>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 2 6 8 3
Top 2D : 02 13 26 38 42
Cadangan 2D : 58 62 76 83 92
TOP SHIO : Kerbao Anjing Tikus
COLOK BEBAS : 2 6 8
AS : 0 1 4
KOP : 5 7 9
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Kecil / Ganjil
Muda Membutuhkan Nafkah Batin.
Aku bekerja di sebuah perusahaan cukup terkenal di Surabaya kota yg ramai, dan
saya tinggal (kost) di daerah perkampungan yg dekat dengan kantor cewek-cewek
yg sering lewat di depan kost. Di sebelah kostku ada sebuah warung kecil tapi
lengkap, lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun,
sandal, gula, lombok, roti, permen, dan sebagainya itu ada semua.
Aku sudah berlangganan dengan
warung sebelah. Aku bila tdk membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku
sudah tdk sungkan-sungkan untuk hutang.
Warung itu milik Ibu Lis (tapi
aku memanggilnya Tante Lis), seorang janda cerai beranak satu yg tahun ini baru
masuk TK nol kecil. Warung Tante Lis buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus
tutupnya juga sekitar jam 9 malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Lis sendiri
dan keponakannya yg SMA, Bima namanya.
Seperti biasanya, sepulang kantor
aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol
bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng,
tapi rasanya ada yg kurang.., aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9
kurang 10 menit (malam), Aku keluar Rumah menuju warung Tante Lis ,aku jadi ragu,
apa warung Tante Lis masih buka yah.., aku ingin membeli rokok. Oh, ternyata
warung Tante Lis belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yg jualan”, batinku.
“Tante.., Tante.., Dik Bima..,
Dik Bima”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini,
Ah kucoba panggil sekali lagi,
“Permisi.., Tante Lis?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara
dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.
Yg keluar ternyata Tante Lis,
Tubuhnya hanya menggunakan handuk yg dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa
sambil mengucek-ngucek rambutnya yg kelihatannya baru selesai mandi juga habis
keramas.
“Oh.., maaf Tante, Saya mau
mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Bima mana?
“O.., Bima sedang dibawa ama
kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Dani Tante pake’ pakaian
kayak gini.. baru habis mandi sich”.
“Tdk apa-apa kok Tante, sekilas
mataku melihat bagian tubuh yg lain Tante Lis yg tdk terbungkus handuk..,
kulitnya putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat
sebagian besar tubuh Tante Lis, soalnya biasanya Tante Lis selalu pakai baju
kebaya. Dan lagi dengan hanya handuk yg dililitkan di atas dadanya berarti
Tante Lis tdk memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
“Malam gini kok belum tutup
Warungnya Tante..?”
“Iya Mas Dani, sekarang ini mau
saya tutup, tapi permisi dulu ya, saya mau ganti’ pakaian dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante,
sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup
warung dengan rangkaian papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Dani “ kata
Tante Lis.., “sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, Dan aku
pulang lewat pintu.belakang warung
“Trimakasih lho Mas Dani..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.
Saat aku dan Tante Lis berpapasan
di antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup
di dadanya terlepas, dan Tante Lis terlihat hanya mengenakan celana dalam merah
muda saja. Tante Lis menjerit sambil secara reflek memelukku.
“Mas Dani.., tolong ambil handuk
yg jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam.
Aku jongkok mengambil handuk
tante yg jatuh, saat tanganku mengambil handuk, di depanku persis ada
pemandangan yg sangat indah, celana dalam merah muda, dengan background hitam
rambut-rambut halus di sekitar memeknya yg tercium harum. Kemudian aku
cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yg jatuh tadi.
Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yg sudah bangun
sejak tadi menyentuh tante.
“Mas Dani.., burungnya bangun
ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu
Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini bau parfumnya harum lagi, jadi nafsu
dan terangsang Tante..”.
“Ah tdk apa-apa kok Mas Dani itu
wajar.,berarti mas Dani laki-laki normal.”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Dani
kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mo’ nikah harus
siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tdk bertanggung
jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda.
Begini tdk enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yg lebih menyiksa Mas Dani..
kebutuhan batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana
caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan
saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan..,
andaikan.., aku diijinkan olehnya ,biar memenuhi kebutuhan batin Tante Lis..,
ough.., pikiranku tambah usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah
berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
“Mas Dani burungnya masih bangun
ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, di luar
dugaanku, tiba-tiba tangan Tante Lis meraba burungku.
“Wow besar juga burungmu, Mas
Dani.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong
sambil terus diraba dielus turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yg sudah
lama tdk pernah kurasakan.
“Mas.., boleh dong Tante
ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Lis sudah
menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yg tertinggal plus kaos
oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini
Mas..?”.
“Iya emang kalau burungku lagi
bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tdk tahu persis
berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante
Lis.
“Wah.., Tante yakin, yg nanti
jadi istri Mas Dani pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Dani..”, kata tante
sambil terus mengocok burungku.
Oughh.., nikmat sekali dikocok
tante dengan tangannya yg halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah
nikmat, tanpa aku tahu, Tante Lis sudah melepaskan lagi handuk yg kulilitkan
tadi, dan burungku ditempelkan di belahan dadanya ternyata sudah
digosok-gosokan diantara buah dadanya yg tdk terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante..,
ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini
tante memasukkan burungku ke bibirnya yg kecil, dengan lahapnya dia
keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough..,
seperti Tante Lis merasakan cairan encer maniku ,Asin rasanya Aku seperti
terbang rasanya.
Kadang-kadang juga dia sedot
habis buah salak yg dua itu.., ough.., sesshh.
Aku kaget, tiba-tiba tante
menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku ditariknya sambil berjalan ke
meja dagangan yg ada di sudut, Tante Lis naik keatas meja sambil nungging di
atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.
“Mas Dani.., berbuatlah
sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.
Tanpa basa-basi lagi aku tarik
celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, memek dengan bulu
halus yg tdk terlalu banyak. Aku jadi tdk percaya kalau Tante Lis sudah punya
anak, aku langsung saja mejilat memeknya, harum, dan ada lendir asin yg begitu
banyak keluar dari memeknya. Aku lahap rakus memek tante, aku mainkan lidahku
di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang memeknya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante
sambil memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku
semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam
memeknya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Lis membalikkan
badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Mas Dani.., Tante sudah tdk
tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas
Dani.., burung Mas Dani kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tdk
dengar komentar Tante Lis soal burungku, aku melihat pemandangan demikian
menantang, memek dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin
demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir memeknya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan..,
teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di memeknya, sempit sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tdk apa-apa Mas.., terus saja..,
soalnya sudah lama sich Tante tdk ginian.., ntar juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi
sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Lis sudah seperti cacing
kepanasan gelepar ke sana ke mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas..,
nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.
Begitu juga aku.., walaupun
burungku masuk ke memeknya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa..,
berdenyut nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini
burungku sudah amblas dimakan memek Tante Lis. Keringat mulai membasahi badanku
dan badan Tante Lis. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.
“Oughh Mas.., ough.., luar
biasa.., oughh.., Mas Dani..”, katanya sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yg namanya
orgasme.., ough..”, burungku tetap di memek Tante Lis.
“Mas Dani sudah mau keluar
ya..?k0ntolnya rasanya menggembung ”. Aku menggeleng.
Ternyata kurasakan geli amat
sangat tersa keluar mani encer creet,..” Enak geli rasanya , cairan Mas Dani “
kata Tante Lis .Kemudian Tante Lis telentang kembali, aku seperti kesetanan
menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yg bergelantungan
bergoyang-goyang karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yg coklat
kemerahan. Tante Lis semakin mendesah,
“Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante
Lis memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”,
kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi
denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya.
Ach rasanya aku sudah mau keluar,
sambil terus menggoyang kutanya Tante Lis.
OughhMas …aku keluar lagi..
“Tante.., Aku keluarin dimana
Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante
Lis. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, terasa
menggembung membesar didalam memek Tante Lis ada sesuatu yg akan dimuntahkan
oleh burungku.
Uhghhh, cruutt… . ada kenikmatan
yg sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam memek Tante Lis
sampai tuntas, dan aku masih tak berhenti memompa menggerakkan badanku rupanya
kali ini Tante Lis menggeliat orgasme kembali, dia gigit dadaku.
Lantas kutarik k0ntolku dari
lobang memek yg basah oleh sperma.
“Mas Dani.., Mas Dani.., hebat
Kamu Mas”.
Kulihat spermaku meleleh keluar
dari lobang memek Tante yg masih menganga, sperma kental putih itu merembet
diselakangan dan menetes kemeja.
Aku kembali kenakan celana dalam
serta sarungku. Tante Lis masih tetap telanjang telentang di atas meja.
“Mas Dani.., kalau mau beli rokok
lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tdk
apa-apa.., malah kalau tdk digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku
sambil memainkan puting dan clitorisnya yg masih nampak bengkak.
“Tante ingin Mas Dani sering
bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit.
Lalu aku pulang.., baru terasa
loyo sekali badanku, tapi itu tdk berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan
yg baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat
lewat di depan warung Tante Lis, aku di panggil tante.
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar
malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang
banyak-banyaknya, tapi mereka tdk tahu apa maksud perkataan Tante Lis tadi,
akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar