>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 3 9 1 5
Top 2D : 03 15 21 39 43
Cadangan 2D : 51 69 71 85 93
TOP SHIO : Kerbao Naga Ular
COLOK BEBAS : 1 3 5
AS : 0 2 4
KOP : 6 7 8
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Ganjil
Aku lulus SMA tahun 1996, setelah lulus aku langsung meneruskan
studiku di New York. Di sana aku tinggal di sebuah apartemen milik saudara
jauhku, di sana aku tinggal bersama seorang temanku yang dari Jakarta juga,
jadi biaya tinggal bisa dibagi dua supaya irit. Sebenarnya aku datang ke sini
bersama dengan pacarku, Widya, tapi dia tinggal di apartemen lain bersama
temannya yang wanita juga, karena orang tua tidak setuju kami yang masih
pacaran tinggal dalam satu rumah.
Tapi kadang jika ada kesempatan kami sering diam-diam melakukan
hubungan kelamin, terutama bila roomate masing-masing tidak ada. Aku jadian
dengannya sudah sejak kelas 3 SMA, dan mulai berhubungan badan sejak di sini.
Dia seorang yang berparas cantik bagaikan artis-artis Asia Timur, berkulit
putih bersih, tingginya sekitar 165 cm, badan langsing dan padat, rambutnya
lurus panjang sedada dicat kemerahan.
Kami melewati hari-hari kuliah dan kehidupan muda-mudi di sana
dengan gembira sampai akhir tahun 1998 yang lalu. Saat itu di sana sudah mulai
suasana Natal, teman-temanku banyak yang sudah pulang termasuk roomate-ku, aku
dan Widya pun sudah bersiap-siap akan pulang liburan juga. Tapi karena
kehabisan tiket pesawat ke Indonesia kami berdua terpaksa menunggu seminggu
kemudian. Roomate-ku pulang paling awal karena kebetulan ibunya sakit. Setelah
dia pergi sambil menunggu tanggal kepulangan kami, Widya sering ke apartemenku
bahkan menginap di sini, saat itu temannya juga sudah pulang.
Beberapa hari sebelum pulang. Aku dan Widya pulang dari taman
hiburan pada larut malam, kami sampai di apartemenku kira-kira jam 10 malam.
Saat itu daerah di sekitar sana sudah sepi, aku masuk dan membuka pintu. Kami
begitu terkejut ketika kulihat ruang tamu sudah berantakan seperti habis ada
pencuri, dan kudengar suara gaduh di kamarku. Segera aku ke sana dengan membawa
pisau dapur untuk memeriksanya. Pintu kamar kudobrak tapi belum sempat aku
mengetahui apa-apa kepalaku sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.
Aku tidak tahu apa-apa selanjutnya sampai aku merasa tubuhku
digoncang-goncang seseorang, aku tersadar dan menemukan diriku sudah dalam
keadaan terikat di sebuah kursi dan mulutku disumpal kain sehingga tidak bisa
bersuara. Aku melihat seorang pria negro di depanku yang menyuruhku bangun,
orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya plontos. Dan satu orang lagi juga
negro berbadan agak gemuk. Yang membuatku panas adalah si negro gendut itu
sedang duduk di pinggir ranjangku sambil memangku Widya yang saat itu tinggal
memakai BH dan celana dalamnya saja.
Widya menangis minta dilepaskan. Tapi si gendut itu tidak
menghiraukannya, dia meremas-remas payudara Widya yang masih terbungkus BH itu,
menjilati lehernya, lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan
lehermu, nurut saja kalau mau selamat!”. Dan si botak berkata kepadaku, “Hei,
sudah bangun ya, pacarmu boleh juga, kami pinjam dia sebentar ya, baru pergi”,
dia berkata begitu sambil menepuk-nepuk pipiku, aku mau berontak tapi tak bisa
apa-apa. Lalu dia mendekati Widya dan berkata, “Ok, sayang, ini waktunya pesta,
ayo kita bersenang-senang!” Dia menyuruh Widya berlutut di depannya dan
menyuruhnya membukakan celananya lalu mengulum batang kemaluannya.
Sambil menangis Widya memohon belas kasih, “Jangan.. tolong
jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!” belum selesai berkata
tiba-tiba, “Pllaakk..” si botak menampar pipinya dan menjambak rambutnya,
dengan paksa Widya dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut kamu,
hisap atau saya bunuh kamu!” Terpaksa dengan putus asa Widya membuka celananya
dan begitu dia menurunkan celana dalamnya tampaklah benda hitam panjang
berwarna hitam, tanpa buang waktu si botak segera memasukkan benda itu ke mulut
Widya, batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar,
dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Widya.
Temannya yang gendut juga tidak tinggal diam, setelah dia
melepas semua pakaiannya dia berdiri di samping Widya, menyuruh Widya
mengocokkan batang kemaluannya dengan tangan, batang kemaluan si gendut tidak
sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang
Widya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan si botak dan tangan
kanannya mengocok batang kemaluan si gendut.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis Asia, lain dari yang
lain”, kata si botak.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih”, timpal
yang gendut. Si botak akhirnya ejakulasi di mulut Widya, cairan putih kental
memenuhi mulut Widya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap
darah, dan Widya terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka. Setelah
itu mereka melepas BH dan CD Widya sehingga dia benar-benar telanjang bulat
sekarang, tampaklah payudara 34B-nya dan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.
Kali ini si gendut duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Widya
berjongkok di depannya sambil memijati batang kemaluan dengan payudaranya.
Widya terpaksa menggesek-gesekkan payudaranya di kemaluan itu sambil menjilati
ujung batang kemaluannya sehingga si gendut mendengus keenakan. Sementara itu
si botak berbaring di bawah kemaluan Widya dan menjilati liang kemaluannya
sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.
sekitar 10 menit dikocok, si gendut memuncratkan maninya dan
membasahi wajah serta payudara Widya. Kali ini dia sudah tak tahan dengan rasa
cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu si gendut jadi gusar, dia
lalu menjambak rambut Widya dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang,
“Pelacur, kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku.. kalo sekali lagi
begitu kurontokkan gigimu, dengar itu!” bentaknya. Kemarahanku bangkit karena
pacarku diperlakukan begitu, aku meronta-ronta di kursiku tapi ikatannya
terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksiku si gendut berkata, “Kenapa? Kamu tidak terima ya pacarmu kami
pinjam, tapi sayang sekarang kamu nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan
macem-macem ya, ha.. ha.. ha..!”
Mereka kembali menggerayangi tubuh Widya, kali ini si gendut
membuka lebar pahanya dan memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan
Widya. Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke
liang kemaluan Widya yang masih sempit, sehingga dari wajah Widya terlihat dia
menahan sakit yang amat sangat. Sementara itu si botak dengan ganasnya beradu
lidah dengan Widya sambil tangannya turut bekerja memilin-milin putingnya. Si
gendut memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Selama beberapa menit digenjot
akhirnya badan Widya menegang sampai secara refleks dia memeluk si botak yang
sedang menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme sampai akhirnya melemas
kembali.
“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria Negro,
gimana rasanya enak tidak, jawaabb..!” bentak si gendut sambil menarik
rambutnya.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air
mata dia menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali!”
“Jawab lebih keras supaya pacar loe dengar pengakuan loe!” kata
si botak
“Iya, saya suka sekali bercinta dengan kalian”, jawabnya dengan
lebih keras
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata pacarmu, dia suka pada kami,
ha.. ha.. ha..!” ejek mereka padaku.
Hatiku benar-benar serasa mau meledak tapi aku tidak bisa
apa-apa. Kemudian si botak membuat posisi badan Widya gaya posisi anjing, dia
memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya hingga
terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh
tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Widya hingga membuatnya
tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelakak disertai teriakan
panjang, “Aaahh..! Stoop, kumohon jangan!” Mereka berdua malah tertawa-tawa
menyaksikan hal itu. Si gendut menimpali, “Sstt, tenang sayang, jangan terlalu
ribut, kalo ada orang masuk kalian berdua celaka nanti!” Sekarang Widya sedang
menghisap kemaluan si gendut sementara si botak menggenjotnya dari belakang.
Payudaranya yang bergantung itu juga dimainkan oleh mereka
berdua. Tidak lama si botak ejakulasi karena terlalu sempit. Dari mulut Widya
yang dipenuhi batang kemaluan yang besar itu hanya terdengar, “Emhh.. emhh..
emmhh!” Mereka berganti posisi lagi, kali ini si botak memangku Widya dengan
membelakanginya dan menancapkan batang kemaluannya ke liang kemaluan Widya. Dia
menggerakkan pantatnya naik turun, dan Widya pun tanpa terasa, turut mengikuti
irama gerak si gendut. Si botak mengambil sekaleng bir dari kulkas dan
menyiramkannya ke tubuh Widya lalu menjilat-jilat tubuh mulus itu. Si gendut
juga sambil bergoyang menjilati leher jenjang Widya, lidah si botak lalu
bermain dalam mulutnya sementara tangannya meremas-remas payudara kenyal padat
itu. Widya yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa menangis sambil menatap
padaku dengan ekspresi menyedihkan dan sesekali mengeluarkan suara, “Ahh..
emmhh.. ahh..”
Setelah si gendut selesai dengan gaya pangkuannya, tampaknya si
botak belum puas. Dia memiringkan tubuh Widya lalu mengangkat kaki kanan Widya
ke bahunya dan mulai melancarkan tusukan-tusukan mautnya di liang kemaluan
Widya. Dia menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit kain bantal,
wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat
iba kedua bajingan itu, si botak tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan
senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati
payudara Widya, lidahnya bermain-main di ujung putingnya.
Akhirnya Widya pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka membuang
mani mereka di tubuh mulus itu dan meratakannya hingga mengkilap. Yang lebih kejam
lagi si botak malah mengencingi tubuh yang sudah tidak berdaya lagi. Sesudah
beres-beres mereka berkata padaku, “Hei, kami kembalikan tuh pacarmu, dia
cantik tapi sayang terlalu lemah, baru segitu saja sudah pingsan, tapi kami
cukup puas juga kok sama servisnya, thank you man, bye..” Mereka pun menghilang
di kegelapan malam bersama hasil jarahannya. Kasihan sekali nasib Widya sejak
malam jahanam itu, dia sering termenung dan menangis sendirian.
Sepulangnya ke Jakarta dia juga tidak mau kembali lagi ke New
York. Terpaksa kuliahnya dilanjutkan di Indonesia saja. Memang melalui terapi
intensif, dia mulai bisa kembali bergaul seperti biasa. Tapi dia masih trauma
pada orang negro, melihat negro di film pun dia kadang merasa agak kaget.
Untung aku dan keluarganya terus memperhatikan dan masih mau menerima dia apa
adanya. Yang disayangkan adalah pelakunya belum tertangkap, dan sejak itupun
aku pindah apartemen agar tidak terlalu terpikir pada peristiwa nahas itu. Dan
memang kabarnya daerah itu memang tidak begitu aman karena lokasinya tidak jauh
dari tempat mangkalnya geng-geng dan pengangguran. Aku hanya berharap suatu
hari kedua bajingan itu tertangkap dan mendapat hukuman seberat-beratnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar