>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 7 3 9 8
Top 2D : 03 18 27 39 48
Cadangan 2D : 53 68 79 83 97
TOP SHIO : Naga Kambing Kelinci
COLOK BEBAS :3 8 7
AS : 0 1 2
KOP : 4 5 6
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Namaku Iwan (nama samaran). Aku
itu sudah kuliah semester dua di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku
tinggal masih bareng orangtua dan adikku yang masih SMP, Dina namanya (juga
samaran). Orangtuaku dua-duanya kerja. Jadi rumah sering tinggal adikku dan aku
saja, sama pembantu.
Pada waktu sore rumah sedang
kosong, orangtua sedang pergi dan kebetulan pembantu juga sedang tidak ada.
Adikku sedang pergi. Aku menyewa VCD BF XX dan X2. Aku senang sekali, karena
tidak ada gangguan pas sedang nonton.
Cerita X2 di VCD itu kebetulan
bercerita tentang seks antara adik dan kakak. Gila sekali deh adegannya.
Kupikir kok bisa ya. Eh, aku berani tidak ya melakukan itu sama adikku yang
masih SMP? tapi kan adikku masih polos sekali, kalau di film ini mah sudah jago
dan pro, pikirku dalam hati. Sedang nonton plus mikir gimana caranya melakukan
sama adikku, eh, bel berbunyi. Wah, teryata adikku, si Dina sama temannya
datang. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung kusimpan saja tuh VCD,
terus kubukakan pintu. Dina sama temannya masuk. Eh, temannya manis juga loh.
“Dari mana lo?” tanyaku.
“Dari jalan dong. Emang kayak
kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun.
“Aku juga sering jalan tau, emang
elo doang. Cuman sekarang lagi males,” kataku.
“Oh iya, Kak. Kenalin nih
temenku, namanya Anti, temen sekelasku,” katanya.
Akhirnya aku kenalan sama itu
anak. Tiba-tiba si Dina tanya, “lihat VCD Boyzone aku tidak?”
“Tau, cari saja di laci,” kataku.
Eh, dia membuka tempat aku
menaruh VCD BF. Aku langsung gelagapan.
“Eh, bukan di situ..” kataku
panik.
“Kali saja ada,” katanya.
Telat. Belum sempat kutahan dia
sudah melihat VCD XX yang covernya lumayan hot itu, kalau yang X2 sih tidak
pakai gambar.
“Idih.. Kak. Kok nonton film
kayak begini?” katanya sambil memandang jijik ke VCD itu.
Temannya sih senyam-senyum saja.
“Enggak kok, aku tadi dititipin
sama temanku,” jawabku bohong.
“Bohong banget. Ngapain juga kalo
dititipin nyasar sampe di laci ini,” katanya.
“Kak, ini film jorok kan? Nnngg..
kayak apa sih?” tanyanya lagi.
Aku tertawa saja dalam hati. Tadi
jijik, kok sekarang malah penasaran.
“Elo mao nonton juga?” tanyaku.
“Mmm.. jijik sih.. tapi..
penasaran Kak..” katanya sambil malu-malu.
“Anti, elo mao nonton juga
tidak?” tanyanya ke temannya.
“Aku mah asyik saja. Lagian aku
udah pernah kok nonton film kayak begitu,” jawab temannya.
“Gimana.. jadi tidak? keburu mama
sama papa pulang nih,” desakku.
“Ayo deh. Tapi kalo aku jijik,
dimatiin ya?” katanya.
“Enak saja lo, elo kabur saja ke
kamar,” jawabku.
Lalu VCD itu aku nyalakan.
Jreng.. dimulailah film tersebut. Aku nontonnya sambil sesekali memandangi
adikku dan temannya. Si Anti sih kelihatannya tenang nontonnya, sudah “expert”
kali ya? Kalau adikku kelihatan begitu baru pertama kali nonton film seperti
begitu. Dia kelihatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowok dihisap.
Mana itu rudal besarnya minta ampun. “Ih, jijik banget..” kata Dina. Pas adegan
ML sepertinya si Dina sudah tidak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
“Yee, malah kabur,” kata Anti.
“Elo masih mao nonton tidak?”
tanyaku ke si Anti.
“Ya, terus saja,” jawabnya.
Wah, boleh juga nih anak.
Sepertinya, bisa nih aku main sama dia. Tapi kalau dia marah gimana? pikirku
dalam hati. Ah, tidak apa-apa kok, tidak sampai ML ini. Sambil nonton, aku
duduknya mendekat sama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu kucoba pegang
tangannya. Pertama dia kaget tapi dia tidak berusaha melepas tangannya dari
tanganku. Kesempatan besar, pikirku. Kuelus saja lehernya. Dia malah memejamkan
matanya. Sepertinya dia menikmati begitu. Wow, tampangnya itu lho, manis! Aku
jadi ingin nekat. Waktu dia masih merem, kudekati bibirku ke bibir dia.
Akhirnya bersentuhanlah bibir kami. Karena mungkin memang sudah jago, si Anti
malah mengajak French Kiss. Lidah dia masuk ke mulutku dan bermain-main di
dalam mulut. Sial, jagoan dia daripada aku. Masa aku dikalahin sama anak SMP
sih. Sambil kami ber-French Kiss, aku berusaha masukkan tanganku ke balik
bajunya. Mencari sebongkah buah dada imut. Ukuran dadanya tidak begitu besar,
tapi sepertinya sih seksi. Soalnya badan si Anti itu tidak besar tapi tidak
kurus, dan tubuhnya itu putih.
Begitu ketemu buah dadanya,
langsung kupegang dan kuraba-raba. Tapi masih terbungkus sama bra-nya. “Baju
elo gue buka ya?” tanyaku. Dia ngangguk saja sambil mengangkat tangannya ke
atas. Kubuka bajunya. Sekarang dia tinggal pakai bra warna pink dan celana
panjang yang masih dipakai. Shit! kataku dalam hati. Mulus sekali! Kubuka saja
bra-nya. Payudaranya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung
kujilati payudaranya, dia mendesah, aku jadi makin terangsang. Aku jadi pingin
menyetubuhi dia. Tapi aku belum pernah ML, jadi aku tidak berani. Tapi kalau
sekitar dada saja sih aku lumayan tahu. Gimana ya? Tiba-tiba pas aku lagi
menjilati payudara si Anti, adikku keluar dari kamar. Kami sama-sama kaget. Dia
kaget melihat apa yang kakak dan temannya perbuat. Aku dan Anti kaget pas
melihat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pakai bra dan bajunya lagi.
Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Sepertinya dia shock melihat apa yang
kami berdua lakukan. Si Anti langsung pamit mau pulang. “Bilang sama Dina ya..
sorry,” kata Anti. “Tidak apa-apa kok,” jawabku. Akhirnya dia pulang.
Aku ketuk kamarnya Dina. Aku
ingin menjelaskan. Eh, dianya diam saja. Masih kaget kali ya, pikirku. Aku
tidur saja, dan ternyata aku ketiduran sampai malam. Pas kebangun, aku tidak
bisa tidur lagi, aku keluar kamar. Nonton TV ah, pikirku. Pas sampai di depan
TV ternyata adikku lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak,
kataku dalam hati. Gara-gara melihat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba
aku jadi keingat sama film X2 yang belum selesai kutonton, yang ceritanya
tentang hubungan seks antara adik dan kakak, ditambah hasrat aku yang tidak
kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adikku menggerakan kakinya membuat roknya
tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu melihat CD-nya aku jadi semakin
nafsu. Tapi aku takut. Ini kan adikku sendiri masa aku setubuhi sih. Tapi
dorongan nafsu semakin menggila. Ah, aku peloroti saja CD-nya. Eh, nanti kalau
dia bangun bagaimana? Ah, cuek saja. Begitu CD-nya turun semua, wow, belahan
kemaluannya terlihat masih amat rapat dan dihiasi bulu-bulu halus yang baru
tumbuh. Kucoba sentuh, hmm.. halus sekali. Kusentuh garis kemaluannya.
Tiba-tiba dia menggumam, aku jadi kaget. Aku merasa di ruang TV terlalu
terbuka. Kurapikan lagi pakaian adikku, terus kugendong ke kamarnya.
Sampai di kamar dia, it’s show
time, pikirku. Kutiduri dia di kasurnya. Kubukakan bajunya. Ternyata dia tidak
pakai bra. Wah, payah juga nih adikku. Nanti kalau payudaranya jadi turun
bagaimana. Begitu bajunya terbuka, buah dada mungilnya menyembul. Ih, lucu
bentuknya. Masih kecil buah dadanya tapi lumayan ada. Kucoba hisap putingnya,
hmm.. nikmat! Buah dada dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun!
“Kak.. ngapain lo!” teriaknya sambil mendorongku. Aku kaget sekali, “Ngg..
ngg.. tidak kok, aku cuma pengen nerusin tadi pas sama si Anti, tidak papa kan?”
jawabku ketakutan. Aku berharap orangtua aku tidak mendengar teriakan adikku
yang agak keras tadi. Dia menangis.
“Sorry ya Din, gue salah, habis
elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu, tidak pake
bra lagi,” kataku.
“Jangan bilang sama mama dan papa
ya, please..” kataku.
Dia masih nangis. Akhirnya
kutinggali dia. Aduh, aku takut nanti dia ngadu.
Sejak saat itu aku kalau ketemu
dia suka canggung. Kalau ngomong paling seadanya saja. Tapi aku masih
penasaran. Aku masih ingin mencoba lagi untuk “ngegituin” Dina. Sampai pada
suatu hari, adikku sedang sendiri di kamar. Aku coba masuk,
“Din, lagi ngapain elo,” aku
mencoba untuk beramah-tamah.
“Lagi dengerin kaset,” jawabnya.
“Yang waktu itu, elo masih marah
ya..” tanyaku.
“..” dia diam saja.
“Sebenernya gue.. gue.. pengen
nyoba lagi..” gila ya aku nekat sekali.
Dia kaget dan pas dia mau ngomong
sesuatu langsung aku dekati mukanya dan langsung kucium bibirnya.
“MmhHPp.. Kakk.. mmHPh..” dia
seperti mau ngomong sesuatu.
Tapi akhirnya dia diam dan
mengikuti permainanku untuk ciuman. Sambil ciuman itu tanganku mencoba
meraba-raba dadanya dari luar. Pertama merasakan payudaranya diraba, dia
menepis tanganku. Tapi aku terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah
beberapa menit berciuman sambil meraba-raba payudaranya, aku mencoba membuka
bajunya. Eh, kok dia langsung mau saja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan
kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka,
langsung kubuka bra-nya. Kujilati putingnya dan sambil mengusap dan
mneremas-remas buah dada yang satunya. Walaupun payudara adikku itu masih agak
kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan payudara yang besar.
Ketika sedang dihisap-hisap, dia mendesah, “Sshh.. sshh.. ahh, enak, Kak..”
Setelah kuhisap, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Terus kubuka celanaku
dan aku keluarkan “adik”-ku yang sudah lumayan tegang. Pas dia melihat, dia
agak kaget. Soalnya dulu kami pernah mandi bareng pas “punya”-ku masih kecil.
Sekarang kan sudah besar dong.
Aku tanya sama dia, “Berani untuk
ngisep punya gue tidak? Entar punya elo juga gue isepin deh, kita pake posisi
69.”
“69.. apa’an tuh?” tanyanya.
“Posisi dimana kita saling
mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan,” jelasku.
“Ooo..”
Langsung aku membuka celana dia
dan CD-nya. Kami langsung mengambil posisi 69. Aku buka belahan kemaluannya dan
terlihatlah klitorisnya seperti bentuk kacang di dalam kemaluannya itu. Ketika
kusentuh pakai lidah, dia mengerang,
“Ahh.. Kakak nyentuh apanya sih
kok enak banget..” tanyanya.
“Elo mestinya ngejilatin dan
ngisep punya gue dong. Masa elo doang yang enak,” kataku.
“Iya Kak, habis takut dan geli
sih..” jawabnya.
“Jangan bayangin yang bukan-bukan
dong. Bayangin saja keenakan elo,” kataku lagi.
Saat itu juga dia langsung
menjilat punyaku. Dia menjilati kepala anu-ku dengan perlahan. Uuhh, enak
benar. Terus dia mulai menjilati seluruh dari batanganku. Lalu dia masukkan
punyaku ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Oohh.. gila benar. Dia ternyata berbakat.
Hisapannya membuatku jadi hampir keluar.
“Stop.. eh, Din, stop dulu,”
kataku.
“Lho kenapa?” tanyanya.
“Tahan dulu entar aku keluar,”
jawabku.
“Lho emang kenapa kalau keluar?”
tanyanya lagi.
“Entar game over,” kataku.
Ternyata adikku memang belum mengerti
masalah seks. Benar-benar polos. Akhirnya kujelaskan kenapa kalau cowok sudah
keluar tidak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kami
sudah tidak 69 lagi, jadi aku saja yang bekerja. Kemudian aku teruskan
menghisapi kemaluannya dan klitorisnya. Dia terus menerus mendesah dan
mengerang.
“Kak Iwan.. terus Kak.. di situ..
iya di situ.. oohh.. sshh..”
Aku terus menghisap dan
menjilatinya. Dia menjambak rambutku. Sambil matanya merem-melek. Akhirnya aku
sudah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya sudah mau keluar). Kutanya
sama adikku,
“Elo berani ML tidak?”
“..” dia diam.
“Gue pengen ML, tapi terserah
elo.. gue tidak maksa,” kataku.
“Sebenerya gue takut. Tapi sudah
kepalang tanggung nih.. gue lagi ‘on air’,” kata dia.
“OK.. jadi elo mau ya?” tanyaku
lagi.
“..” dia diam lagi.
“Ya udah deh, kayanya elo mau,”
kataku.
“Tapi tahan sedikit. Nanti agak
sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kataku.
“..” dia diam saja sambil menatap
kosong ke langit-langit.
Kubuka kedua belah pahanya
lebar-lebar. Kelihatan bibir kemaluannya yang masih sempit itu. Kuarahkan ke
lubang kemaluannya. Begitu aku sentuhkan kepala “anu”-ku ke liang kemaluannya,
Dina menarik nafas panjang, dan kelihatan sedikit mengeluarkan air mata. “Tahan
ya Din..” Langsung kudorong anu-ku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tapi
masih susah, soalnya masih sempit sekali. Aku terus mencoba mendorong anu-ku,
dan.. “Bleess..” masuk juga kepala kemaluanku. Dina agak berteriak,
“Akhh sakit Kak..”
“Tahan ya Din..” kataku.
Aku terus mendorong agar masuk
semua. Akhirnya masuk semua kemaluanku ke dalam selangkangan adikku sendiri.
“Ahh.. Kak.. sakit Kak.. ahh..”
Setelah masuk, langsung kugoyang
maju-mundur, keluar masuk liang kemaluannya.
“Ssshh.. sakitt Kak.. ahh..
enak.. Kak, teruss.. goyang Kak..”
Dia jadi mengerang tidak karuan.
Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kami ganti dengan posisi “dog style”.
Dina kusuruh menungging dan aku masukkan ke lubang kemaluannya lewat belakang.
Setelah masuk, terus kugenjot. Tapi dengan keadaan “dog style” itu ternyata
Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam kemaluannya
itu seperti menarik batang kemaluanku untuk lebih masuk.
“Ahh.. ahha.. aku lemess banget..
Kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi aku belum orgasme. Jadi
kuteruskan saja. Kubalikkan badannya untuk tidur terlentang. Terus kubuka lagi
belahan pahanya. Kumasukkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Padahal dia
sudah kecapaian.
“Kak, udah dong! Gue udah
lemes..” pintanya.
“Sebentar lagi ya..” jawabku.
Tapi setelah beberapa menit
kugenjot, eh, dianya segar lagi.
“Kak, yang agak cepet lagi
dong..” katanya.
Kupercepat dorongan dan
genjotanku.
“Ya.. kayak gitu dong.. sshh..
ahh.. uhuuh,” desahannya makin maut saja.
Sambil menggenjot, tanganku
meraba-raba dan meremas payudaranya yang mungil itu. Tiba-tiba aku seakan mau
meledak, ternyata aku mau orgasme. “Ahh, Din aku mau keluar.. ahh..” Ternyata
saat yang bersamaan dia orgasme juga. Kemaluanku seperti dipijat-pijat di
dalam. Karena masih enak, kukeluarkan di dalam kemaluannya. Nanti kusuruh minum
pil KB saja supaya tidak hamil, pikirku dalam hati.
Setelah orgasme bareng itu kucium
bibirnya sebentar. Setelah itu aku dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam
keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, aku
dengsr dia lagi merintih sambil menangis.
“Kak, gimana nih. Punyaku
berdarah banyak,” tangisnya.
Kulihat ternyata di kasurnya ada
bercak darah yang cukup banyak. Dan kemaluannya agak sedikit melebar. Aku kaget
melihatnya. Gimana nih jadinya?
“Kak, aku udah tidak perawan lagi
ya?” tanyanya.
“..” aku diam saja.
Habis mau jawab apa. Gila! aku
sudah merenggut keperawanan adikku sendiri.
“Kak, punyaku tidak apa-apakan?”
tanyanya lagi.
“Berdarah begini wajar untuk
pertama kali,” kataku.
Tiba-tiba, gara-gara melihat dia
tidak pakai CD dan memperlihatkan kemaluannya yang agak melebar itu ke aku,
anu-ku “On” lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar