>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 1 9 7 2
Top 2D : 01 19 24 32 42
Cadangan 2D : 51 69 74 82 91
TOP SHIO : Babi Tikus Monyet
COLOK BEBAS : 2 7 9
AS : 0 3 4
KOP : 5 6 8
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Genap
Sebuah kisah ngentot yang
menggairahkan. Suntuk! Satu kata yang membawaku melarikan motor kesayanganku
membelah dinginnya malam bulan Agustus, menuju ke pusat keramaian kota
Yogyakarta, Maliboro. Terus terang fikiranku kacau, wanita yang aku sayangi
sore tadi pergi tanpa pamit bersama temannya ke luar kota. Padahal sudah lima
hari ini tak diberinya jatah sex, dengan alasan sedang ujian tengah semester.
Mau meledak rasanya kepala ini, harus kusalurkan nafsu ini bila tak ingin uring-uringan
terus. Terbayang di benak semua rencana tuk malam ini memberi kepuasan dirinya
dan pelampiasan nafsuku, sebutir obat kuat telah kusiapkan disaku calana. SIAL!
makiku dalam hati…
Warung itu terlihat sepi.
Sebetulnya bukan warung, lebih mirip gerobak dorong makanan yang terparkir di
pinggir jalan seberang toko Ramai Malioboro. Kuparkir motor di depan gerobak
makanan itu, kupesan segelas jahe tape untuk mengusir dinginnya malam. Kulirik
jam baru setengan sembilan malam, tinggal setengah
jam lagi bubaran toko-toko
sepanjang Malioboro, dimana pelayan-pelayan toko berhamburan keluar toko untuk
pulang. Kuraih rokok di saku jaket yang tinggal tiga batang, kunyalakan dan
kuhisap kuat sambil kuhembuskan keras ke udara. Dinginnya malam tak cukup untuk
mendinginkan hati ini, terlebih dalam calanaku yang menginginkan jatah.
Fikiranku melayang mencari cara memenuhi hasrat ini.
Waktu pun berjalan, fikiranku
terus berkecamuk, terdengar suara wanita memesan segelas teh hangat di
sampingku. Kugeser letak dudukku, kulirik dia, hmm lumayan juga nih cewek.
“Permisi mas numpang duduk” sapanya. “Oh monggo, silahkan-silahkan” jawabku
memberi tempat kepadanya. “Kok belum pulang mbak?” tanyaku membuka percakapan.
“Iya mas, tunggu jemputan, tapi kok belum kelihatan ya” jawabnya sambil
menengok kiri dan kanan. “Biasanya dah jemput dari tadi lho mas” tambahnya.
Tiba-tiba Hp di tas wanita itu berbunyi, kulihat dia menjawab telepon itu,
kuperhatikan wajahnya. Alamak! wajah itu tertekuk marah, menambah manis wajah
ayunya. “Kurang ajar” katanya sambil menutup pembicaraan teleponnya. “Kenapa
mbak, kok marah-marah?” tanyaku padanya. “Dasar cowok gak tahu di untung,
minggat sana sama gendaknya” maki dirinya kepada cowok di telepon tadi.
Tiba-tiba dia menelungkupkan wajah ayunya ke atas meja sambil menangis. Wah
kacau nih, pikirku. “Sudahlah mbak, nggak usah dipikirin, laki-laki emang
begitu” rayuku sambil tak kusadari bahwa aku juga laki-laki yang mungkin lebih
berengsek dari cowoknya tadi.
“Gimana kalau saya saja yang
mengantar embak?” kutawari diriku untuk mengantar. Wanita itu menengadah,
terlihat air mata yang masih mengalir dari kedua boal matanya. Oh My God, ayu
tenan gumam hatiku, wajahnya itu lho lucu, imut, kasihan diterpa cahaya lampu
tempel di meja gerobak dagangan makanan. “Mas nggak papa? Nanti ada yang marah?
tanyanya sambil menatap lekat padaku. “Kita senasib kok mbak, Anton” kataku
memperkenalkan diri sambil meraih tangannya menuju motor. Setelah kubayar
minuman kita, kuulurkan helm kepadanya. Motor kustarter, dia duduk dibelakangku.
“Aku Ika mas. Senasib bagaimana sih mas?” tanyanya padaku. “Aku juga ditinggal
cewekku sore tadi, dia pergi sama teman-temannya tanpa pamit padaku” jawabku.
“Tinggalmu di daerah mana mbak?” tanyaku.
“Apa” tanyanya sambil mendekatkan
kepalanya ke samping kepalaku, seerrr… payudara yang bulat kencang, sekarang
nempel merapat di punggungku, terjadilah pemberontakan di dalam celana dalamku.
Sial… aku lupa mencukur bulu bawahku, sekarang terasa perih menggigit terdesak
pisang ambonku yang perlahan serta pasti mengeras. “Kenapa mas?” tanyanya
sekali lagi padaku. Wajah gadis itu di sebelah kanan agak kebelakang arah
wajahku, kutengok ke samping kanan, persis yang kuduga sebelumnya, begitu
menengok, kucium lembut dan menyentuh pipi serta sedikit mulutnya, “iiiihhh,
nakal ya masnya ini” katanya sambil mencubit pinggangku. Haa haa haa… “Kostmu
daerah mana adik manis?” tanyaku menahan perih di pinggang akibat cubitannya.
“Enggak tau, aku lagi males pulang” cemberutnya sambil terus mencubit
pinggangku. Kuhentikan motorku di tepi jalan. “Kok berhenti mas?” tanyanya.
“Habis kamu nyubit terus dan gak di lepas-lepas sih… nanti gimana jalan
motornya?” candaku. “Habis masnya juga genit sih, pake ngesun segala” ujarnya.
“Nah gitu dong, jangan sedih terus, ntar ilang lho manisnya” kataku
cengengesen. “Tu kan… mulai lagi” ketusnya sambil bersiap untuk mencubit
pinggangku lagi. Kutangkap tangan lembut itu, kugenggam mesra sambil bertanya
“Trus kita mau ke mana cah ayu?” Ditundukkannya wajahnya “Terserah mas aja lah.
pokoknya aku males pulang ke kostan”. “Ya oke deh, kita nikmatin malam ini
berdua aja ya” jawabku. “He eh” sambutnya sambil melendot manja, ah dasar
wanita dirayu sedikit, keluar deh manjanya. Kulaju motorku ke arah selatan
Yogya. Namanya rejeki gak lari ke mana, sorak hatiku.
Sampailah kita di daerah pantai
Parang Tritis, angin laut selatan menyambut kita disertai dinginnya musim
kemarau bulan Agustus. Kulepas jaketku dan kukenakan kepadanya yang hanya
berkaus ketat berlengan pendek. Kuparkir motor di atas pasir pesisir pantai,
kurengkuh bahunya untuk duduk di pasir, dia diam saja, pandangan jauh menatap
kelamnya lautan. “Kenapa, kok ngelamun” tanyaku. “Tauk nih, kita kan baru
beberapa jam lalu kenalan, kok udah akrab ya” jawabnya. “Emang kenapa? nggak
boleh? Aku suka dari pandangan pertama tuh” kataku ngawur. “Iiiiih, ngawur lagi
deh” sergahnya sambil mulai mencubitku lagi. Sebelum tangan itu sampai, aku
bangkit berlari menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara kami, sampai
suatu saat kakiku tersandung lobang dan jatuh. Karena jarak kami tidak terlalu
jauh, dia pun ikut terjatuh, sebelum sempat kusadari, reflek tanganku meraih
tubuhnya, berpelukanlah kami berdua. Dia terdiam, akupun menahan nafas,
perlahan kusorongkan wajahku mendekati wajahnya, kucium lembut bibirnya, ia pun
membalas sambil memejamkan matanya, kami berdua terhanyut, melayang tinggi
dengan latar belakang deburan ombak pantai selatan.
Malampun semakin larut, kami
memutuskan untuk menginap di salah satu losmen yang berada i sekitar pantai.
“Kok kamu mau menginap dengan cowok yang baru kamu kenal sih” bisikku
ketelinganya. “Habis mas baik sih, mau nemenin Ika yang lagi sebel” katanya
manja. Kuraih wajahnya, kepagut bibir mungil Ika, kami berdua berciuman mesra.
Tangan kananku memeluk pinggang, tangan kiriku bergerilya masuk ke dalam kaus
Ika. Cumbuan kualihkan ke leher jenjang Ika, dia mendesis dipeluknya tubuhku.
“Sss…mass… enaaakk” erang Ika.
Tangan kiriku berusaha masuk melalui bra yang agak ketat, sedang tangan kananku
berusaha membuka kaitan bra di punggung Ika. “Mas Ann… ton… Ika lee.. messs
nih… sambil tiduran yuk…?” pintanya. Kurebahkan diri Ika ke atas ranjang,
kumainkan kedua belah payudara Ika, Ika terpejam kembali dengan mengerang
perlahan… sss… sss… yang keras mas remasnya… sss…
Kubungkukkan bandan, mendekat ke
arah payudara Ika, ku kulum puting sebelah kiri sementara tangan kananku
meremas sebelah kanan. Tangan ika menjambak rambutku… Sss… enaaakk… masssss…
hisap yang kuat sayang… Jilatanku kuteruskan menelusuri sampai ke pusar,
kumainkan lidahku di lubang pusar Ika. Malam kian larut, deburan ombak
terdengar sampai ke dalam kamar losmen, seakan musik mengiringi deru nafas
memburu kami berdua. Kupandangi tubuh Ika, kuusap mesra wajahnya, Ika
memandangku pasrah, kubelai perutnya dengan tangan kanan, terus turun hingga ke
celana panjang Ika. Kubuka kancing celana Ika, kuturunkan resluiting dan
kubelai dengan punggung tanganku.
“Mas Anton… jangan siksa Ika
dong… cepet copot baju dan celana mas juga” pinta Ika seperti memelas.
“Sebentar sayang, mas mau buang air kecil dulu ya” kataku sambil berlalu ke
kamar mandi. Aku mencopot baju dan celanaku serta celana dalamku sambil
mengelus penisku “sabar ya sayang, nanti kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam
senang. Ika terpekik tertahan melihat kondisiku yang bugil, sambil menutup
mulutnya. “Mas Anton… kok gede banget penisnya? kira-kira muat gak ya unya
saya?” tanyanya. “Kamu masih perawan Ka?” tanyaku mendekatinya. “Udah enggak
sih… cuman dah lama gak kemasukan, apalagi segede punya emas?” jawabnya senyum
dikulum. “Ya udah nikmatin dulu deh punya emas ini ya” kataku sembari
menyodorkan penisku ke wajahnya. Ikapun bangkit dan menyentuh penisku sembari
dijilatinya, kemudian memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya, terlihat
sesak tatkala dia memasukkan batangku.
Aku tersenyum melihatnya
terbelalak-belalak. “Cape nih mas mulut Ika, pegel!” protesnya. “Ya udah,
sekarang giliran emas mau cium vegi Ika ya” kataku meredakan protes Ika.
Kemudia Ika kembali tiduran sembari mengangkangkan kedua pahanya, kudekatkan
kepalaku di selangkangan Ika yang memang luar biasa bersihnya kemaluan ika
dengan rambut sedikit dirapikannya, kumulai mengulum kemaluan Ika. Kedua tangan
Ika menjambak rambut di kepalaku. “Achhh… terus masss… yesss… gigit masss…”
erang Ika seperti cacing kepanasan. Gila aja cowok goblok itu, barang sebagus
ini disia-siakan bathinku berkata sembari terus menjilat dan sesekali
kumasukkan lidahku kedalam liang vegi Ika. “Maasss… aaakkkuu… nyammpeee…!”
jerit Ika sembari menekan kepalaku ke dalam vaginanya. Tubuh Ika bergetar
hebat, dari lubang kemaluan Ika keluar lendir orgasme yang lansung tak
kusia-siakan untuk menyedotnya ternyata gurih sekali cairan orgasme Ika.
Setelah beberapa saat Ika tergolek lemas seperti tak bertenaga, kudekati Ika
dan berbaring di sisinya, kukecup keningnya dan kubelai rambut Ika, “Gimana
rasanya sayang?” tanyaku. Ika tak menjawab, hanya tatapan sendu serta senyuman
Ika yang mewakili sejuta kata-kata yang mewakili dirinya mencapai puncak
kenikmatan.
Kemudian aku bangkit, melumuri
penisku dengan air ludah, agak kuangkat Ika untuk agak menepi dari ranjang.
Perlahan aku arahkan penisku ke tengah selangkangan Ika. “Pelan-pelan ya mas…”
pinta Ika memohon. Pertama ku sibak bibir vagina Ika, kemudian kutempelkan
kepala helm penisku di tengah vaginanya, perlahan-lahan kudorong masuk ke
dalam. Dengan orgasmenya Ika tadi, seolah telah siap untuk menerima kedatangan
penisku, tetapi tetap saja agak sempit.
Kulihat Ika agak meringis,
“Kenapa Ka?, sakit ya?” tanyaku. “Sedikit mas, tapi gak pa pa kok, Ika tahan”.
Aku gak mau buru-buru, sedikit demi sedikit kukeluar masukkan batang penisku ke
dalam vagina Ika. Setelah masuk setengah, kudiamkan sejenak untuk memberi waktu
vagina Ika menyesuaikan dengan batang penisku, kulihat Ika menatapku, “Kenapa
berhenti mas? aku dah mulai merasa enak kok rasanya” kata Ika sedikit protes
atas perbuatanku. Memang aku penjahat kelamin, kata teman-temanku, sebetulnya
aku sendiri gak setuju karena menurut diriku sendiri aku adalah penyayang
kelamin, gak mau asal aja make love dan wanita merasa sakit, karena prinsipku
hubungan sex itu adalah kepuasan antara dua insan berlainan jenis.
Setelah kulihat Ika sudah
terbiasa dengan penisku, mulailah kumaju mundurkan senjataku tersebut, sambil
melirik Ika. Ternyata Ikapun sudah menikmati keluar masuknya penisku di
vaginanya. Sekitar lima menit kemudian Ika kontraksi, rupanya dia sudah mau
mencapai orgasme lagi. Massssss…akkkuuu… nyammmppeee… erangnya sambil memeluk
erat tubuh serta menjepit keras pinggulku. Aku imbangi orgasme Ika dengan
menancapkan batang penisku dalam-dalam.
“Gimana sayang?” tanyaku. “Waduh
mas luar biasa deh” jawabnya sambil terengah-engah. Kemudian Ika aku suruh
telentang di atas rajang, kemudian aku naik di atas tubuh Ika, kujilati sekitar
payudara Ika yang memang sudah basah oleh keringatnya. Kemudian kusuruh kedua
tangan Ika untuk menjepit kedua payudaranya, setelah itu batang penisku aku
tusukkan di tengah jepitan payudaranya. Ika tersenyum paham dengan perbuatanku
dan bertanya “Kenapa gak dikeluarin di dalam vagina Ika aja mass?” tanyanya.
“Enggaklah, nanti kamu hamil lagi” jawabku. Ikapun tersenyum manis. Kukocok
kemaluanku di jepitan payudara Ika, tak berapa lama terasa ada sesuatu yang
akan meledak dari ujung kemaluanku, Ika menengadah ke arah payudaranya, “Kaaa…
masss mau sammmpe juga nihhh…” erangku. Kulihat Ika membuka mulutnya, seolah
mau menampung muncratan orgasme ku. Melihat hal itu buru-buru ku copot penisku
dari jepitan payudara Ika dan kumasukkan ke mulut Ika, disambutnya penisku dan
di kulumnya. Meledaklah semua spermaku di mulut Ika sampai tetes mani terakhir.
“Enak kok mas, gurih… Ika seneng sama sperma emas?” kata Ika sambil tersenyum.
Akupun seperti habis berlari berpuluh-puluh meter, nafasku tersengal tetapi
senyumku masih bisa kupaksakan untuk Ika. Kupeluk tubuh bugil Ika, kuciumi
wajah, pipi, dan kamipun beciuman mesra, kamipun tertidur pulas hingga pagi
tanpa sehelai benang nempel di kedua tubuh bugil kami.
Pagi pun merangkak ke siang, aku
terjaga dan kulihat di sebelahku Ika sudah tidak ada. Dengan perasaan malas aku
bangun dan menuju ke kamar mandi. Sesampai di sana kulihat Ika membelakangi
pintu dan sedang menyikat gigi, perlahan kudekati dan kupeluk dari belakang,
tak lupa tanganku mampir di kedua buah dada Ika.
“Eh dah bangun ya mas?” sapa Ika.
Kurasakan penisku menegang lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua
kaki Ika dan perlahan kumasukkan penisku dari belakang. Ika mengerang lirih dan
berpegangan pada tepi bak mandi, sampai akhirnya Ika mencapai orgasmenya.
Setelah itu ia jongkok di depanku
dan mulai mengulum penisku sampai mencapai orgasme yang ditelan Ika sampai
habis.
Setelah mandi dan sarapan, kami
berdua bersantai di teras depan losmen. Kemudian Ika bertanya dengan perasaan
sedih, “Mass, kira-kira besok-besok gimana ya hubungan kita..” tanyanya sedih.
“Mau kamu gimana Ka? balasku bertanya lagi. “Mau Ika kita gak buru-buru putus
mas, setelah peristiwa semalam sampai hari ini, kayaknya Ika suka deh sama mas
Anton?” katanya sambil mulai meneteskan air mata. Aku bangkit dan memeluk
dirinya, ku elus punggung dan rambutnya. “Mas juga sama kok perasaannya dengan
kamu sayang” kataku menghibur. “Kita lihat besok aja ya, dan aku janji selalu
menghubungi kamu ya Ka.” kataku kemudian. Ika hanya mengangguk lemah.
Sejak itu sesuai dengan janjiku,
aku selalu mengunjunginya dan kami masih berhubungan intim terus, bila tidak di
kostanku ya di kostnya Ika. Sampai suatu saat dia bilang kalau dilamar oleh
cowoknya yang dulu, dimana cowoknya telah mengakui kesalahannya dan berjanji
tidak akan menyakiti Ika lagi. Aku pun agak goncang, tetapi gimana lagi, aku
sendiri masih kuliah, masih nodong orang tua, sementara cowok si Ika telah
bekerja, akhirnya kuihklaskan kepergian Ika. Sebelum berpisah Ika kuajak ke
Tawangmangu selama dua hari, berdua memuaskan hasrat sebelum berpisah. Memang
Ika sendiri tidak bisa menolak cowok tersebut yang masih terhitung famili
jauhnya, setelah kunasihati akhirnya Ika mau mengerti dan menerima lamaran
cowoknya.
Kini aku jomblo lagi, sementara
cewekku dulu sudah aku putus kemarin-kemarin, yah semoga bro-bro masih mau
membaca kisah petualanganku yang lain di lain cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar