hubungan intim, Win.. sementara wanita kayak aku ‘kan butuh dicukupin
juga dong kebutuhan biologisnya..” jawabnya enteng namun wajahnya masih
terlihat bersemu merah. Ia pun tertunduk setelah itu.
“Gimana kalo.. aku aja yang
mencoba memuaskan Ci Ana..?” tanyaku tiba-tiba.
Aku tidak percaya dengan suaraku
sendiri. Beraninya aku berkata begitu pada wanita tetangga yang sudah bersuami.
Bisa repot nih jadinya.
“Apa kamu bilang? Enak aja kamu
ngomong. Emang kamu mau dilemparin tetangga lain. Berselingkuh seperti itu
nggak boleh tahu..!” jawab Ci Ana dengan nada tinggi.
Baru sekarang aku melihatnya
benar-benar marah. Menyesal juga jadinya. Beberapa lama kami pun berdiam diri.
Lalu Ci Ana bangkit dari duduknya dan sepertinya ia hendak mengambilkan minum
untukku.
“Nggak usah repot-repot, Ci..
Sebentar lagi juga aku pulang..” ujarku mencoba merebut kembali hatinya.
Tidak kusangka ia malah membalas,
“Ngaco.. siapa yang mau ngambilin minum buat kamu.. aku mau minum sendiri kok..
Udah sana, pulang aja. Dan terima kasih udah terjemahin petunjuk alat itu..”
jawabnya masih dengan nada ketus.
Aku pun bangkit dari dudukku.
Namun saat aku hendak berjalan keluar, tiba-tiba muncul ide jahatku.
Dengan berjalan
berjingkat-jingkat, kuikuti ke arah mana si Ci Ana berjalan. Rupanya ia menuju
kamar tidurnya. Kebetulan jalan menuju pintu kamar, dibatasi oleh korden. Aku
pun bersembunyi dibalik korden itu. Untunglah ia tidak menutup pintu kamar itu
sama sekali. Kulihat ia membelakangiku, lalu pelan-pelan menarik kaos ketatnya
ke atas dan menurunkan celana panjangnya. Rupanya ia mau mandi.
Lalu perlahan-lahan kudekati
pintu kamar itu. Ci Ana mulai membuka BH dan celana dalamnya yang berwarna
krem. Kemudian ia meraih jubah mandinya yang tergeletak di tempat tidur.
Sebelum ia sempat menutupi tubuhnya yang telanjang, aku segera berlari dan
menubruknya. Buk..! Ia terjatuh dengan keras ke tempat tidurnya yang besar.
“Aduh..! Lepaskan..! Win.., kok
kamu belum pulang, hah..? Mau apa kamu..?” ujarnya kaget setengah mati.
“Aku mau buktikan bahwa alat
punyaku lebih hebat dari penis buatan itu, Ci..” jawabku dengan tegas.
“Nggak.. nggak mau.. nanti kalo
suamiku pulang gimana..?” tanyanya lagi dengan nada ketus.
Karena sudah berada di atas
tubuhnya yang telanjang, tanpa buang waktu lagi, aku mengangkangkan kakinya,
dan terlihatlah lubang vaginanya yang berwarna merah muda. Dengan cepat
kumasukkan jari tengahku ke dalamnya. Ci Ana perlahan-lahan mengendurkan
perlawanannya. Dari tadi ia terus mendorongku supaya aku segera terjatuh dari
tempat tidur. Kepalanya mulai bergerak ke sana kemari. Aku langsung mengincar
buah dadanya yang besar dan padat. Putingnya kuhisap dan kujilat. Kanan dan
kiri.. kanan dan kiri.
Suara tanda ia mulai terangsang
mulai terdengar.
“Ah.. ah.. ah..” erangnya.
“Masukkan sekarang Win.. aku
sudah tidak tahan lagi.” ujarnya di tengah-tengah kenikmatan yang ia alami.
“Tapi kontolku belum tegang, Ci..
dihisap, ya..!” ujarku sambil menyodorkan senjataku ke mulutnya.
Kebetulan mulutnya sedang
terbuka. Kaget juga jadinya dia. Aku memaju mundurkan batang kemaluanku ke
dalam mulutnya. Luar biasa hisapan mulutnya. Walaupun punyaku jadi basah, namun
senjata andalanku itu langsung mengeras. Segera kutarik dari mulutnya.
Sebenarnya, Ci Ana tidak rela melepaskan senjataku dari hisapan mulutnya. Ia
mungkin ingin terus mengulumnya sampai air maniku muncrat ke dalam mulut dan
kerongkongannya.
Beberapa menit kemudian, aku
menyibak rambut kemaluannya yang tebal serta hitam. Bibir kemaluannya kusingkap
dengan perlahan. Setelah mengetahui persis letak lubang senggamanya, kuarahkan
penisku ke sana, dan dengan sekali hujaman, amblaslah penisku ke lubang surga
dunia itu. Aku terus menghujamkan senjataku. Maju-mundur-maju-mundur.., bless..
ceplak.. cepluk.. memang lain rasanya bila bersetubuh dengan wanita yang sudah
pernah melahirkan. Sepertinya penisku tidak menghadapi halangan berarti.
Sementara Ci Ana mulai bereaksi dengan menggerakkan pantatnya secara memutar.
Senjataku seperti dikocok-kocoknya dalam vaginanya.
Sudah lima belas menit, namun
pertarungan birahi kami belum juga usai. Kami pun kemudian berganti posisi. Ci
Ana sekarang dengan posisi menungging. Aku bersiap menusuknya dari belakang.
Kuarahkan senjataku ke mulut kemaluannya sekali lagi. Sementara tangan kanannya
membuka mulut vaginanya dengan lebar. Bless.. bless.. bles.., penisku masuk
dengan lancar dan pasti. Tangan kananku meraih pinggangnya, sementara tangan
kiriku memain-mainkan payudara kirinya. Tampak kepalanya menengadah setiap kali
tusukanku kuulangi. Tiba-tiba ia menjerit sambil kedua tangannya memegang
kepala ranjang dengan kuat.
“Ah.. ah.. ah.. ah..!” rupanya ia
orgasme, namun aku belum juga mencapai puncak. Memang aku lumayan perkasa kali
ini.
Beberapa menit berlalu.
Ci Ana akhirnya bilang, “Win,
kamu tiduran sok.. aku yang aktif sekarang.. biar sama-sama dong orgasmenya.”
Setelah aku berbaring, ia meraih penisku
yang amat keras dan tegak dan dihisapnya sambil jongkok di sebelah kananku. Ia
juga menjilat dan mengulum batanganku. Duh.. duh.. duh.. seperti melayang di
awan-awan aku dibuatnya.
“Wah, sebentar lagi kalau
kuteruskan bisa-bisa aku nyemprotin mani di mulutnya nih.” pikirku.
Lalu buru-buru aku menyuruhnya
duduk di atas penisku. Ia pun memegang penisku dan dengan pelan-pelan duduk di
atasnya sambil mengarahkan ke bibir vaginanya. Dan.. bles.. jeb.. bless.. jeb!
Kulihat penisku seperti tenggelam dalam vaginanya. Aku hanya dapat merem melek
jadinya. Ci Ana terus saja bergerak ke sana kemari. Naik-turun, kanan-kiri dan
setelah beberapa saat ia melakukannya, aku merasakan ada sesuatu yang akan
meledak dalam tubuhku. Segera saja aku bangkit sambil memeluk tubuhnya yang
masih ada di atas selangkanganku.
“Ah.. ah.. ah.. ah.. crot..!
Crot! Crot! Crot..! Crot..!” sebanyak sembilan kali semprotan maniku masuk ke
dalam vaginanya.
Sesudah itu kami tiduran karena
kelelahan. Ci Ana masih memeluk tubuhku.
“Win, aku sebenarnya sudah lama
ingin berhubungan intim denganmu.. aku tahu kau punya senjata yang hebat. Jauh
lebih hebat dari suamiku yang loyo. Cuma aku belum mendapatkan kesempatan untuk
itu. Makanya aku pancing kau dengan alat penis buatan itu. Jadi jangan marah
ya. Tadi aku bersuara ketus seolah-olah menolak kamu hanya permainan saja. Aku
mau tahu seberapa tahan kamu melihat tubuh wanita sepertiku. Makanya aku tadi
tidak menutup pintu kamar. Karena kutahu pasti kamu belum pulang dan kamu tidak
akan pulang sebelum kamu bisa menaklukkanku..” ujarnya tiba-tiba sambil
tangannya membelai pelan penis kebanggaanku yang sudah mulai mengecil.
Tidak kusangka ia mengatakan itu.
Memang benar dugaanku. Ternyata Ci Ana memang hiperseks. Ia mau dengan siapa
saja dan kapan saja memuaskan hasrat seksnya yang menggebu-gebu. Duh gusti,
enaknya punya tetangga seperti dia. Oh ya pembaca, bagi Anda yang berjenis
kelamin wanita, baik itu ibu-ibu maupun gadis muda alias ABG yang suka nge-sex
dan ingin mencoba penis andalanku, silakan menghubungi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar