>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 4 6 7 8
Top 2D : 04 16 27 39 46
Cadangan 2D : 56 64 78 87 94
TOP SHIO : Anjing Ayam Monyet
COLOK BEBAS : 4 6 8
AS : 0 1 2
KOP : 3 5 9
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Ada cewek, anak gadis, mondok di
tetanggaku. Dia adalah saudara sepupu tetanggaku itu. Namanya Karminah, atau panggilannya
Minah. Setiap pagi dan sore dia nampak nyapu di halaman rumahnya yang kebetulan
tepat di depan rumahku.
Aku sangat ‘kesengsem’ dengan
penampilannya yang bagi mata keranjangku sangat luwes, sensual dan seksi.
Mungkin usianya sekitar 20 tahunan. Aku sangat senang memperhatikan saat dia
menyapu dan menyiram tanaman hiasnya. Gerakannya menunduk, membungkuk,
mendorong sapu, mengumpulkan sampah ke pengki, nungging untuk mengambil
dedaunan yang tak kena sapu, merapikan dan menyiram tanaman dan seterusnya.
Saat dia membungkuk aku selalu
membayangkan bokongnya yang sangat menggetarkan hatiku itu. Aku pengin banget
menciuminya. Pasti bokong macam itu nikmat banget untuk membenamkan mukaku de
dalamnya. Aku akan ciumi lubang pantatnya. Dan aku akan hirup dan jilati aroma
dan lengketan semen yang keluar darinya. Mungkin aku juga akan cocol atau
colekkan kue atau makanan kecil lainnya pada semennya sebagai saus yang sedap
dari lubang pantatnya itu sebelum kusantap.
Aku juga perhatikan punggungnya
yang sedikit bongkok udang. Punggungnya itu menyimpan kenikmatan untuk bibir
dan lidahku. Aku bisa menjilati atau mengecupi dengan sepenuh birahiku. Lidah
dan bibirku itu akan melata dan merambah pori-pori kulit punggungmya dan
merembet kesamping kanan atau kirinya kemudian sedikit kebawah menuju ketiaknya
yang sungguh membuat aku blingsatan saat dia mengangkat sapu dan pengkinya
untuk membuang sampah ke dalam tong.
Oh, Minah.., kenapa kamu
mempesonaku? Akankah kau biarkan aku menikmati dari kejauhan saja? Dan rasanya
jawabannya adalah, ya!
Aku tinggal di lingkungan yang
cukup ber-etika, moral dan budaya. Tak mudah aku berlaku sembarangan, apalagi
untuk hal-hal yang berbau seronok atau mesum. Hal macam itu sangat terasa tabu
dan amoral.
Kalau sampai terjadi pasti aku
akan terbuang dari lingkungan se-umur-umurku. Baik dari lingkungan tetangga
se-RT bahkan bisa se-RW, juga di dalam lingkungan rumahku sendiri yang isinya
komplet, ada istri, ada anak, ada ipar yang masih kuliah disamping ada yang
paling sering mengesalkan, mertua perempuanku.
Oleh karenanya, aku putuskan
sendiri, jauhilah tingkah laku mesumku. Kalau toh terpaksa, ambil saja sarung,
duduk melipat kaki di beranda dengan berkerudung dari bahu hingga mata kakimu.
Ingat berkerudung macam itu kan biasa bagi orang desa asalmu. Dan orang-orang
di sekitarmu semua tahu asal-usulmu.
Kemudian tangan kanan pegang
koran atau majalah sambil tangan kirimu mengelus-elus, memijat-pijat atau
mengocok-ocok penismu sendiri. Jangan lupa pakai kacamata rabunmu agar kamu
bisa menikmati Minah lebih tajam di pagi atau sore hari saat dia menyapu
halaman rumahnya.
Kembangkan daya khayalmu, tetapi
waspadalah jangan sampai ada orang, mungkin mertua perempuanmu yang mengesalkan
itu, yang juga diam-diam memperhatilan tingkahmu itu, karena keheranan kenapa
Mas Karyo koq selalu kerudung sarung setiap pagi dan sore. Ha, ha, ha..
Begitulah yang bisa kulakukan
untuk memuaskan syahwatku. Mungkin telah berhari-hari atau berminggu-minggu
berlalu. Aku menjadi semakin kreatif karena hampir setiap hari aku
mengembangkan daya khayal dan semakin banyak ilmu karena koran atau bacaan apa
saja tak pernah kulewatkan setiap pagi dan sore.
Tidak jarang berita, iklan atau
rubrik yang sama kubaca hingga 4 atau 5 kali. Tetapi lama kelamaan aku merasa
statis, Begitu-begitu saja setiap hari. Tak ada lagi kejutan atau sensasi yang
bisa mendongkrak syahwatku untuk meraih kwalitas kenikmatan birahi yang lebih
tinggi lagi.
Aku ingat pada saat aku menemukan
ide kerudung sarung dulu, aku bisa meraih orgasmeku hingga penisku mau
menumpahkan spermanya bergalon-galon rasanya. Waktu itu sarungku selalu basah
dan lengket sesudahnya. Dan oleh karenanya aku harus sering menjatuhkan sarungku
ke lantai basah saat mandi untuk bisa beralasan mengucek-ucek dengan detergen
saat menghilangkan cairan kentalku itu.
Tetapi kan tidak mungkin setiap
kali sarungku jatuh. Apa kata mertuaku nanti. Aku perlu melakukan inovasi untuk
menghadirkan kembali sensasi seksual dalam hal ber-onani sambil mengkhayal
menggeluti Minah dengan segala perabot tubuhnya yang demikian sensual dan
membuat aku semakin mabok setengah hidup itu.
Ternyata setiap bentuk inovasi
itu selalu ada kandungan penyimpangannya. Ya, inovasi berarti menyimpang.
Menyimpang dari rutinitas, menyimpang dari kebiasaan, menyimpang dari adat,
etika dan moral dan harus juga berani nyerempet-rempet bahaya. Artinya yang
tadinya mutlak tabu, dengan inovasi itu aku bisa tawar menawar dengan tabu itu.
Kalau tadinya sama sekali jangan,
sekarang sedikit boleh. Tentu saja dengan catatan-catatan agar yang tadinya tak
legal menjadi legal. Pokoknya disiasatilah. Dan akhirnya sesudah aku
mengerahkan segala dayaku datanglah disain inovasi itu. Ini benar-benar akan
menjadi terobosan tingkah lakuku dalam mengejar syahwat. Aku akan tetap berkaca
mata rabun dengan tangan kanan membawa koran, tetap duduk di beranda sambil
melipat kaki dengan sarung yang dikerudungkan hingga ke bahu. Dan tangan kiriku
tetap mengelusi, memijat-pijat dan mengocoki penisku. Inovasiku yang sekarang
terletak pada sarungku itu.
Aku akan menciptakan lorong
sarung, begitulah sebutannya yang paling tepat. Lorong sarung itu akan tercipta
apabila aku sedikit melonggarkan ikatan sarungku yang semula menutup mata kaki
kini kuangkat naik hingga dekat ke lututku. Atau kalau kurang berhasil aku akan
melonggarkan selonggar-longgarnya ikatan sarung lebih tinggi lagi, hingga
selangkanganku akan luas terbuka.
Aku ingin dari tempat biasa
menyapu si Minah bisa memandang lorong sarungku hingga melihat penisku. Aku
akan terus bergaya membaca koran, seakan-akan aku tidak melihat bahwa dia
sedang menyapu sambil setiap kali mengamati kemaluanku dalam lorong sarung itu.
Aku akan dengan mudah mengintip
tingkahnya dari celah lembaran koranku. Aku akan menikmati bagaimana serba
salahnya si Minah yang birahi menyala menjadi gelisah saat menyaksikan penisku
ini.
Tentu saja secara hati-hati
setiap kali aku akan, entah memperdengarkan tarikan kursiku, atau bersiul pelan
atau apalah nanti untuk menarik perhatian agar Minah mau menengok ke tempat aku
duduk ini.
Sore itu, sekitar jam 4, seperti
biasa Minah keluar dari rumahnya lengkap dengan slang air, sapu lidi dan pengkinya.
Hari ini rupanya dia juga menyirami tanaman, kulihat dia mulai dengan
mengatur-atur tanaman hiasnya, membersihkan dedaunan yang tua sebelum
menyemprotkan air yang dia ambil melalui slang dari kran air yang terpasang di
depan rumahnya.
Aku langsung pasang aksi.
Membetulkan dudukku, berkerudung dari bahu hingga ke lututku, kemudian kuambil
koran dari meja. Aku bergaya membaca, sementara mataku mencari di mana si
Minah. Ah, itu dia. Si Minah masih asyik merapikan tanaman hiasnya. Woo, dia
akan melihat penisku dari balik dedaunan tanamannya. Aku menarik meja hingga
mengeluarkan suara derit kakinya yang beradu dengan lantai. Haah, aku berhasil.
Minah mengarahkan matanya ke aku.
Pasti dia melihatku walaupun tadi kulihat baru sepintas. Dan benar, setelah
beberapa saat kutunggu Minah bergeser ke dedaunan yang lebih rimbun dengan
wajahnya yang menghadap ke arahku. Aku terus pura-pura membaca dan tanganku
mulai mengelus-elus jagoku yang berada di lorong sarungku ini.
Ah, benar, dia menyaksikan semua
ulahku. penisku kontan ngaceng banget. Inilah inovasi yang bisa memberikan
sensasi syahwat padaku. Kini aku gemetar merinding. Aku merasakan betapa
nikmatnya memperlihatkan ulah jorokku pada si Minah ini. Aku yakin pada saat
yang sama jantung Minah berdegup kencang, dan naluri birahinya terusik.
Dari balik dedaunan mungkin
sekali dia kegatalan lantas merabai puting susunya. Kalau si Minah begitu lama
berada di balik dedaunan itu aku semakin yakin bahwa dia benar-benar sedang
terperangkap keasyikan syahwatnya. Kulihat dia bergeser ke kanan atau kekiri
untuk menampakkan bahwa dia sedang bekerja. Tetapi sama sekali dia tak
melepaskan arah pandangannya ke aku.
Duh nikmatnya elusan tanganku.
Jari-jariku semakin memilin atau meijit-pijit batang maupun kepala penisku. Aku
setengah merem melek keenakkan. Darah birahiku mulai loncat ke-ubun-ubun.
Khayalanku terbang ke awang-awang kemudian turun di halaman depan rumah untuk
menyambangi Minah yang sedang menyapu. Dia diam saja saat dengan khayalku
memperosotkan celana dalamnya dan aku menciumi pantatnya.
Dia membungkuk untuk memberikan
kesempatan padaku meraih jilatan pada lubang pantatnya. Kocokkan tanganku
semakin cepat. Aku juga menjilati selangkangan dan vagina Minah. Kurasai aroma
pesing kencingnya dari bibir-bibir vaginanya.
Kutusukkan lidahku untuk
menari-nari di lubang vaginanya. Kuelus dan kupijit panjang penisku. Spemaku
akan muncrat nih.. Aku melototkan mataku ke arah Minah untuk menghayati
sedalam-dalamnya khayalanku. Ahh.. Nikmat banget. Dan..
Minaahh.. Minaahh.. Minaahh..
Karminahh.. Ahh.., akhirnya crot.. crot.. crot..
Kali ini tidak membasahi
sarungku. Spermaku langsung loncat tak tertahan membasahi bumi pertiwi.
Jatuh melengkung ke tanah sesudah
melewati kakiku, teras kecil dan pot kecil di rumahku. Aku menarik nafas
panjang. Ploonng.. Legaa.. Aku melihat Minah salah tingkah. Sejak tadi dia
belum beranjak dari rimbunan dedaunan tanaman hiasnya. Biar dia tak gelisah,
aku berdiri meninggalkan bangkuku. Aku masuk ke rumah.
Aku mengambil kopi panasku yang
telah disediakan istriku. Dengan kue dan kopi di tangan aku kembali ke beranda.
Kini acaranya tidak lagi memasang kerudung sarung. Hanya ngopi sambil baca dan
sesekali menyaksikan si Minah yang pasti sedang penasaran.
Aku akan buat dia tetap penasaran
hingga besok sore saat dia kembali nyapu dan menyiram tanaman. Aku perhatikan
kini dia menyapu tanpa konsentrasi, sebentar-sebentar menengok atau melirik ke
arah aku duduk. Hi.. Hi..
Benar, khan. Kali ini aku ngintip
dari jendela. Ah, kasihan si Minah. Kulihat dia mondar mandir sebelum waktunya
untuk nyapu, sepertinya dia men-cek tempat aku biasa duduk. Kali ini
‘bargenning position’ ada di tanganku. Aku akan keluar agak lambat dari waktu
biasanya.
Aku akan keluar nanti saat dia
menyapu hampir selesai. Sementara biar aku ngintip dulu dari jendelaku. Betapa
Minah ini memang sangat sensual. Dalam pakaian macam apapun. Juga dalam setiap
geraknya, entah jongkok, berdiri, saat menyapu, saat membetulkan ikatan
rambutnya sehingga ketiaknya nampak terbuka, entah sedang membungku untuk
mengambil sapu.
Uhh, sungguh mempesona. Aku tak
tahan lagi. penisku kembali tegang mengeras. Ah, sebaiknya aku mulai duduk saja
ke beranda. Dengan sarungku aku naik ke bangku beranda rumahku. Kuangkat
melipat kakiku ke bangku dengan tepian sarungku berhenti pada lutut sehingga
terbitlah lorong sarungku.
Pahaku nampak terbuka dan mata
Minah pasti akan langsung menatap penis di tangan-tanganku yang sibuk mengelusi
atau memijat-mijat dan kemudian akan mengocok-ocoknya saat nafsu birahiku
semakin meninggi dan memuncak.
Duh, Karminah.., kenapa kamu yang
secantik ini hanya menyapu halaman rumahmu? Bukankan lebih baik kalau kamu
duduk di pangkuanku? Bukankah aku bisa memberikan kesenangan padamu dengan
membelai payu daramu yang indah itu? Dengan menciumi bokongmu yang sangat sensual
itu? Dengan menjilati ketiakmu yang.. Pasti sangat harum itu?
Ah, Minaahh.., Karminaahh.. Sini
kamu. Biar kulepasi celana dalammu. Biar kukecup dan jilati pahamu. Biar
kuciumi kemaluanm. Vagina indahmu. Biar kuceboki dengan lidahku saat engkau
usai melepas air kencingmu. Sini, Minah.. Mas-mu ini sangat rindu kamu..
Mataku melototi Minah yang
menjadi salah tingkah. Kadang jongkok, kadang berdiri, kadang bergeser ke
rerimbuanan dedaunan tanaman hiasnya. Daann.., ah, itu kan Bu Ani isteri Pak
Durma tetangga sebelah kanan rumah Minah. Dia juga menyapu halaman rumahnya.
Ternyata Bu Ani juga sangat cantik ketika sedang menyapu.
Dan lhoo.., ituu.. Dik Karsih,
adik ipar Pak Ferdi, tetangga sebelah kiri rumah Minah. Dia juga menyapu
halamannya. Duhh.. Bodinya montok banget. Uhh.. penisku menjadi sangat gatal.
Aku sebaiknya memijat-pijat lebih keras dan mengocok lebih cepat.. Kini aku
mulai menciumi Ani yang isteri Pak Durma. Aku ingat betapa ketiaknya penuh bulu.
Ketiak wanita seusia Bu Ani yang 28 tahun itu pasti sangat harum baunya.
Dan ketika kocokkan penisku
semakin cepat ciuman dan jilatanku berpindah ke Dik Karsih yang sangat montok
itu. Kujelajahi susu dan pentil-pentilnya. Aku merambah perutnya dan cepat
turun ke vaginanya. Duh.. ‘gembul’-nya rambut kemaluan Dik Karsih. Aku cepat
benamkan wajahku ke rimba indah itu. Kuhirup udara penuh aroma syahwat di
dalamnya.
Lho, lho, lhoo.. Kenapa para
perempuan kanan kiri rumah Minah kini pada keluar menyapu bersama? Itu ada Bu
Denis, ada jeng Tatik, Bu Harsa, bu.. Dik.. Jeng.. Mbakyuu.. Siapa lagi ituu..
Dan kocokkanku kini mendekati puncaknya. Spermaku rasanya telah merambati
batang penisku dan aahh.. ampuunn.. Aku tak mampu menahannya lagi..
Spermaku kembali muncrat meloncat
tak tertahan membasahi bumi pertiwi. Seperti kemarin, jatuh melengkung ke tanah
sesudah melewati kakiku, teras kecil dan pot kecil di rumahku. Kali ini cairan
kental bening keputihan yang keluar penisku ini rasanya tak habis-habisnya.
Berkali-kali semprotan penisku
meloncati kakiku hingga aku jatuh terseok ke bangkuku. Dan dari balik mataku
yang masih setengah merem melek menanggung kenihkmatan birahiku kulihat
sama-samar Minah, jeng Tatik, Bu Harsa, Dik Karsih, Bu Denis, Bu Ani. Mereka
pada berhenti menyapu halaman rumahnya. Mereka menahan air liurnya sambil menapatap
ke arah sarungku. Duhh.. Aku jadi tersadar.
Rupanya mereka ramai-ramai
menonton ulahku. Mereka telah ber-konspirasi untuk menonton tingkah mesum-ku.
Dan samar-samar kudengar mereka tertawa cekikikan saat dengan rasa malu yang
amat sangat aku berlari kecil masuk ke rumah.
Sejak itu aku sering dengar, saat
ibu-ibu pada nge-gosip dan kebetulan aku lewat di depannya, ada saja
bisik-bisik,
“Ssstt.. Itu Mas ‘Karyo sarung’
lewat..”.
Kemudian terdengar ketawa mereka
yang cekikikan. Aku jadi obyek kelakar mereka. Aku benar-benar telah kehilangan
‘pamor’ di wilayah RT dan RW-ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar