>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 1 4 7 8
Top 2D : 01 14 27 38 41
Cadangan 2D : 54 61 78 87 94
TOP SHIO : Kuda Ayam Naga
COLOK BEBAS : 1 7 8
AS : 0 2 3
KOP : 5 6 9
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Aku benar-benar jadi ketagihan
berhubungan sex dengan wanita-wanita yang umurnya jauh lebih tua dariku.
Hubungan cintaku dengan Ibu mertuaku masih terus berlanjut sampai saat ini.
Jika aku sudah sangat rindu akan tubuh Ibu mertuaku, aku menelpon Ibu mertuaku,
kami janjian untuk bertemu di salah satu hotel, yang lokasinya dekat dengan
bandara.
Pagi pagi sekali aku berangkat,
setelah kami berjumpa, kami tumpahkan semua rasa rindu kami, sehari penuh kami
tidak keluar kamar mengejar sejuta kenikmatan.
Aku dan Ibu mertuaku benar benar
memanfaatkan waktuku yang singkat, karena sore harinya aku harus segera kembali
ke Jakarta. Saat menunggu dibandara, jika birahi ku datang, aku dan Ibu
mertuaku masuk ke toilet bandara yang cukup sepi. Langsung kusingkap roknya,
kuturunkan CDnya, kuturunkan celana dan CD ku sebatas lutut, dari belakang
langsung kutancapkan kontolku kelubang memek Ibu mertuaku, kogoyang maju mundur
pantatku dengan sangat cepat, agar secepat mungkin kami raih kenikmatan.
Mungkin aku sudah gila, aku jatuh cinta sama Ibu mertuaku sendiri.
Banyak diantara pembaca sekalian
yang bertanya tanya tentang hubungan sexku dengan Indri istriku? Dalam hubungan
sex, Indri, tidaklah sehebat ibunya, dalam bercinta istriku tidak suka dengan
gaya yang aneh aneh. Bahkan Untuk melakukan oral sex saja, Indri enggan
melakukannya, jijik, katanya.
Dalam berhubungan badan, aku dan
Indri lebih banyak mengunakan gaya konvensional dalam bercinta. Apalagi Indri
istriku termasuk wanita karier yang cukup berhasil, kadang kadang disaat aku
ingin bersetubuh istriku sering menolaknya, capek sekali, katanya.
Tapi bukan itu yang menjadi
alasan aku harus selingkuh dengan ibunya atau dengan wanita setengah baya
lainnya. Aku bangga akan istriku.
Hanya saja, dengan Indri semua
fantasi sexku tidak pernah kesampaian, terlalu monoton, Dengan Ibu mertuaku
atau dengan wanita setengah baya lainnya yang pernah kusetubuhi, aku bebas
berexpresi, dan fantasi sexualku juga bisa terpenuhi.
Dengan mereka, aku benar benar
merasakan kepuasan sexual yang luar biasa.
Sekarang aku akan melanjutkan
ceritaku, tentang hubunganku dengan Ibu Mila, setelah persetubuhan kami yang
pertama.
Saat keesokan harinya, ketika aku
sudah tiba dikantor, aku hanya senyum senyum sendiri membayangkan Ibu Mila
atasanku, orang yang begitu ditakuti dikantorku ini, akhirnya menyerah pasrah
dalam pelukanku, memohon mohon agar ladangnya segera dicangkul dan sirami oleh
air kehidupan yang begitu nikmat. Aku hanya tersenyum sendiri kalau mengingat
apa yang terjadi semalam antara aku dengan Ibu Mila.
Aku benar benar menunggu
kedatangan orang yang paling berpengaruh dikantorku, dan ingin sekali melihat
reaksi dan expresi Ibu Mila kepadaku. Setelah lewat setengah jam, Ibu mila
belum Muncul juga. Dari Yena, sekretaris Ibu Mila aku tahu, bahwa hari ini Ibu
Mila tidak masuk kantor karena kurang enak badan. Banyak teman teman yang
tersenyum lepas, karena bisa bebas bekerja tanpa perlu ada yang ditakuti.
Cuma aku yang tidak senang atas
peristiwa ini, karena aku ingin sekali melihat expresi wajah Ibu Mila. Ya
sudahlah Akupun sibuk dan larut dengan pekerjaanku. Tanpa terasa sudah jam
sepuluh pagi, tiba tiba aku dikejutkan oleh suara dering Hpku, tanda bahwa ada
pesan yang masuk. Aku lihat ternyata Ibu Mila yang mengirim pesan, segera
kubaca isi pesan tersebut.
“Pento.., kamu lumayan juga
diatas ranjang, jadi wajar, kalau Ibu mertuamu sampai hamil. Hari ini saya
nggak masuk kerja, saya tunggu kamu dirumah saya, jam satu siang. Minta izin
sama Siska bilang saja kamu sakit.
Mila.”..
Uh dasar.. Bos, Sudah jelas jelas
Ibu Mila kubuat KO di atas ranjang, masih bilang aku hanya lumayan. Tapi aku
bersyukur juga, berarti hari ini aku bisa mengentot Ibu Mila lagi. Langsung
terbayang semua kenikmatan yang akan kuperoleh dari tubuh gendut Ibu Mila.
Dengan alasan kurang enak badan,
akupun izin untuk istirahat pulang, kutelpon taksi, saat taksi sudah datang,
akupun langsung cabut dari kantorku menuju rumah Ibu Mila.
Setelah mendapat SMS dari Ibu
Mila, aku begitu penuh semangat, hari ini aku ingin membuat Ibu Mila mengemis
dan mohon ampun padaku. Cuma aku sadar, kemampuan sexku tidaklah terlalu hebat.
Nggak mungkinlah, aku bisa kuat ngentot berjam jam. Untuk menambah stamina dan
daya tahan sex ku, aku mampir ke salah satu toko yang menjual obat kuat, dari
uang yang diberikan Ibu Mila kepadaku, aku beli beberapa butir obat kuat yang
cukup ampuh. Didalam taksi langsung aku minum sebutir. Haa.. ha.. rasakan
nanti, batinku.
Jam satu kurang, aku sudah tiba
dirumah Ibu Mila, Kupencet bell dengan perasaan berdebar. Saat pintu gerbang
terbuka kulihat Agus, satpam penjaga rumah Ibu Mila membukakan pintu.
“Eh.., Bapak Pento Silahkan masuk
Pak, Ibu sudah menunggu Bapak di dalam”.
“Terima kasih Pak”, jawabku.
Akupun masuk kedalam, jauh juga
jarak dari pintu gerbang sampai kepintu rumah Ibu Mila. Kulihat Ibu Mila sudah
menunggu diteras rumahnya dan melambaikan tangannya.
“Hai, kamu datang juga.., aku
pikir kamu nggak datang”, sapa Ibu Mila.
“Aku pasti datang Bu, kalau tidak
datang, bisa-bisa rahasiaku terbongkar”, candaku.
“Ayo masuk, kamu sudah makan
siang belum? Kita makan sama sama, hari ini Ibu sudah pesankan makanan untuk
kita berdua. Spesial buat kamu dan Ibu”.
“Mmm.. ramah sekali Ibu Mila hari
ini”, batinku.
Aku dan Ibu Mila masuk kedalam
ruangan yang begitu besar, sepertinya kamar tidur Ibu Mila. Di dekat jendela
yang menghadap kearah kolam renang, aku melihat sebuah meja kecil yang sudah
ditata rapi, dengan nyala lilin dan sebotol wine, romantis sekali.
Aku dan Ibu Mila duduk
berhadapan, Ibu Mila begiti lemah lembut, kamipun makan siang bersama, dalam
suasana kamar yang begitu romantis.
“Boleh saya merokok disini Bu?”
“Silakan Pento, dulu almarhum
suami Ibu juga seorang perokok”, jawab Ibu Mila.
“Kamu mau Minum wine?”, tanya Ibu
Mila.
Kemudian Ibu Mila memberikan
segelas wine untukku, kami terus berbicara sambil menghabiskan minuman kami.
Kupeluk tubuh Ibu Mila dari
belakang saat Ibu Mila berdiri dijendela memandang keluar, Kucium dengan lembut
wajahnya, bibirnya, burungku yang menempel tepat di belahan pantat Ibu Milapun
sudah tegak berdiri, sampai sakit sekali rasanya, mungkin pengaruh obat kuat
yang sudah aku minum.
“Pento, Sebenarnya Ibu mau
mengajak kamu makan malam disuatu tempat yang romantis sekali, Cuma Ibu tahu,
kamu tidak punya banyak waktu kalau malam hari jadi Ibu ajak kamu makan siang
di sini, dikamar Ibu, dan sengaja suasananya Ibu buat seperti ini, agar tetap
terkesan romantis”
“Terima kasih Bu, Ibu baik
sekali”. Jawabku
“Kamu tahu Pen? Ini kamar tidur
Ibu dan almarhum Bapak, kamu lelaki kedua setelah almahum Bapak, yang boleh
masuk di kamar ini. Ibu sudah lama suka sama kamu, Cuma Ibu nggak yakin,
melihat gayamu yang cool, apa iya kamu mau sama Ibu?, Untung Ibu mendengar
pembicaraan kamu dan Ibu mertuamu, yah terpaksa Ibu harus mainkan siasat, untuk
mendapatkan kamu”.
“Pento kamu maukan, hari ini,
kamu bercinta dengan Ibu tanpa merasa terpaksa”.
Aku tersenyum dan kupandangi
wajah Ibu Mila, aku merasa bangga sekali, kupeluk lebih erat lagi tubuh Ibu
Mila. Tubuhku sudah panas rasanya, Ibu Mila berbalik, kami sudah saling
berhadapan. Kupandangi wajah Ibu Mila, cantik sekali, kukecup lembut bibir Ibu
Mila, kami berdua sudah saling melumat. Lama sekali kami berciuman, ditambah
lagi suasana yang begitu romantis menambah tinggi gairah kami berdua.
Kulepas pakaian yang di kenakan
Ibu Mila, kuciumi lehernya, Ibu Mila mendesah menikmati cumbuan yang aku
berikan, kubuka Bh nya, kuremas dengan lembut tetek Ibu Mila. Ciumanku terus
turun kearah buah dadanya, kujilati dan kuhisap tetek Ibu Mila, Ibu Milapun
semakin mengeliat dan semakin keras desahannya.
“Uh.. Pento.. Terus hisap
sayang.. Uhh.. Enak.. Pen.”..
setelah puas bermain main di buah
dada Ibu Mila ciumankupun turun keperutnya. Kujilati pusarnya sambil tanganku
berusaha melepas celana dalam Ibu Mila, yang merupakan penutup terakhir di tubuhnya.
Masih dalam posisi berdiri kujilati memek Ibu Mila, kuhisap semua lendir yang
keluar, dendam yang tadinya begitu mengebu gebu hilang sudah, aku begitu lembut
memperlakukan Ibu Mila.
“Ah.. pento.. nikmat sekali
sayang, buka pakaianmu sayang”.
Jari jemari tangan Ibu Mila
dengan lincah melepas kancing pakaianku. Satu persatu pakaian yang kukenakan
terlepas sudah. Akhirnya kami berdua sudah telanjang bulat. Dihisapnya puting
dadaku, sambil tangan Ibu Mila meremas remas kontolku yang sudah sangat tegak berdiri.
“Pento aku ingin kita
melakukannya di tempat tidur, puaskan aku sayang”.
Kami berdua berjalan menuju
kepembaringan, tangan Ibu Mila terus memegangi kontolku. Tubuhku direbahkan
diatas pembaringan, kemudian kontolku di kulum dengan lembut, nikmat sekali
kuluman Ibu Mila.
“Oh.. Pento Ibu sudah tidak tahan
lagi.. Ibu masukin ya sayang.”..
Kemudian Ibu Mila menaiki
tubuhku, digemgamnya kontolku dan diarahkan ke lubang memeknya, perlahan lahan
sekali Ibu Mila menurunkan pantatnya, mili demi mili batang kontolku masuk
meluncur ke lubang memek Ibu Mila yang sangat basah sekali.
“Ahh.”., rintih kami berdua, saat
kontolku masuk semua terbenam didalam lubang memek Ibu Mila.
Aku lihat Ibu Mila memejamkan
mata dan mengigit bibirnya menikmati sensasi yang begitu indah. Ibu Mila
mengangkat pantatnya dengan perlahan sekali, menikmati gesekan batang kontolku
dengan dinding memeknya, kemudian diturunkan kembali dengan sangat perlahan.
semakin lama goyangan naik turun pantat Ibu Mila semakin cepat.
“Akkhh.. Pento.. ampun.. enak
sekali sayang.. kontolmu enak sekali sayang”.
Ibu Mila terus menjerit mendesah
berteriak menikmati sensasi nikmat dari pertemuan batang kontolku dengan lubang
memeknya. Kontolku yang begitu tegak perkasa terus menerus menerima gesekan
demi gesekan dari lubang memek Ibu Mila.
“Iya.. Bu, aku juga nikmat goyang
terus Bu”.
Kuremas tetek Ibu Mila, aku
angkat badanku kuhisap teteknya, goyangan pinggul Ibu Mila makin menggila dan
terkendali.
Jujur saja, kalau bukan karena
pengaruh obat kuat yang aku minum, Mungkin aku sudah ejakulasi, dan sudah tidak
sanggup lagi bertahan mengimbangi goyangan pantat Ibu Mila yang begitu liar.
“Oh.. Pento.. Ibu.. sudah nggak
sanggup lagi.., Ibu mau keluuarr”.
“Ayo.. Bu.. keluarin semuanya
Bu.. Nikmatin.. Bu.”..
Kuhisap dengan kuat tetek Ibu
Mila, dan Ibu Milapun makin mempercepat goyangan pinggulnya menanti saat saat
datangnya orgasme.
“Pentoo.. Arrgghh.”., jerit Ibu
Mila, memek Ibu Mila dengan kuat mencengkram batang kontolku.
Sungguh menyesal aku meminum obat
kuat, padahal saat seperti inilah, saat yang paling nikmat untuk secara
bersamaan melepaskan orgame yang sudah tertahan. Namun kalau aku tidak
meminumnya, aku juga tidak tahu apakah aku sanggup bertahan dari serangan dan
goyangan pantat Ibu Mila.
Dipeluknya aku dengan erat
sekali.
“Hu.. hu.. hu.”., Ibu Mila
menangis.
Aku peluk tubuh nya dengan erat.
Kurebahkan badanku, Ibu Mila ikut rebah sambil terus memelukku. Kubiarkan Ibu
Mila menikmati orgasmenya.
Kukecup kening Ibu Mila, ku belai
rambutnya dengan penuh kasih sayang, sementara kontolku masih terus terbenam di
dalam lubang memek Ibu Mila.
“Enak sayang”, Tanyaku
“Enak sekali Pen, dasyat sekali
rasanya” jawab Ibu Mila lirih.
“Kamu sudah keluar Pento?”.
“Belum Bu, tidak apa apa, yang
penting Ibu puas”, Jawabku.
“Ibu lemas sekali Pento, kasihan
kamu belum keluar”.
“Tidak apa-apa Bu, Ibu istirahat
dulu, nanti kita lanjutkan lagi, toh waktu kita masih panjang”, jawabku.
Ibu Mila mengangkat tubuhnya dan
langung menghempaskannya kembali disampingku. Kontolku masih tegak berdiri,
sama sekali belum terlihat tanda tanda hendak memuntahkan isinya. Ibu Mila
merebahkan kepalanya didadaku, kupeluk tubuh Ibu Mila, sambil kubelai belai
ramutnya. Akhirnya Ibu Milapun tertidur.
Kupandangi wajahnya, ada senyum
kepuasan disana. Seandainya saja dendamku belum hilang mungkin aku tidak peduli
apakah Ibu Mila lelah atau tidak, pasti sudah kutancapkan kembali kontolku yang
masih tegak berdiri kelubang memek Ibu Mila sampai Ia minta ampun dan memohon
mohon padaku.
Hari itu sampai jam sepuluh malam
Aku dan Ibu Mila benar benar menghabiskan waktu kami hanya untuk bersetubuh
meraih kenikmatan demi kenikmatan. Kami berdua melakukannya dengan penuh
perasaan.
Ternyata di balik ketegaran yang
diperlihatkanya dikantor, Ibu Mila tetaplah seorang wanita yang butuh perhatian
dan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar