>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 9 2 5 4
Top 2D : 09 12 25 34 45
Cadangan 2D : 59 62 75 84 92
TOP SHIO : Kelinci Ayam Naga
COLOK BEBAS : 2 5 9
AS : 0 1 3
KOP : 6 7 8
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Genap
tolong ke ruangan saya sebentar”
sebuah pesan singkat dari dosen sekaligus pembimbing gw dulu. Dari ruang kerja
kecil di sudut gedung dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan, menemui Bu
Laras di ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?” hardik bu
Laras ketika gw sedang menutup pintu ruang sekre. “enggak sih bu, kenapa ya?”
gw masih bingung dengan situasi ini. “saya boleh minta tolong, ambil alih kelas
saya. Saya harus ke aussie” pinta beliau kemudian. ya, setahun setelah lulus gw
masih mengabdi di kampus, membantu dosen penelitian dan mengajar di mata kuliah
dasar. Bu Laras adalah satu dosen senior di jurusan gw, idealisme membuatnya
dimusuhi jurusan. Dan gw bisa dibilang mahasiswa kesayangannya. Ia sendiri
bukan hanya mengajar di kampus ini, namun juga memiliki status dosen di salah
satu universitas di Adelaide.
Pembicaraan memakan waktu hingga
3 jam, karena gw harus mengajar di fakultas sebelah, dan bukan mata kuliah
dasar, melainkan mata kuliah tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi gw dulu. Bu
Laras menunjuk gw sebagai penggantinya karena beliau menganggap gw kompeten
untuk mengajar ini. perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas
tambahan diberikan, membuat waktu istirahat dan penelitian gw berkurang, walau
pundi keuangan bertambah. Mungkin di kampus ini gw terbilang satu dari beberapa
dosen muda yang bengal (ga nurut peraturan). Mengajar dengan gaya urakan macam
mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo dosen dilihat dari otaknya,
bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau berikan ini ada di fakultas
sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan
(sedikit).
Selasa, 9.30
Gw telat di hari pertama gw
masuk. Kemeja pendek dilapis blazer untuk menutupi tattoo di tangan kiri gw
menjadi style andalan. Masih stereotip kalo orang bertattoo itu urakan, walau
di fakultas asal, gw bisa seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka,
gw duduk di meja dosen sambil mengeluarkan daftar kehadiran. Beberapa mahasiswi
agak tercengang, melihat dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan diikat.
“selamat siang, bu Laras ga bisa
menghadiri kuliah ini karena harus penelitian, sy wapol akan menggantikan
beliau” kata gw membuka kelas. Dari total 23 orang di kelas, mayoritas adalah
pria, sial. Namun ada satu mahasiswi yang mencuri perhatian gw, dari daftar
kehadiran gw tau namanya Clara. Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu
yang digerai, perawakan tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan
jeans. kulit kuning langsat cenderung putih dengan wajah khas metropolitan
(muka anak gaul)
Suasana hening perlahan cair
ketika gw mulai materi. Gw bukan tipikal dosen serius karena selama kuliah gw
belajar kalo dosen terlalu serius Cuma bikin setres. Mahasiswa juga menyadari
kalo gw ga seseram penampakannya. Kelas ini termasuk kelas yang kooperatif.
Saling lempar pertanyaan yang kadang berbalut canda.
Minggu kedua
Seperti biasa gw masuk dan
menyampaikan materi. 15 menit berlalu dan pintu tetiba diketuk. Clara masuk
dengan muka agak panik, “maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas
kalo haram hukumnya manggil gw pak. Sekilas gw melihat jam tangan, telatnya
belum terlalu jauh mengingat kelas memiliki durasi 3 jam, jadi gw persilahkan
dia masuk tapi duduk di row paling depan. Clara duduk tepat berseberangan
dengan gw.
1 jam berlalu, materi hampir
selesai, gw memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan, kemudian duduk
kembali di meja dosen. Saat itu Clara menggunakan kemeja biru muda berbahan
semacam satin yang cukup menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran
dan membuat kemejanya sedikit basah. Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari
mahasiswa lain, gw mencuri pandang ke arah Clara. Gw baru menyadari di balik
kemejanya ia hanya mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang dan terpampang
jelas garis bra dari balik kemejanya.
15 menit berselang, ia tetiba
membuka kancing paling atas kemejanya dan mengipas-kipaskan kerah kemejanya.
“panas banget ih” gerutunya. Gw berusaha mencuri pandang ke balik kemejanya.
Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di karena keringat yang masih
membasahi tubuhnya. Berharap kelas lebih lama berlangsung agar gw lebih lama
memperhatikan tubuh Clara.
Kelas ini agak unik, walau
setelah jam selesai, banyak yang belum membubarkan diri. Dan pada akhrinya gw
mulai menyatu. Di kelas profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian, salah
satu mahasiswa bilang sangat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke
mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. Menurut gw sih yang penting di kelas
profesional, di luar kita teman.
Minggu ke-5
Minggu ini presentasi beberapa
kelompok. Clara menggunakan kaos putih berbalut kardigan biru tua. Sambil
menunggu kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. Setelah gw suruh ia duduk
di baris depan, ia cenderung memilih baris depan bersama dua temannya. Kaos
yang ia pakai memiliki belahan rendah dan cukup menerawang. Samar terlihat bra
berwarna hitam dari balik kaosnya. Ukuran font presentasi yang kecil membuat
clara harus memicingkan matanya dan sedikit condong ke depan. Gw yang duduk di
meja depan mendapat suguhan belahan dada yang cukup terlihat dari balik kaosnya
yang memang kendor. Satu momen ketika ia bertanya dan kardigannya agak turun,
gw baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia pakai, tapi tanktop dengan belahan
samping yang lebih rendah dari belahan depannya. Membuat bra hitamnya terlihat
jelas. Ditambah gumpalan dada yang mencuat seperti bra tidak mampu menahannya.
Clara seperti sadar kalo gw
lihat, tapi gw Sengaja ga mengalihkan pandangan gw dan tetap memandang belahan
dadanya. Ia sedikit melihat ke bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo agak
sedikit terbuka, namun bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia malah
membiarkannya dan berlaga seperti ga ada yang terjadi. Untuk beberapa menit
sampai presentasi selesai gw bebas untuk terus melihat dadanya. Satu momen ia
bahkan sengaja menekan dadanya ke tengah dengan merapatkan kedua tangannya.
“iya kan mas?… mas?” pertanyaan
dari seorang mahasiswa yang lagi presentasi seperti membangunkan gw. “ah, iya
kurang lebih seperti itu” jawab gw sekenanya sambil melihat ppt dan mencoba mengikut
apa yang sedang dipertanyakan. Sekilas gw melihat ke arah Clara, iya tertawa
kecil sambil menutup mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” pikir gw.
Minggu ke 7
Seminggu sebelum UTS, hubungan gw
dan kelas ini semakin dekat. Beberapa anak ada yang menghubungi gw, mulai dari
nanya materi, sampai nanya mata kuliah lain. Hari ini, seperti berbeda, Clara
menggunakan rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda dengan
beberapa minggu lalu), dan blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Clara. Gw
sadari beberapa anak juga berpakaian lebih rapi dari biasanya. “ada presentasi
buat UTS mas abis ini, harus rapi” jawab Clara. Make sense.
Seperti biasa, Clara duduk di row
depan, berhadapan dengan meja gw. berhubung ini hampir materi terakhir sebelum
UTS, gw merekap beberapa materi yang gw ajarkan. Posisi Clara yang berada di
pojok, membuatnya harus duduk agak menyamping agar melihat papan tulis. Awalnya
biasa, namun tetiba Clara melebarkan kakinya. gw masih berpikir positif bahwa
itu hanya kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah posissinya.
Gw yang berdiri di sisi papan tulis yang dekat meja gw, menjadi dekat dengan
Clara. Penasaran gw ngetes apa Clara benar-benar pamer buat gw, gw menulis lagi
beberapa poin materi. Ketika membalikan badan seperti ingin menjelaskan, dengan
sengaja gw menjatuhkan spidol gw. gw kemudian jongkok mengambil spidol sambil
melihat ke arah Clara, lebih tepatnya ke arah roknya. Keadaan ini harusnya
Clara segera merapatkan kakinya, tapi ia tetap membuka lebar kakinya sehingga
gw melihat bagian dalam paha mulusnya. Kalo gw lebih jongkok atau melihat lebih
lama harusnya gw bisa melihat celana dalamnya, tapi suasana ga
memungkinkan.Sambil menjelaskan mata gw memandang seluruh mahasiswa, dan sampai
akhirnya melihat Clara. Ia tersenyum sebentar, senyuman penuh kode, kemudian
baru merapatkan kakinya. apa artinya ini? Kelas selesai dengan kepala gw penuh
pertanyaan apa maksud Clara. tapi gw gak berusaha untuk memikirkannya terlalu
dalam, mungkin ia Cuma menggoda.
Siang menuju sore itu gw kembali
ke sekre untuk mengambil beberapa data. Daripada mengerjakan di kantin atau di
kosan, gw lebih milih ngerjain di kantin sebelah. Sekitar jam 5 tetiba ada yang
dateng nyapa gw “mas, ngapain?” Clara tetiba duduk di samping gw, dengan dua
orang temannya. “ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia memperhatikan laptop dan
setumpuk kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan,
namanya juga kerja” jawab gw sambil menghisap rokok gw kembali. Gw menutup
laptop dan merapikan dokumen yang menumpuk. Kerjaan ini bisa nanti lagi, toh
deadline masih jauh. “yaah kok dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Clara, “enggak
kok, emang udah selesai” jawab gw. Clara kemudian mengajak gw ngobrol, mulai
dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah. Setengah jam berlalu, langit
mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Clara menanyakan banyak hal tentang
gw, dan tentang bu Laras. Ia penasaran seperti apa bu Laras, karena beliau
terkenal di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.
“Clar, balik yuk” bisik temannya
namun cukup keras sampai gw denger. “lo duluan dah, gw ntar aja” tolak Clara
halus. Temannya pergi, Clara mulai menanyakan gw lagi. Gw gabisa kabur dari
matanya, dan setiap ia tersenyum mata gw seperti ditarik paksa untuk terus melihatnya.
Dan akhirnya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai
berasa laper. “mau siih… tapi boseen mas di sini mulu” jawab Clara dengan muka
manja. “ah saya 6 tahun di sebelah ga ada bosennya”. Pernyataan ini memicu rasa
penasaran Clara, “kok ga bosen? Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia
kemudian, “suasananya enak, jawab gw”. ia memutar matanya, agak bingung
mungkin. “mau nyoba makan di sana?” tawar gw kemudian. “boleh boleh, yuuk!”
Clara bersemangat sambil menarik tangan gw. kemudian ia sadar, melepaskan
tangan gw, agak tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, dan
memegang jemari Clara, “yuk, santai aja kali”. Clara menyambut dengan
menggenggam tangan gw.
Ga lama emang kami bergandengan,
gw langsung melepas tangannya karena takut dengan regulasi kampus dan masalah
profesionalitas. 10 menit berjalan akhirnya kami sampai ke kantin fakultas gw.
suasana masih sama, banyak anak yang main gitar sambil nyanyi ga jelas. Kami
duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan
masing-masing, Clara nampak bersenandung mengikuti lagu. “enak ya ampe malem
masih rame, pantes betah” celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya
betah”. Kami selesai makan dan melanjutkan obrolan. “mas, kenapa make blazer terus
dah?” tanya Clara tetiba. Sebenarnya gw males buka-bukaan, tapi yaudalah. Gw ga
menjawab tapi malah membuka blazer gw. “ini kan ngelanggar aturan” jawab gw
kemudian sambil menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri gw. “cool!” Clara
nampak antusias sambil memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apa mas?”
tanya Clara yang gw jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw.
ia masih antusias dan menanyakan tentang tattoo, ia juga menceritakan beberapa
temannya yag memiliki tattoo.
Perbincangan kami makin seru. Dan
tetiba, “panas ya” seru Clara kemudian sambil mengibas-kibaskan blazernya.
“buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab gw sekenanya. Awalnya Clara nampak
menolak, ia sedikit berpikir kemudian membuka blazernya, ternyata kemeja yang
dipakainya adalah kemeja tanpa lengan. Lengan putih mulus dan siluet bagian
samping dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata gw gabisa lepas dari
dua bukit yang menjulang dan terlihat jelas. Ga terasa waktu menunjukan jam 9.
Clara mengajak gw pulang. Gw menawari dia untuk diantar pulang.
Gantian ia bangkit, menjulurkan
tangannya, “yuk” ajak Clara sambil tersenyum. Gw bangkit dan meraih tangannya.
Berbeda dari gw tadi, ia tidak melepaskan pegangan tangannya. Kami berjalan
bergandengan hingga sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Clara,
jarak kosannya dari kampus Cuma sebatas tembok kampus, tapi harus muter karena
make mobil. Di jalan tetiba Clara merangkul tangan kiri gw yang emang steady di
tuas gigi, “dingin banget sih mas mobilnya” kata Clara manja. Gw bisa merasakan
dadanya menempel di lengan gw, tepat di atas sikut. “ya mau gimana, malem, buka
jendela aja?” tanya gw kemudian dijawab dengan gelengan manja Clara. sepintas
gw rasakan bra yang ia gunakan bukan tipe bra yang bergabus tebal, jadi bisa
terasa empuk-empuk dadanya. Sengaja gw naik turunin gigi, biar lengan gw
bergerak menyenggol-nyenggol dada Clara. gw berpikir awalnya ga sengaja ia
menyentuhkan dadanya, tapi beberapa senggolan hingga yang sengaja gw bergerak
buat nyenggol, Clara ga mengubah posisinya. 15 menit dan kami sampai di depan
kosan Clara yang ternyata Cuma berjarak 4 rumah dari kosan gw. Malam itu gw
kepikiran, sebenarnya kenapa Clara? apa dia suka ama gw? atau ini kisah lain
mahasiswa menjilat dosen demi nilai? Entahlah.
Kamis malam, 2 hari setelahnya
Sekitar jam 10 malam di kosan, gw
baru menyelesaikan beberapa input data, dan bersiap streaming anime. Tetiba
hape gw berbunyi, telpon dari Clara ternyata. “mas, maaf mengganggu, lagi di
kosan ga?” tanyanya dengan suara yang agak bergetar seperti habis nangis. “iya
di kosan ni, kenapa ya?” balas gw agak bingung. “Clara boleh ke sana ga? Plis
banget mas plis, nanti Clara jelasin” gw gak tega dengan suara bergetarnya, pun
karena kosan gw bebas campur jadi ga masalah. Akhirnya gw iyain permintaan dia.
Bakar rokok sebatang dan gw turun (kamar gw di lantai 3). Baru gw sampai pagar,
terlihat sesosok gadis berjalan cukup cepat. Menggunakan Celana pendek kain
sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket yang ga diresleting, dengan tas ransel di
punggungnya. Clara berjalan tergopoh, gw langsung mengajaknya masuk ke kamar
gw.
“laptop Clara tetiba mati mas, ga
mau nyala lagi, padahal ada UTS dikumpulin besok pagi, boleh pinjem laptop mas
ga? Plis, Clara kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Clara langsung
menjelaskan maksudnya. Gw langsung mempersilahkannya make laptop gw. perlu
dijelaskan, kosan gw emang agak gede, kasur single di pojok, laptop gw taro di
lantai, nyangkut ke speaker luar karena speaker laptop udah mati, dan Cuma
dengan kipas laptop sebagai alasnya, praktis kalo mau ngerjain sesuatu ya
tiduran, atau dipangku laptopnya.
“emang warnet seberang kosan mu
penuh?” tanya gw membuka perbincangan saat Clara sibuk ngeluarin buku
catetannya. “ga ada aplikasi statistik mas, Clara panik banget. Pinjem ya”
balas Clara dengan nada masih panik. Awalnya Clara mengerjakan dengan memangku
laptop, karena emang gw larang untuk narik ke manapun, lagi nyetel lagu. Ia
nampak sedikit kesulitan mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke
laptop, jdi gw ambil inisiatif ngebantu. Gw langsung pasang mode kerja,
tengkurep menghadap layar.
“mas, agak panas ya?” tanya Clara
tetiba sambil mengibas-kibaskan jaketnya. “yah emang kosanmu ada AC-nya, di
sini mah makenya kipas” jawab gw seadanya. “boleh Clara lepas jaket?” ia meminta
izin kemudian, gw hanya menjawab anggukan. Clara menaruh laptop di lantai,
bangkit dan melepas jaketnya. Lengan putih itu nampak lagi. Baju yang ia
kenakan ternyata hampir tanpa lengan. Clara kemudian malah tengkurap di samping
gw, “pegel mas lehernya nunduk mlu, sambil tiduran gapapa ya?” tanyanya yang
seperti ga butuh jawaban gw.
Gw seperti mendengar beberapa
kali samberan petir, yang kemudian disertai guyuran hujan yang cukup deras.
Tapi keseriusan kami ga terganggu karena deadline semakin dekat. Jam setengah
12, akhirnya Clara selesai mengerjakan UTSnya dan mengirimkannya ke email
dosen. “yah ujan mas?” tanyanya baru sadar kalo udah setengah jam lebih hujan
deras. “kamu kemana aja? Fokus banget” jawab gw sambil noyor kepalanya. “yaah
gimana dong, punya payung mas?” tanyanya agak cemas. “gapunya, lagian kosan
kamu kan deket, ujan-ujanan dikit gapapa” jawab gw sekenanya. “Clara sih
gapapa, datanya basah gimana, masih buat uas ini” serunya sambil menunjuk
setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin angka-angka di dalamnya. “yaudah
tunggu reda aja dulu, ngapain kek” jawab gw sambil bangkit duduk. Clara masih
asyik tengkurap. Tekanan dari badannya membuat dadanya mencuat ke samping
tertahan bra, bokongnya membusung berani, bulat dan seperti minta dicubit.
Dalam hati uda muncul pikiran selama ini Clara memamerkan badannya, boleh gw
jamah nih. Tapi gw buang jauh-jauh pikiran itu,gw Cuma dosen pengganti, kalo
sampe Clara ngadu ke bu Laras selesai semua karir nama baik gw.
“mas punya film ga? Nonton aja
yuk” tanyanya tetiba. “film apa? bokep?” tanya gw mencoba mancing. “yee jangan,
kalo itu entar Clara ga pulang”. Jawaban itu aneh, apa itu berarti kalo gw buat
dia terangsang dia rela gw tiduri? Ah setan makin merasuk. “tadi lagi mau
nonton anime sih, tuh liat aja di tab” jawab gw kemudian. “wah mas ngikutin ini
juga? Ih episode baru uda keluar ya? Mau dong mau dong” jawab Clara antusias
ketika melihat tab anime yang lagi gw streaming. Akhirnya kami tonton lah itu
film. “mas kok duduk? Clara tiduran aja gapapa kan?” tanyanya tetiba di setelah
memulai film. “pegel, sakit keteken gaenak” jawaban gw masih terus memancing.
Pikiran gw udah mulai kotor terus ngeliat bokong dan dada yang terjepit itu.
“hah sakit? Ooh dedeknya yaa… ahahaha” Clara seperti paham dan malah bercanda.
Kenapa pancingan gw terus-terusan disambut, hmmm. “iya lah, gede sih jadi
ketindihan kan sakit,hahaha” jawab gw terus memancing. “hmmm sombongnya, segede
apa sih?” tanya Clara nantang. Gw udah mulai frontal dan menjurus. “gede deh,
masuk mulut kamu mah ga muat” jawab gw sekaligus menantang. “dih, iya deh,
mulut Clara yang kecil mas itu sih” jawabannya ternyata ga seperti yang gw
harapkan. Gw kira dia bakal nantangin. Gw patah akal, gw kembali nanya ke
Clara, “kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” gw nanya sekaligus tangan gw
nunjuk ke arah dadanya. “hah?ini? engga sih, ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata
Clara sambil tangannya memegang dada bagian sampingnya.
Clara kemudian bangkit, duduk di
sebelah kanan gw. katanya sesek lama-lama tiduran. Ya okelah, kami kemudian
mulai menonton episode baru anime tersebut. Baru berlalu 15 menit tetiba petir
menyambar keras, dan listrik langsung padam. “hiyaaaah gelap mas” sontak Clara
tetiba. “trafo kesamber petir kali” jawab gw santai. “mas kok suaranya ilang juga?
Speaker laptopnya kemana?” tanya Clara yang menyadari film yang kami tonton
tetiba mute. “rusak speakernya, makanya make speaker luar” jawab gw. “oh” Clara
menjawab seperti kehabisan stok pertanyaan. Ruang gelap gulita, cahaya Cuma
dari layar laptop. Kami berdua diam menyisakan berisik guyuran hujan menghujam
talang air dan atap mobil.
Gw memandang Clara, ya hanya
wajahnya yang terlihat jelas disinari layar laptop. Clara seperti sadar
pandangan gw ga bergerak dari wajahnya, “kenapa mas? Liatin aja” tanyanya.
“cakep juga kamu ya” jawab gw sambil memandang lurus matanya. “dih kemana aja
sebulan lebih tiap selasa ngeliat?” candanya sambil sedikit tertawa. “selama
ini ada pengalih terus kan, sekarang Cuma kamu yang keliatan, ternyata cantik”
jawaban gw bernada serius, meredakan tawa kecil Clara. ia juga memandang lurus
mata gw. perlahan tangan gw merangkul Clara, tak ada perlawanan.
Kami berdua diam saling
berpandangan. Tangan gw naik hingga ke belakang kepalanya, sedikit membelai
rambutnya dan perlahan menarik kepalanya mendekati gw. sementara tangan kiri gw
perlahan menutup layar laptop. Cahaya semakin meredup karena mengarah makin ke
bawah, temaram gw bisa melihat mata Clara perlahan tertutup ketika kepalanya
semakin mendekati kepala gw. tak ada perlawanan sama sekali. Dan layar laptop
sudah sepenuhnya tertutup, ruangan ini gelap gulita tepat ketika bibir gw
menyentuh bibir Clara. tarikan napas cukup panjang sayup terdengar di antara
guyuran hujan ketika bibir kami bersentuhan. Tak ada penolakan, gw mulai
melumat bibir Clara. bibir mungil tersebut sedikit terbuka, memberi ruang untuk
lidah gw bergerilya masuk, yang langsung disambut oleh lidahnya yang seperti
sudah tidak sabar.
Di tengah silat lidah ini, tangan
Clara perlahan merangkul gw. tangan kanan gw masih menahan kepalanya untuk ga
berhenti berciuman. Napasnya terdengar makin cepat. Tangan kiri gw yang sudah
bebas tugas perlahan membelai perutnya, sangat perlahan naik hingga bagian
bawah dadanya. Mencari lampu hijau, gw colek-colek sedikit dadanya. Bukan
penolakan yang gw dapat, tapi tarikan napas cepat ketika gw menyentuh dadanya.
Ini pertanda yang gw cari. Jemari gw langsung terbuka lebar, gw angkat sedikit
dan langsung meremas dada kanan Clara. “mmmmhhhhhh” Clara melenguh di tengah
ciuman kami yang semakin intim. Gw menyedot paksa lidah Clara masuk ke rongga
mulut gw.
“ngghh nghhh nghhh” Clara
mendesah teratur ketika gw meremas dadanya dari luar kaos. Tangan kiri gw
berhenti meremas dada Clara dan mulai bergerilya ke balik kaos. Perlahan gw
sentuh perutnya, terus naik ke atas. Niat gw mau masuk langsung ke balik bra,
ternyata sempit banget, sangat sulit untuk dijamah. Clara tetiba sedikit
mendorong gw, hingga melepaskan ciuman kami. “susah ya?” tanyanya sambil
sekelebat gw melihat tangannya mengarah ke punggungnya. Ia kemudian menurunkan
tali bra dari lengannya. setelah melepaskan kedua sisi tali bra dari tangannya,
Clara langsung merangkul gw dan melumat liar bibir gw. tangan kanan gw
merangkul punggung Clara, dan tangan kiri gw kembali bergerilya masuk ke balik
kaosnya. Ketika gw mendapati bra Clara sudah turun, langsung gw tarik keluar
dan gw lempar sembarangan. Tangan kiri gw langsung bergerilya masuk kembali dan
meremas dadanya. “aaaaahhhhhh” seketika Clara melepas ciumannya untuk melenguh
panjang. Kemudian ia kembali melumat bibir gw, lidahnya liar menari di dalam
mulut gw ketika tangan kiri gw bermain di dadanya, meremasnya hingga mencubit
putingnya. Clara merangkul gw erat, membuat tangan kiri gw terjepit di antara
dadanya, gabisa berbuat apa-apa kecuali meremasi kedua dadanya. Sementara mulut
kami terkunci dalam satu ciuman yang kian memanas.
Perlahan gw melepaskan ciuman
kami, kepala gw turun. Clara melepaskan rangkulannya. Kedua tangan gw meremas
dada Clara sambil menampik kaosnya ke atas. Kepala gw perlahan mengarah ke dada
kirinya. Clara nampak paham, ia langsung menaikan kaosnya melewati kepalanya
dan membuangnya entah kemana. Gw gigit kecil puting kirinya sambil gw remas
dada kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya sambil sesekali gw isap
putingnya kuat-kuat. “aahhh maaaas, enak banget siih…aaaaahh” Clara melenguh,
meracau sejadinya ketika putingnya gw isap kuat-kuat. Di tengah permainan ini,
tetiba listrik kembali menyala. Mata gw seperti kena blitz, terang sesaat baru
kemudian jelas gw lihat puting pink yang sudah mencuat dari dada putih bulat
membusung. Gw kemudian menyelesaikan permainan, hendak melihat ekspresi Clara.
Clara nampak agak malu, mungkin
listrik yang menyala seperti menyadarkan dia sesaat, namun libidonya sudah sangat
tinggi, wajahnya sayu. “kenapa mas?” hardik Clara ketika gw melihat wajah
cantiknya dalam suasana terang benderang. Semua terlihat jelas, bra putih dan
kaosnya yang bergeletakan juga kembali terlihat. “ga Cuma mukanya cantik,
dadanya juga bagus banget sih kamu” puji gw. Clara sedikit tersipu, “ah bisa
aja mas”. Beberapa detik kami kembali saling diam, agak kikuk harus melanjutkan
permainan atau bagaimana. Hingga tetiba tangan Clara mengarah ke selangkangan
gw, dan langsung mengusap-usap penis gw dari luar celana. “mana yang katanya ga
muat di mulut, Clara mau coba dong” goda Clara sambil tangannya mengusap-usap
penis gw. matanya sangat sayu, ia kemudian juga menggigit bibir bawahnya
setelah bicara. Libidonya jelas sudah sangat tinggi.
Gw langsung melempar badan gw
telentang di lantai, memberi kebebasan pada Clara untuk ngapa-ngapain gw. ia
kemudian duduk di samping gw, tangannya mengelus-elus penis gw dari luar
celana. Ia kemudian menurunkan sedikit celana dan cd gw, membut kepala penis gw
muncul dan batang penis terjepit celana. Kemudian menjilati perlahan kepala
penis gw. sesekali Clara ngeliat gw sambil tersenyum menggoda. Seperti puas
ngebuat gw kentang, baru ia kemudian menurunkan celana gw, dan melemparkannya
sembarangan. Ia juga menaikan sedikit baju gw biar ga menghalangi penis. Penis
gw tegak berdiri, dan Clara agak terbelalak. “gede ya, muat ga nih” entah ini
ekspresi kaget asli atau semacam lip service. Ia kemudian beranjak duduk di
antara paha gw.
Tangannya mengocok pelan penis gw
sambil perlahan Clara mendekatkan wajahnya. Kembali ia menjilati kepala penis
gw. baru kemudian mulutnya terbuka lebar dan perlahan memasukan penis gw ke
mulutnya sambil tangannya tetap mengocok pelan batang penis gw. Clara mengulum
perlahan, kepalanya naik turun. Ketika kulumannya kian dalam, tangannya
beranjak turun dan mengaduk-aduk kedua biji gw. 3 menit berlalu, kepalanya
makin cepat bergerak naik turun. Tangannya bertopang di panggul gw. penis gw
berasa hangat walau sesekali terantuk gigi. sekeras apapun Clara berusaha,
kapasitas mulutnya hanya sampai ¾ penis gw. “phuaaaahh, susaaah” seru Clara
sambil melepaskan kulumannya. gw tersenyum ngocol, “ga muat kan”. Clara nampak
sedikit cemberut, merasa dirinya gagal menerima tantangan. Rautnya tetiba
berubah tersenyum, “Clara tau caranya, pasti muat ampe ujung”. “gimana?” tanya
gw sekaligus nantang. “mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung”
pinta Clara sambil menaikan kaos gw. tepat ketika leher kaos melewati hidung ia
berhenti. Membuat mata gw ketutup dan kedua tangan gw mengarah ke atas. “janji
gaboleh liat, pokoknya Clara marah kalo mas liat” rajuknya. “iya, coba mana
trik rahasianya” tantang gw. emang mata gw ketutup sama sekali, gw gabisa
ngeliat apa-apa seperti saat gelap tadi. Gw bisa ngerasain tangan Clara
mengocok perlahan penis gw. kemudian melepasnya. Kok gw jadi ga diapa-apain
gini? “Clara mana triknya?” tanya gw sambil memastikan Clara ga pergi.
“sebentar mas” jawab Clara sambil gw rasakan tangannya kembali mengocok penis
gw tapi dengan posisi yang aneh. Gw merasakan genggamannya aneh.
tetiba
bleeesss…”hhhhaaaaahhhh”Clara melenguh kencang bersamaan dengan gw merasakan
penis gw masuk ke sebuah goa yang sangat sempit, hangat, berlendir dan
berdenyut di seluruh sisinya. Gw langsung menaikan kaos gw dan membuangnya,
sedikit bangkit dan gw lihat Clara berjongkok menghadap gw, telanjang bulat
tanpa apapun menutupinya lagi. nampak vagina berwarna coklat muda yang dipenuhi
bulu-bulu halus. Penis gw sepenuhnya tertanam ke dalam vagina Clara. ia
kemudian tersenyum puas dengan wajah yang sudah sangat sange. “muat kan mas
ampe ujung” katanya sambil perlahan bergoyang naik turun. “iya muat ampe ujung,
tapi curang, itu bibir bawah, bukan bibir atas” gw masih berusaha bicara di
tengah kenikmatan luar biasa ini. “sshhh…ahhh… gapapahhhh…lebih enak juga kan,
ahhhh” Clara berusaha menggoda gw sambil bergoyang naik turun. “ahhh, iya
enaak” gw udah gabisa nahan lagi, dinding vagina Clara terus menekan penis gw,
membuat sensasi yang sangat nikmat.
Setiap kali Clara bergerak turun,
gw hentakkan bokong gw ke atas, menjadikan gerakan gw dan Clara saling
berlawanan. Setiap hentakkan yang terjadi Clara selalu melenguh kencang.
“aaahh…uuhhh… mhhh…enaak maaas”. Kedua tangan gw juga meremas dada Clara yang
berguncang liar, sambil sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, “ahh
maasss keluaaar” Clara melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir
membuat tubuhnya membusung dan bergetar. penis gw berasa dimandikan oleh cairah
hangat yang mengguyur di dalam vagina Clara. Clara langsung tumbang ke depan,
gw menahannya dan langsung memeluknya. “enaak banget mas…enak banget” bisik
Clara. gw peluk dia dan membalik posisi, ia kini di bawah. Kakinya gw topang di
bahu gw. perlahan gw pompa Clara. “ahh iya mas teruss…ahhh” Clara meracau
sejadinya ketika gw mempercepat gerakan gw. bermain di rpm tinggi membuat Clara
meracau semakin aneh, “ahhh teruss… fuck..yess..ahhh…” lengkingan, racauan, dan
lenguhan menyatu dengan napas yang kian cepat dan hujan yang masih deras.
Sekitar 10 menit sampai gw
merasakan gw hampir keluar. “ahhh mas mau keluar lagi” Clara bersiap untuk
orgasme keduanya, pun gw merasakan udah di ujung. Kaki Clara tetiba turun dan
menyilangkannya di punggung gw, mengunci posisi gw sekarang. “terus maas Clara
mau keluaar” Clara meracau makin liar ampe gw harus nyium dia untuk menutup
mulutnya. Kakinya mengunci di punggung gw, tangannya mengikat leher gw untuk ga
melepaskan ciuman, dan tubuhnya bergetar hebat. Gw merasakan penis gw seperti
dipijat, seluruh dinding vaginanya berdenyut, membuat vaginanya makin sempit
dan memberi pijatan hebat ke seluruh penis gw. “sssshhhaaaaaahhhh”Clara
mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan hangat. Dan gw mencapai ujungnya,
“ra, mau keluaar” gw memperlambat gerakan gw, bersiap mencabut penis gw. tapi
kaki Clara mengikat gw makin kuat, bokongnya bergoyang seperti minta untuk gw
pompa lebih cepat. Tangannya mengunci di tengkuk gw. ia melepaskan ciumannya,
berbisik di telinga kiri gw “ga mau,ahhh… ga boleeeh,ahh… entot teruus…jangan
dilepas…ahhh” gw hilang akal, gw pompa Clara secepat dan sekeras yang gw bisa.
“aaahhhh iyaaaahhhh…teruuus” Clara kian meracau. Gw gabisa nahan muatan penis
gw lagi. Satu hentakan terakhir penis gw masuk sedalam mungkin ke vagina Clara,
dan langsung memuntahkan lava putih hangat di liang rahim Clara. tubuh gw
bergidik, 7 semprotan bersarang dalam vaginanya. “aaaaaahhhh enaaaaak” Clara
mendesah dan meracau ketika ia gw rangkul erat sambil penis gw memuntahkan
seluruh muatannya.
Setelah yakin semua muatannya
keluar,Clara baru melepas seluruh kunciannya dan baru gw cabut penis gw. gw
duduk di antara paha Clara, melihat lava putih perlahan meleleh keluar
bercampur cairan hangat dari vagina yang menganga. Tangan Clara menengadah ke
atas minta gw memeluknya. Gw tidur di sampingnya dan memeluk Clara erat. Kami
kembali berciuman sebentar. “enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji
Clara. gw hanya menjawab dengan senyuman. Beberapa menit mengisi tenaga, Clara
kemudian bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya. gw
pindah tiduran di kasur. Pikiran gw baru agak jernih, inget kalo gw buang
muatan di dalam. Deg-degan juga sih. Clara keluar dari kamar mandi, gw masih ga
berani bilang apa-apa. ia kemudian duduk di bibir ranjang. Melihat gw dengan
mata penuh kepuasan, kemudian pandangannya perlahan turun ke penis gw yang
sudah menyusut. Ia kemudian membelai penis gw. “ntar kalo udah gede, ngentot
lagi ya… Clara ketagihan” goda Clara. “itu, peju, gapapa?” gw panik sampe
gabisa ngomong kalimat lengkap. Clara tersenyum, “kondom itu proteksi lemah,
sering sobek, kalo KB 99% aman”. Dan gw bisa napas lega atas jawaban itu,
pantas Clara pede banget untuk gw keluar di dalam.
Hujan masih mengguyur deras, dan
waktu sudah menunjukan tengah malam. Clara merebahkan dirinya di samping gw, di
kasur yang sempit ini sehingga kami harus tidur miring agar muat. Clara tiduran
membelakangi gw. “mas, Clara boleh nginep aja ga? Udah tengah malem” ujarnya
tetiba. Gw merangkul perutnya sambil membalas, “baru mau minta kamu nginep aja
daripada tengah malem pulang, hahaha”. Clara tetiba membalikan tubuhnya
sehingga tidur miring menghadap gw. “iya mas boleh? Asyik” serunya kemudian
mengecup bibir gw, lalu tersenyum manja. Tangan gw beranjak naik dan mengusap
rambutnya. Gw kemudian tidur telentang, tangan kiri gw menjadi bantal Clara, ia
tidur sambil memeluk gw. tangan kiri gw mengusap-usap rambutnya. Malam kian
larut, kami tidur tanpa mengenakan apapun yang menutupi tubuh kami. ga butuh
waktu lama hingga Clara terlelap, mungkin ia sudah kelelahan.
Pagi menjelang, gw bangun dan
melihat jam, baru jam 6. Clara sudah tidur berubah posisi, miring membelakangi
gw. perlahan gw rangkul perutnya, berbisik di telinganya. “Clara, udah pagi,
bangun”. Ia masih pulas tertidur. Beberapa kali gw membangunkannya dan tidak
ada respon. Perlahan gw berbisik, kemudin iseng gw mengendus di lehernya. Clara
bergidik namun masih pulas. Tangan kanan gw naik perlahan dari perutnya, menuju
dadanya yang tumpah ruah. Gw elus perlahan, masih ga ada respon. Gw kemudian
cubit pelan putingnya. “mmhh…” Clara bergidik sambil sedikit mendesah. Beberapa
kali gw cubit perlahan putingnya, kemudian gw remas pelan dadanya, kiri kanan
bergantian. “mhhh, aaahhhh” Clara mendesah sambil masih terlelap, jadi seperti
mengigau. Gw mainkan kedua putingnya, sambil gw jilati lehernya. Clara semakin
mendesah, namun belum ada tanda ia bangun. Tangan gw turun dari dadanya menuju
bokongnya. Gw cubit bokongnya, dan ia masih juga belum bangun. Kemudian tangan
gw turun sedikit ke selangkangannya, gw elus vagina yang mengintip di antara
kedua belah bokongnya. “ahhhh…ahhh” Clara mendesah, bokongnya bergoyang
mengikuti pola elusan jari gw di bibir vaginanya. gw kemudian memainkan
Clitorisnya yang terjepit di antara bibir vagina dan pahanya. “aaahhhh…mmmmm”
desahan Clara makin mejadi, tubuhnya bergoyang, namun masih seperti orang
mengigau. Vaginanya perlahan basah, dan bahkan sudah hampir banjir.
Penis gw udah berdiri tegak,
antara sange dan berdiri ketika pagi. Gw selesaikan gesekan jemari gw di vagina
Clara. gw kemudian memegang penis gw, mengarahkannya ke antara dua bokong
Clara. gw gesekan perlahan penis gw di bibir vagina yang mengintip tersebut.
“mmhhh” Clara mendesah kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan. Gw
mengira-ngira di mana letak lobang vaginanya, gw arahkan kepala penis gw tepat
di depan lobang vaginanya, dan perlahan gw memasukan penis gw ke dalam vagina
Clara. kepala penis gw kini sudah masuk, menyisakan batang penis yang sudah keras
di luar. Tangan kanan gw kemudian meremas melebarkan bokong Clara dan dengan
kekuatan penuh gw benamkan seluruh penis gw ke dalam vagina Clara. “huaaaaahhh”
Clara sedikit berteriak ketika sodokkan gw langsung membenamkan seluruh penis
gw ke dalam vaginanya yang sudah basah. Langsung gw sodok cepat Clara. posisi
ini membuat vaginanya terasa lebih sempit. Penis gw seperti dijepit oleh ruang
hangat yang telah basah. Tangan kanan gw naik dan langsung meremas dada Clara.
Beberapa lama gw menggoyang Clara
barulah ia bangun, “mmhhh aaahhh maas enaaaak, teruuus” Clara bangun langsung
meracau. Tangannya langsung merangkul kepala gw. tangan gw kemudian mengangkat
kaki kanan Clara, membukanya lebar, kemudian tangan gw langsung menyusup ke
perutnya dan turun ke vaginanya. di balik rambut-rambut halus vagina itu gw
mainkan Clitoris Clara sambil masih memompanya. Kepala Clara menengadah sambil
terus meracau “hhhaaaahhh teruus… teruus mas teruus, Clara mau pipis”. Beberapa
sodokan kencang membuat tubuh Clara membusung, tangannya kencang merangkul
kepala gw, tubuhnya bergetar, sesaat kemudian gw merasakan penis gw diguyur
cairan hangat yang begitu deras disertai lenguhan panjang Clara. memastikan ia
selesai orgasme baru gw cabut penis gw, dan cairan putih mengalir keluar vaginanya,
membasahi bulu-bulu halus yang sudah lembab. Gw kemudian membalik tubuh Clara,
memeluknya erat dan mencium bibirnya mesra, “selamat pagi Clara”. Clara
tersenyum manja, ia memeluk gw erat sehingga penis gw yang masih berdiri tegak
menempel di perutnya. “pagi mas, pagi-pagi Clara udah dientot aja mas”
timpalnya sambil tersenyum manja. “ya kamu dibangunin ga bisa, memek udah
basah, tusuk aja lah, hehehe. Marah ya?” balas gw kemudian. Clara menggeleng,
“enggak, alarmnya enak banget mas. Clara biasa bangun sebel kalo bunyi alarm,
kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa kami pagi itu. “kamu enak, mas
kentang nih” timpal gw. “uuu kaciaan dedeknya belum keluar yaa” canda Clara
sambil tangannya perlahan mengocok penis gw yang masih berdiri tegak. “masukin
lagi ya?” tanya gw minta ijin. Clara bangkit duduk sambil tangannya masih
memegang penis gw. “bukan ga mau mas, Clara lemes entar gabisa kuliah, disepong
aja yaa?” jawabnya. Yang tanpa menunggu balasan gw, wajahnya mengarah ke penis
gw dan langsung menjilati kepala penis gw. perlahan Clara mengulum penis gw
sambil tangannya mengocok batang penis gw. kuluman yang penuh gairah disertai
lenguhan-lenguhan yang bisa gw dengar di sela-sela kulumannya.
Clara kemudian memposisikan
tubuhnya berlutut di antara paha gw. ia melepas kulumannya, menegakkan penis
gw, kemudian menjepitnya di antara kedua dadanya. Ya, dada Clara cukup besar
untuk bisa benar-benar menjepit penis gw dan mengocoknya. Namun posisi ini
keliatan susah buat dia. Jadi gw minta ia berhenti dan tidur telentang di
tempat gw. kemudian gw berlutut di atas perutnya, ia kembali menjepitkan
dadanya di penis gw. gw bergerak maju mundur beraturan dengan pola Clara
mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berusaha menjangkau kepala penis gw.
agak susah keliatannya tapi ia berhasil mengulum kepala penis gw sambil dadanya
mengocok penis gw. sensasi unik ini membuat gw sangat bergairah. Dan tak perlu
waktu lama untuk gw sampai ke puncaknya. “ahhh mau keluaar” dan *crot crot crot
crot* empat semburan bersarang ke wajah cantik Clara. ia menjilati sperma gw
yang mendarat di sekitar mulutnya. Clara tersenyum puas dengan wajah belepotan
sperma.
Rehat sejenak baru kami kemudian
mandi. Jujur kamar mandi gw ga cukup lebar untuk bisa dipakai berdua. Sehingga
tak banyak yang bisa kami lakukan. Setelah Clara membersihkan sperma gw yang
mulai mengering di wajahnya, kami mengguyur badan masing-masing. Clara
menuangkan sabun di dadanya, dan menggunakan dadanya untuk menyabuni gw. ia
menempelkan dadanya di seluruh tubuh gw, kemudian berlutut dan membenamkan
penis gw yang masih tertidur di dadanya. “dedek bangun dedek” candanya sambil
menggosok-gosokan dadanya yang penuh sabun di penis gw. “jangan ganggu dedek
tidur, ntar kalo bangun kamu lemes” balas gw disertai tawa Clara. selesai
menyabuni gw. Setelah sedikit membilasnya, gantian gw menuangkan sabun di
telapak tangan gw dan mulai menyabuni tubuh Clara. ia berdiri membelakangi gw.
gw oleskan ke seluruh tubuhnya, dan terakhir dadanya. Gw mengolesi sambil
meremas-remas dadanya. Tubuhnya mencilat, air bercampur sabun diterpa cahaya.
Membuat perlahan penis gw bangkit kembali. Gw kemudian mencoba mengambil sikat
gigi, namun sengaja menjatuhkannya. “yah ambilin dong tolong” pinta gw. Clara
membungkuk berusaha mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat gw arahkan
penis gw yang sudah meninggi ke vagina clara, “aaaaahhhhhhh” Clara melenguh
kencang ketika penis gw menyeruak masuk ke dalam vaginanya. tangannya yang
semula ingin mengambil sikat gigi langsung bertopang ke tembok. Gw memegang
panggul Clara sebagai tumpuan dan langsung memompanya perlahan. “sshhh aahhh
alibi banget ngambil sikat gigi maas…ahhh” Racau Clara menyadari permintaan gw
Cuma alibi. “ahh mas, enak…ahhh, udah jam segini mas…ahh” Clara meracau
keenakan namun juga menyadari jam kuliahnya hampir tiba. Baru sekitar 3 menit
gw cabut penis gw. ga enak juga kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang
sebenernya sih, tapi mau gimana lagi. Clara bangkit, membilas tubuhnya.
Kemudian berbalik dan langsung mencium gw. lidahnya langsung liar menyeruak. Gw
membalas pelukannya, sambil meremas bokongnya. Cukup lama kami berciuman,
hingga Clara yang melepaskan ciuman kami. ia kemudian menggenggam penis gw,
“sabar ya dedek, nanti Clara puasin kamu deh” ujar Clara. “janji?” tanya gw
kemudian. Clara membalasnya dengan senyuman nakal, lalu memeluk gw.
Selesai mandi kami bergantian
handukan. Keluar kamar mandi gw duduk di bibir ranjang. Gw memandanginya yang
sedang mengeringkan tubuhnya. Ia sadar kalo pandangan gw tertuju padanya ketika
ia akan memakai celana dalamnya, “kenapa mas?” tanyanya. “yah kamu make baju,
mau liat kamu telanjang lebih lama” jawab gw sambil terus memandangi dadanya
yang berguncang liar. “iya mas entar kita main lagi, puasin deh liat Clara
telanjang” jawabnya sambil berpakaian. “masih lama ya? Pengen terus liat kamu
telanjang aja boleh?” tanya gw diselingi sedikit tawa. “yeeh masuk angin dong
clara kalo telanjang terus” jawab Clara setengah bercanda. Selesai berpakaian,
kami kemudian turun. Gw mengantar Clara ke kosannya, untuk berganti baju dan
menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat menuju kampus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar