>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 9 8 1 5
Top 2D : 05 15 29 38 41
Cadangan 2D : 58 61 75 89 91
TOP SHIO : Monyet Babi Kelinci
COLOK BEBAS :1 5 8
AS : 0 2 3
KOP : 4 6 7
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Ganjil
Sejak aku berhasil menyetubuhi
Cik Ling dan dia membuatku hilang keperjakaanku, aku terobsesi menikmati tiga
teman kantorku dan satu lagi adik ipar Cik Ling, Cik Nina. Hari Sabtu lalu, Cik
Nina mendatangiku. Gila, seksi benar.
Dia duduk di depanku. Kaosnya
super ketat dan celana jeans-nya super ketat membuat tubuhnya tercetak jelas
dan dapat kulihat. Seolah Cik Nina membiarkan aku menikmati tubuhnya. Kapan ya,
pikirku. Ketika aku hampir lebih melamun, aku dikejutkan Nia yang masuk
ruanganku tanpa mengetuk. Nia terkesiap dan menyatakan ketidak senangannya atas
apa yang mataku lakukan dengan Cik Nina. Aku bisa lihat di wajahnya dan Nia
berdiri kaku di samping Cik Nina, kemudian Nia keluar.
Setelah selesai berbicara dengan
Cik Nina, Cik Nina keluar dengan sedikit pandangan lain kepadaku dan membuatku
kelabakan. Aku sempat berpikir, Apakah Cik Ling bicara dengan Cik Nina ya? Ahh,
aku membayangkan yang, ya ya ya, dengan Cik Nina dan Cik Ling lagi.
Lima belas menit kira-kira, Nia
masuk lagi ke ruanganku, lalu ditutupnya. Ruanganku ber-AC dan Nia dengan
sedikit akting memarahiku. Kupikir Nia ini cemburu. Dan makin aku mendapatkan
jalan lapang menikmati tubuh Nia.”Iya, iya, aku minta maaf. Mau memaafkan
nggak? Entar tak kasih hadiah,” kataku pada Nia. Nia mengangguk. Nia memang
sayang sama aku, hampir tiap hari Nia membawakanku kue. Nia tahu kalau aku suka
kelaparan sebelum makan siang. Dari situ, aku bisa lebih dekat dengan Nia, istri
Mas Heru ini. Mengapa Nia rela memperhatikanku ya? Ada yang tak beres
sepertinya hubungan mereka berdua. Nia sudah punya dua anak yang masih balita
dan dia baru berumur 26 tahun.
Akhirnya, sesuai janjiku, aku
memberikan sesuatu untuk Nia. Daster hitam. Aku terus terang sudah membayangkan
Nia memakai daster hitam ini dan aku menyetubuhinya. Ahh, aku jadi ingat Cik
Ling yang banyak mengajariku soal persetubuhan.
“Nia, ini buatmu ya?” Nia
tersenyum sambil menerima kadoku.
“Bagaimana kabar rumah Nia?” tanyaku
melanjutkan.
“Baik Jo,” katanya agak terpaksa.
“Kemana Mas Heru hari ini?”
kataku memberanikan lebih dalam.
“Oooh, baru pergi ke Bogor, ada
seminar dan training seminggu di sana,” katanya.
Wah, ini kesempatan buatku.
“Maukah Nia menemuiku nanti sore?
tanyaku.
Sementara aku berakting biasa
karena teman-teman kantor di luar bisa melihatku di dalam ruangan berkaca ini.
Nia diam saja.
“OK, kalau Nia mau temui aku di
sini,” kutuliskan nama hotel berbintang di dekat rumahnya, “Sore nanti ya,
sejam setelah pulang kantor, dan kuharap Nia mau pakai apa yang aku berikan
itu,” kataku merayu.
Nia keluar dari ruanganku, hatiku
berkecamuk. Mau tidak dia ya? Pikir dan anganku. Yaa, paling-paling aku
kehilangan uang hotel saja. Segera aku telepon hotel dan aku booking kamar 617
(lantai 6 kamar 17). Aku pesan yang menghadap ke selatan, sehingga bisa melihat
bukit-bukit di selatan kotaku. Aku telepon Nia dan memberitahu nomor kamarku.
Nia diam saja. Aku makin gelisah.
Aku pulang sejam lebih awal.
Mobil kutinggalkan di parkir Mall di kotaku dan aku naik taksi ke hotel. Dengan
jantung yang makin berdegub aku menunggu Nia datang. Akhirnya ada ketukan di
kamarku dan yaa, hatiku melonjak karena Nia datang. Ahh, senyumnya malu-malu
dan segera kutarik ke dalam, kukunci pintu. Kami berpandangan dan akhirnya kami
berpelukan, aku dekap Nia sekuatku dan kuciumi kuat bibirnya yang manja. Ahh
Nia, kau benar-benar menjadi milikku sore ini.
“Nia bawa daster hitam yang aku
beri?” dia mengangguk. Dan aku memintanya untuk memakai sekarang. Kusuruh dia
ke kamar mandi, sementara aku melucuti pakaianku sendiri hingga telanjang. Aku
berdiri agak bersembunyi. Aku ingin menikmati Nia, bagaimana dia berjalan. Aku
mengelusi kemaluanku sendiri. Ahh, tunggu ya, sabar ya, kataku dalam hati pada
kemaluanku. Lama sekali Nia di kamar mandi. Sekitar 15 menit kemudian, kulihat
pintu kamar mandi dibuka Nia dan amboi.. kuperhatikan dia berjalan dari
belakang dan dia mencariku ketika sampai dekat tempat tidur. Akhirnya dia tahu
persembunyianku. Aku keluar dengan tubuhku yang telanjang, dengan batang
kemaluanku yang menegang kuat penuh. Nia terhenyak melihatku, matanya terpaku
menjalari tubuhku dan terakhir melihat kemaluanku. Batang kemaluanku kalau
tegang maksimum kira-kira 15 cm dan 4,5 cm diameternya. Lalu kupanggil supaya
dia mendekat dan aku juga bergerak mendekat. Seksi sekali Nia dengan daster
hitam yang kuberikan. Pundaknya hanya dilapisi tali hitam kecil. Ahh, Nia sudah
tidak pakai BH lagi, buah dadanya tampak menggunung dan bergerak-gerak ketika
dia berjalan.
Ooh, kedua bukitnya kurasakan
nikmat di dadaku. Kupandangi dia ketika kami berdekapan. Tanganku bergerilya di
bagian belakang tubuhnya menelusuri punggung dan ke pantatnya yang indah
tertutup daster hitam. Aku kaget karena dibalik daster hitam itu sudah tak ada
lagi BH dan celana dalam. Dengan sekali sentak pasti Nia sudah telanjang di
dekapanku. Pikiranku berubah. Aku ingin menyetubuhi anusnya dulu dengan Nia
masih memakai daster. Lalu, kubalikkan tubuhnya. Nia menyandarkan kepalanya di
dada kiriku. Wajahnya menghadapku dari samping. Ahh, benar-benar menggairahkan
tubuhnya. Buah dadanya yang besar menantangku, juga tubuhnya, semuanya. Dengan
manja dan minta, aku memaguti mulutnya, menguluminya. Tanganku bergerak meraba
leher, kepala, telinganya.
Kami berkuluman lama, kuciumi
pipinya, telinganya, dahinya dan tanganku mulai merambati kedua buah dadanya
dan kuberikan lagi sensasi-sensai yang sangat menikmatkannya. Tubuhnya sesekali
membusung ke depan menikmati gerakan tanganku meremasi buah dadanya. Lalu
tiba-tiba tubuhnya menunduk dan makin membungkuk, aku menahan dengan tanganku
yang masih di buah dadanya. Nia sangat menikmati. Akhirnya Nia dan aku tidak
kuat menahan tubuhnya dan Nia makin menunduk akhirnya mencapai dasar lantai,
Nia membungkuk. Kubuka daster bawahnya ke atas dan kulihat pantatnya yang
menggairahkan. Nia menungging, aku meremasi buah dadanya dari belakang. Aku menciumi
pantatnya dan bibir kemaluannya, menggairahkan sekali. Kuraih klitorisnya dan
membuat tunggingannya semakin naik dan membuka. Kugesekkan batang kemaluanku di
sepanjang bibir kemaluannya bergerak ke atas ke anusnya. Seolah Nia tahu
keinginanku. Akhirnya aku terdiam. Nia tahu sekarang kalau aku mau anusnya. Aku
diam, sementara kemaluanku sudah berada di bibir anusnya. Nia gerakkan
pantatnya dan aku diam. Nia terus bergerak ke belakang membuat batang
kemaluanku semakin terbenam di anusnya. Nia sangat menikmatinya dan tidak
merasakan sakit. Akhirnya seluruh batang kemaluanku tertanam di anusnya. Ooh,
nikmat sekali jepitan anusnya.
Aku menikmati sensasi kenikmatan
ini dan kuraih lagi buah dadanya dari belakang sementara Nia masih menungging.
Kuremasi lagi dan kugerakkan lembut batang kemaluanku yang sudah terbenam penuh
di anusnya. “Ooh Nia, Nia,” kataku. Akhirnya aku mulai tidak tahan lagi,
cepat-cepat kucabut dan sebelum Nia tersadar, batang kemaluanku sudah menghujam
ke lubang kemaluannya dengan cepat. Nia tersentak sebentar sebelum Nia sangat
menikmati goyanganku. Sementara batang kemaluanku tertahan, aku melucuti
dasternya sehingga Nia telanjang dalam gaya “doggy”-ku. Aku ingin Nia jadi
betinaku seperti anjing jantan menyenggamai betinanya. Sambil masih menungging,
kugoyangkan nikmat, kuciumi Nia dari belakang, kuraih buah dadanya dan Nia
melenguh kenikmatan. Nia makin tidak tertahan menikmati sensasi di liang
kemaluannya. Makin rapat dan menungging saja dia, batang kemaluanku berdenyut
seiring denyutan jantungku. Akhirnya dengan satu teriakan keras kami bersama
orgasme. Aku semprotkan spermaku ke liang senggamanya sementara Nia memuntahkan
cairan kewanitaannya menghangati batang kemaluanku. Nia terkulai telungkup
dengan menyisakan gerakan-gerakan kepuasan ketika aku menyetubuhinya.
Kucabut batang kemaluanku dan
kucumbui Nia. Sisa-sisa ketegakan batang kemaluanku dan sperma bercampur cairan
kewanitaannya kuarahkan ke mulutnya dan pipinya. Diraihnya batang kemaluanku
oleh Nia dan dikuluminya. Dibersihkannya dengan mulutnya yang menggairahkan itu
dan batang kemaluanku mengeras lagi.
Satu istimewa pada Nia adalah
buah dadanya yang berbentuk menggantung seperti buah pepaya besar. Aku suka
memperhatikan BH-nya dari depan di kantor yang suka merosot ke bawah menahan
beratnya kedua bukit indah itu. Aku suka membayangkan kapan aku bisa
menikmatinya. Dari tadi aku hanya meremasi saja. Dan ketika batang kemaluanku
tegak lagi oleh kuluman dan sedotannya, kutuntun Nia ke kamar mandi. Aku ingin
menyetubuhinya lagi di sana.
Kami mandi bersama dengan shower
yang hangat. Tubuh Nia sangat seksi apalagi dengan buah dadanya. Kucumbui Nia
lagi. Kutengadahkan mulutnya dan dengan terpejam, bibirnya kulumat lembut.
Sementara tanganku meremasi buah dadanya, batang kemaluanku bergesekan dengan
kemaluannya. “Ahh..”Lalu kuangkat Nia ke meja di kamar mandi. Kucumbui dia,
kukulumi bibirnya, dan akhirnya aku sampai di bukit indah. Dipeganginya
kepalaku dan dengan nafas terengah-engah kenikmatan dengan kepala yang
didongakkan, Nia menikmati cumbuanku atas buah dadanya. Kukulumi, kupaguti buah
dadanya, menggairahkan sekali. Aku puas dan berlari turun ke perutnya. Kuambil
kursi dan kutaruh kaki Nia terbuka dipundakku, sementara dia duduk di meja.
Kujilati pahanya dan menjalari ke bukit hitam kemaluannya. Ahh, kukulumi,
kujilati dan cumbui kloritisnya dan Nia sudah tidak tahan lagi. Kubopong
sementara kedua kakinya menjepit pinggangku, sementara aku bangkit mengulumi
lagi kedua buah dadanya bergantian. Kubawa Nia ke tempat tidur, kurebahkan di
sana.
Sebelum sensasi hilang, kuburu
tubuhnya, kubuka selakangannya dan Nia menurut saja. Sekarang aku di
tengah-tengah kedua kaki Nia yang terbuka dan diangkat. Ahh, kulihat Nia
meremasi buah dadanya sendiri, itu satu tanda agar aku segera menyetubuhinya
lagi. Aku membungkuk dan kuciumi pahanya ke bawah ke arah bukit hitam di
kemaluannya. Nia tergelincang kenikmatan. Sementara tanganku meremasi kedua
buah dadanya, kucumbui lagi kemaluannya yang makin basah. “Uhh, enak sekali Jo,
ehh.. ehh..” lenguhan Nia memanjang, “Joo, Joo.. teruskan.. ehh..” dan mulutku
semakin dibasahi oleh cairan kewanitaannya bercampur dengan deru birahi Nia
yang memuncak.Aku semakin menikmati saja persetubuhan ini dan kusiapkan
kemaluanku untuk lubang kemaluannya yang semakin siap menerimanya. Kuambil
bantal dan kuganjal pinggulnya supaya aku lebih leluasa menyetubuhinya.
Kucumbui lubang kemaluannya dengan batang kemaluanku. “Ahh Jo, cepat, cepat Jo,
cepatt.. ahh.. ehh..” lenguhannya, desisannya, geliatnya sangat merangsangku. Lalu
batang kemaluanku kumasukkan perlahan-lahan. Kepala kemaluanku terhujam,
kugosokkan ke dinding lubang kemaluannya memutar beberapa kali. Nia sangat
menikmati. Kumasukkan lagi lebih dalam lubang yang menggairahkan untukku karena
dinding lubang kemaluan Nia memberi sensasi yang makin memuncak pada batang
kemaluanku.
Aku diam sejenak ketika terhujam
separuh. Nia memainkan pinggulnya sendiri seperti menyetubuhiku. “Ohh Nia,”
kataku, “Nikmat sekali..” Nia terus menggoyang pinggulnya, akhirnya kuimbangi
dengan dorongan dan gerakan memutar yang membuat batang kemaluanku terhujam
penuh di lubang kemaluan Nia. Nia menggelinjang, mengerang, mendesis, “Uhh..
ahh.. Jo, Jo..” beberapa kali namaku dipanggilnya. Aku merasakan ada yang lain
di samping jepitan pinggulnya yang tersalur ke lubang kemaluannya pada batang
kemaluanku. Nia akan orgasme dan kubiarkan Nia mencapai kenikmatan sampai Nia
lepas. Aku pun makin tidak bisa menahan, sebentar lagi mau keluar. Dengan
beberapa kali genjotan, kucabut segera batang kemaluanku dan melangkah ke mulut
Nia. Nia terpejam-pejam dan kumuntahkan spermaku membasahi mulutnya, hidungnya,
matanya, pipinya. Ahh, Nia menjilatinya, juga batang kemaluanku dikuluminya.
Sekali lagi kusemprotkan spermaku ke mulutnya. Nia menelannya.
Uhh, nikmat sekali. Aku menikmati
lagi buah dadanya sebagai bagian akhir aku menyetubuhinya. Kulihat Nia
menggelepar-gelepar menikmati sensasi akhir yang kuberikan. Aku mencumbui Nia
dan kumasukkan ke mulutnya spermaku dengan lidahku dan bertebaran di kepalanya.
Kupeluki Nia sampai dia lelah tertidur dalam pelukanku.
Ahh Nia, akhirnya tubuhmu
kudapatkan juga. Betapa nikmatnya. Akhirnya Nia pulang setelah membersihkan
diri bersama. Kami suka melakukannya dan mengulangi persetubuhan di hotel yang
sama di sore hari sepulang jam kantor. Jadi aku punya dua tubuh kepuasan
seksku, Cik Ling dan Nia. Sebentar lagi aku mau Sasa. Tapi, Cik Nina sepertinya
lebih menggoda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar