>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 9 0 5 7
Top 2D : 09 10 25 37 40
Cadangan 2D : 57 60 75 89 90
TOP SHIO : Tikus Ayam Babi
COLOK BEBAS : 0 5 9
AS : 1 2 3
KOP : 4 6 8
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Ganjil
Saat ini aku sedang kuliah
semester dua di salah satu universitas swasta di selatan Jakarta. Ini kisah
beberapa bulan lalu, sekaligus cerita pengalaman pertamaku melakukan hubungan
seks. Hari pertama kuliah memang membosankan karena belum kenal teman-teman.
Tetapi, dengan jarak satu baris, ada mahasiswi duduk tiba-tiba, dia terlambat
sekitar 10 menit. Kemudian agak kulirik hati-hati bagaimana rupanya. Memang sih
tidak terlalu cantik tetapi manis. Ditambah kulit coklatnya, rambutnya agak
ikal, panjangnya setengah leher, belah tengah. Sejenak otak terpenuhi
pikiran-pikiran kotor. Bajunya abu-abu dengan lengan biru dan agak ketat, jadi
buah dadanya terlihat mancung. Perkiraanku sekitar 34A ukurannya.
Sekitar seminggu berlalu, tetapi
aku belum juga kenal dengan cewek itu. Seminggu kemudian, saat aku sedang
ngobrol dengan beberapa temanku (yang kenal dengan cewek itu), tiba-tiba dia
menghampiri kumpulanku dan teman-temanku. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya
dia duluan yang bertanya untuk berkenalan.
“Eh, elo namanya siapa..?”
katanya.
Dalam hatiku, “Agresif nih
kayaknya.. bodo ah, tancap aja..!”
Lalu kubilang, “Eldi.”
Dia juga ngejawab, “Diya
Hartiyan, panggil aja Yayan.”
Akhirnya kami berkenalan
juga.Cerita Seks Remaja,Kisah Sex Remaja,Ngentot Remaja,Cerita Mesum Remaja
Nonton Semi
Online,Korea,Jepang,Thailand Terlengkap Disini
Setelah aku merasa akrab
dengannya, pikiranku mulai kembali pada pikiran-pikiran kotorku lagi. Bahkan
lebih parah, ingin bersetubuh dengan Yayan. Setiap kali kulihat dada seksinya,
batang kejantananku mulai tegang. Malah, kadang-kadang kalau sedang duduk di
belakangnya, Yayan seringkali membangkitkan nafsuku dengan melepas ikat
rambutnya dan menaikkan rambutnya hingga lehernya terlihat. Juga bibirnya yang
sexy, yang mungkin terlalu enak untuk dicium dan dikulum. Nafsuku yang sudah
meledak suka ingin membuatku melepaskan celana dan onani di depan wajahnya. Aku
juga ingin memiliki fotonya buat bahan onani di kamar atau di kamar mandi.
Tetapi berhubung nafsuku sudah kelewat batas, aku sering onani dengan bahan
hanya menggunakan daya khayalku saja.
Yang membuatku bertambah nafsu,
Yayan gampang sekali dirangkul atau dipeluk cowok. Kupakai kesempatan ini
dengan memeluk bagian pinggangnya, apalagi Yayan malah menanggapinya dan
membalasnya. Kemudian, pada saat ujian negara semester 1, wanita diharuskan
memakai rok panjang semata kaki. Begitu kulihat Yayan, wuaih.. anggun sekali!
Apalagi dengan tambahan belahan roknya yang hampir sedengkul. Ketika kebetulan
dia duduk, kulihat pahanya yang ternyata tidak sehitam kulit bagian lainnya,
melainkan lebih coklat muda, hampir putih. Batang kejantananku kembali
terangsang. Sesampainya di rumah, aku melakukan onani lagi.
Lalu, inilah saat-saat yang
mengejutkan. Setelah midtest semester dua, salah seorang temanku ingin main ke
rumahku yang juga mengajak beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan orangtuaku
sedang tidak ada di rumah. Bagian yang paling mengejutkan dan membuat nafas
memburu adalah Yayan ikut juga ke rumahku. Hari itu Yayan memakai kemeja yang
agak memperlihatkan bagian pusarnya. Di rumah aku mencoba biasa saja dan
berusaha menutupi nafsu birahiku. Tidak lama Yayan ingin ke kamar mandi. Karena
rumahku bertingkat, dan kamar mandi atas lagi rusak (airnya tidak jalan),
kuantarkan Yayan ke kamar mandi bawah (sementara teman-teman lainnya di atas
main Play Station) sambil mencoba menstabilkan nafas yang memburu melambangkan
orang penasaran.
Sejenak aku berpikir, “Terlalu
nekat nih.. tapi, kapan lagi..?”
Akhirnya kuputuskan untuk
memberanikan diriku. Aku pura-pura menjelaskan bagian-bagian kamar mandiku
kepada Yayan.
“Yan, ini showernya, ati-ati lho
nyemprotnya kencang, trus WC-nya.. udah bisa kan..?”
Tidak lama kemudian kulakukan
niat gilaku.
“Emm.. Yan..!” aku bertanya agak
gemetaran sambil melihat tangga.
Yayan menjawab, “Apaan sih..? Ada
apa..?”
“Ehmm.. Gue.. boleh..,” Yayan
langsung memotong, “Apaan sih..! Boleh apaan..?”
“Gue boleh cium elo, nggak..?”
Batinku berkata, “Kok kayak anak
SMP yah..? Tapi, bodo amat lah..!”
Yayan agak tertegun, “Hah..! Ee..
emm..”
Entah adrenalin dari mana yang
datang, tiba-tiba kupegang pinggang kanannya sambil menarik Yayan ke pelukanku.
Yayan terlihat tidak berdaya, hanya agak mendesah. Langsung saja kucium
perlahan bibir seksinya itu.
Awalnya bibir Yayan hanya diam
saja, terkadang agak membuka lebar. Namun setelah agak lama, Yayan mulai
memejamkan matanya dan langsung melingkari kedua tangannya di leherku, lalu
membalas ciumanku ditambah jilatan di ujung bibirku. Sesekali Yayan juga
mengulum lidahku dan agak digigit.
Aku mendengar desahan Yayan,
“Ehmm.. eehh.. mm..” mungkin karena menikmati kulumannya.
Lalu Yayan yang mulai agresif,
mendorongku ke tembok sambil membuka bajuku. Terpikir olehku, seperti di film
saja. Setelah bajuku lepas, Yayan melemparkannya ke lantai dan menjilati
dadaku, lalu turun menjilati bulu daerah pusarku. Bukannya geli yang kurasakan,
tetapi justru menambah kencangnya ereksi batang kemaluanku. Lalu kubalas lagi
melucuti kemejanya. Terlihat buah dadanya yang bulat sexy.
Sambil meneruskan ciuman mautku,
kulepas kaitan BH-nya. Kulempar BH-nya ke lantai dan mulai menghisapi buah dada
Yayan.
“Aghh.. ahhgghh.., Di.. aahh..!”
Yayan terlihat berkeringat dan mengeluarkan desahan.
Beruntung pintu kamar mandi sudah
kututup rapat. Puting Yayan kubasahi dengan ludah dan kujilati kembali. Yayan
juga sesekali menjambak rambutku dan menjilati daun telingaku. Setelah lama
bermain pada puting payudaranya, kulepaskan celana panjang dan celana dalamku.
Kemudian aku menyender di tembok sambil memegangi batang kejantananku yang
sudah berdiri tegang dan agak berurat. Yayan tidak mulai memasukkan batang
kemaluanku ke mulutnya, tapi malah memainkannya dengan sedikit kocokan.
Serentak dengan masuknya batang kejantananku ke mulut Yayan, aku merasakan ada
semacam getaran listrik di daerah pinggul dan selangkangan.
“Eghh.. Yan.. ehhgghh..!” aku
juga mendesah karena enaknya hisapan Yayan.
Sesekali Yayan juga meludahi
ujung batang kemaluanku dan menjilati pinggirnya. Akhirnya, kuajak Yayan untuk
melakukan persenggamaan.
“Ehh.. Yan.. gue masukkin yahh..
hh..!” sambil nafasku naik-turun.
Tanpa banyak bicara kecuali
sedikit desahan, “Eughh.. ehh..” Yayan langsung mendorongku ke dudukan WC,
sehingga aku terduduk dan Yayan duduk di pangkuanku setelah melucuti celananya.
Wajahnya menghadap ke arahku.
Yayan sendiri yang mengarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya.
“Esshhghh.. emmhh..!” Yayan
mendesah namun seperti tertahan.
Wajahnya terlihat agak merah.
Dari situ kuketahui kalau dia sepikiran denganku. Tidak ingin suaranya
kedengeran. Akhirnya aku melakukan persetubuhan untuk pertama kalinya. Setelah
Yayan menusukkan batang kejantananku ke liang senggamanya, aku merasakan ujung
batang kejantananku menabrak dan mendorong sesuatu. Nampaknya selaput daranya
tertekan.
Batinku berkata, “Yess.. Yayan
masih perawan.”
Yayan mencoba mengayunkan
badannya ke atas dan bawah.
Kugoyangkan juga badanku ke atas
dan ke bawah. Kurasakan selaput Yayan sudah robek. Mungkin nanti akan terlihat
noda darah. Goyangan Yayan semakin kencang. Sekujur tubuhnya terlihat kucuran
keringat. Bagitu juga badanku, terutama bagian leher. Kuusapi keringatnya
dengan tanganku sambil mengelus tubuh seksinya, juga kutempelkan badannya ke
badanku. Karena aku takut tutup WC-nya jebol, kuangkat Yayan dengan batang
kejantananku masih menancap, dan kutiduri Yayan di lantai. Untung lantainya
belum basah, jadi masih bersih. Kukangkangkan kedua kakinya, kutempelkan di
pinggang dan kupegangi. Goyanganku kini maju mundur.
“Aghh.. aah.. Di.. a.. ayo..
Di..!” Yayan kembali mendesah sambil memanggil namaku.
Kembali aku merasakan adrenalin
aneh merasukiku. Biasanya senafsu-nafsunya aku onani, paling cepat hanya 5
menit. Karena di kamar mandiku ada jam dinding, kulihat sudah hampir 10 menit
sejak ciuman pertamaku itu, aku belum juga mencapai klimaksnya. Kalau onani
pasti sudah keluar dari tadi. Akhirnya, Yayan ejakulasi duluan. Di sekujur
batang kemaluanku kurasakan cairan hangat dari vaginanya. Kocokanku masih
berlanjut, tetapi tidak lama. Aku merasa juga sudah ingin segera mencapai
orgasmeku. Karena takut keluar di dalam, segera kucabut batang kejantananku.
Aku bermaksud untuk memuncratkan spermaku di wajahnya.
Sambil kudekatkan batang
kemaluanku ke bibir Yayan, kukocok sedikit lagi dengan telapak kananku yang
sebagian dipenuhi oleh air mani Yayan. Kemudian ketika mau keluar, Yayan ikut
memegangi batang kemaluanku.
“Crot.. crot..!” Spermaku
membanjiri wajahnya.
Nampak seputar bibirnya dipenuhi
sperma putih kental. Juga di pipinya, hidung, alis dan ada yang memuncrat
hingga mengenai rambutnya. Sisa-sisa spermaku ditelan habis oleh Yayan.
“Aghh.. Di.. sperma loe banyak
bangeetthh..!” Yayan mencoba berbicara sambil masih mengocok batang
kejantananku dan membersihkan wajahnya dari lelehan cairan panas itu.
“Ghhahh.. ahh.. Yan.. capek nih
gue..! Kuat juga elo..!” aku mencoba bercanda.
Yayan membalas, “Eughh.. ehh..
elo lagi.. kuat banget..!”
Akhirnya Yayan membersihkan bekas
sperma yang membasahi sekitar wajahnya dan berpakaian kembali. Aku sepakat
dengan Yayan untuk bilang kalau kami tadi lagi nelpon dulu, jadi agak lama
naiknya, biar yang lainnya tidak pada curiga, dan Yayan menjawab setuju dengan
ciuman.
Setelah melakukan persetubuhan
itu, Yayan ke atas duluan, pura-pura tidak ada apa-apa. Begitu juga aku sehabis
berbohong menelepon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar