>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 7 3 1 6
Top 2D : 07 16 23 37 41
Cadangan 2D : 57 61 73 86 97
TOP SHIO : Kelinci Kuda Anjing
COLOK BEBAS : 1 3 7
AS : 0 2 4
KOP : 5 8 9
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Aku adalah seorang wanita karier
berumur 28 tahun dan memiliki sebuah keluarga yang sangat saya sayangi. Suamiku
bukan orang Indonesia, dia adalah orang Taiwan dan kami memiliki seorang anak
perempuan yang sangat cantik dan sudah berusia 8 tahun sekarang ini. Hubungan
perkawinan kami sangat rukun dan kami tidak pernah mengalami masalah dengan
hubungan seksual ataupun keuangan karena walau bagaimanapun baik aku dan
suamiku mempunyai posisi yang sangat bagus di perusahaannya masing masing.
Suamiku sering pulang pergi dari
Taiwan ke Indonesia dan selalu singgah ke Singapore sebelum ke Jakarta, hal ini
disebabkan karena dia bekerja di Taiwan apalagi dia tidak begitu bisa dalam
bercakap-cakap bahasa Indonesia sehingga di dalam kehidupan pernikaha n kami, kami selalu menggunakan bahasa
mandarin atau bahasa Inggris, sehingga anak kami yang bernama Melissa mengusai
3 bahasa.
Wang K*** (edited) adalah nama
suamiku dan aku sangat menyayanginya. Dia selalu pulang ke Jakarta setiap 2
minggu sekali tetapi walaupun demikian, aku tidak merasa kesepian dan tidak ada
keinginan untuk melakukan affair dengan laki-laki lain walaupun percaya atau
tidak, banyak teman laki-lakiku di sini sering mengajakku kencan dan ada juga
yang mengajak bercinta secara terang-terangan sewaktu suamiku tidak ada di
Indonesia, tetapi aku selalu menolaknya dengan berbagai alasan karena aku
sangat menyayanginya.
Suatu hari di malam hari tanggal
31 Oktober 2000 (beberapa hari yang lalu), aku baru saja menyajikan sarapan
malam untuk Melissa dan untuk diriku sendiri. Melissa melahap masakan char siew
buatanku yang menjadi salah satu kegemarannya sehingga membuat tubuhnya semakin
gemuk.
Sewaktu kami sedang makan,
tiba-tiba telepon berdering dan saya menunda sarapan malam saya untuk menerima
telpon tersebut. Ternyata, orang di telepon itu adalah suamiku sendiri yang
mengatakan bahwa malam ini dia berada di Taiwan airport bersama teman
bisnisnya. Dia berkata bahwa dia kangen sekali untuk bercinta denganku dan dia
berkata bahwa setelah bisnisnya di Taiwan selesai, dia akan langsung ke Jakarta
untuk bercinta denganku. Percakapan 30 menit kami terpaksa berhenti karena
adanya suara wanita di latar belakangnya bahwa dia mesti “boarding” karena
pesawat akan diberangkatkan. Dengan perasaan sedih dan kesal, aku terpaksa
mengakhiri percakapan kami.
Untuk menghilangkan perasaan
kesalku, aku mendekati anak perempuanku yang sedang asyik bermain dengan Play
Station dan aku ikut bermain dengannya. Sewaktu aku sedang bermain-main dengan
anakku, telepon berdering kembali dan aku menyangka itu dari suamiku, ternyata
orang yang meneleponku adalah adik kandungku dan dia seperti hendak berkata
sesuatu dengan perasaan sedih dan aku mengetahuinya karena dia gugup sekali
sewaktu hendak berbicara denganku.
Tak lama, akhirnya dia
menceritakan bahwa dia baru saja mendengar dan menyaksikan sebuah kecelakaan
pesawat terbang di CNN dan dia menyebutkan sebuah nomor pesawat SQ006 yang
membuat hatiku menjadi hancur berkeping-keping karena suamiku yang sangat
kusayangi berada di dalamnya. Aku mendadak menangis dan merasa lemas di seluruh
badan, kemudian aku tidak ingat apa-apa setelah itu. Setelah aku sadar dari
pingsanku, adik perempuanku yang meneleponku tadi berada di sisiku bersama
suaminya dan anakku. Melihat mereka, aku menjadi menangis kembali dan mereka
menyarankan agar aku pergi ke Taiwan saat itu juga, aku mengiyakan mereka dan
setelah aku siap, aku langsung pergi ke Airport dengan menggunakan taksi
sementara adikku dan suaminya menemani Melissa untuk beberapa hari selama aku
pergi ke Taiwan.
Selama perjalanan, aku tidak
henti-hentinya menangis di dalam hati karena aku tidak mau orang-orang di
sekitarku tahu bahwa aku sedang menangis. Akhirnya aku sampai juga di Taiwan
dan aku langsung mencari kantor Singapore Airline dan mencari orang yang
mengetahui secara jelas apa yang terjadi dalam insiden tersebut dan
mengkorfimasikan pada mereka bahwa suamiku adalah salah satu korban di dalam kecelakaan
tersebut.
Setelah aku mengidentifikasi
jenazah suamiku yang sudah tidak berbentuk lagi, aku duduk seorang diri di
salah satu bangku dan badanku lemas semuanya. Aku masih bengong saja dan tak
tahu mesti berbuat apa apa setelah mengidentifikasikan jenazah suamiku sampai
seseorang pria Taiwan menegurku. Setelah kami bercakap-cakap, aku mengetahui
bahwa laki-laki yang mengaku bernama Sam Yam ini kehilangan istri dan anaknya
di dalam kecelakaan yang juga dialami oleh suamiku.
Aku juga semakin lama semakin
tidak mengerti mengapa akhirnya aku akrab dengan Sam Yam yang baru saja
kukenal. Dia mengajakku ke sebuah restaurant yang tidak jauh dari Chiang Khai
Sekh Airport. Kami saling bercakap-cakap mengenai kehidupan kami masing-masing
dan Sam memesan 2 botol anggur merah dan kami berdua sama-sama meminum anggur
merah yang dia pesan untuk menghilangkan kesedihan dan kedukaan yang kami alami
masing masing.
Aku memang tidak pernah minum
anggur selama hidupku sehingga beberapa teguk anggur merah itu membuatku menjadi
mabuk. Aku masih ingat bahwa Sam menggendongku ke mobilnya di saat aku sudah
mabuk sambil aku ngomong ngalor-ngidul tidak karuan.
Selama di mobil Sam, aku kembali
menangis, tertawa dan menggoda Sam yang sedang menyetir dan disaat itu aku
benar-benar tidak tahu ke mana Sam akan membawaku pergi. Akhirnya aku merasakan
mobil Sam berhenti di suatu tempat dan aku masih mabuk dan aku hanya merasakan
bahwa badanku sedang digendong oleh Sam ke apartemen dan akhirnya tiba di suatu
ruangan kamar yang aku yakin itu adalah kamar tidurnya karena kemudian aku
dibaringkan oleh Sam di ranjang tersebut.
Sam pergi meninggalkanku seorang
diri di ranjang tersebut dan aku terus berteriak-teriak memanggil nama suamiku
dalam bahasa Mandarin dan kadang-kadang aku tertawa dan kadang-kadang aku
menangis. Aku benar-benar tidak sadar atas apa yang terjadi dengan diriku dan
yang aku tahu bahwa aku sudah seperti orang gila yang tertawa dan berbicara
pada diri sendiri.
Beberapa menit kemudian, Sam
datang kembali ke ranjang di mana aku sedang berbaring karena aku melihatnya
samar-samar dalam keadaan mabuk. Aku memperhatikan bahwa dia sedang membalut
wajahku dengan kain yang sudah bercampur dengan es. Aku tahu bahwa dia ingin
membuatku sadar dari perasaan mabuk dan teler akibat red wine itu.
Dikala Sam sedang melap wajahku
dengan kain merah itu, aku langsung memeluk Sam tentunya dalam keadaanku yang
masih tidak sadar. Saat itu, aku menyangka bahwa Sam adalah Wang Hui (suamiku)
sehingga aku terus saja menciumnya dengan penuh nafsu dan sepertinya Sam ikut
hanyut dalam ciumanku dan mulai menciumku dengan penuh mesra dan mungkin juga
dia menganggap aku seperti istrinya yang telah meninggal. Tanganku mulai turun
dan mengelus kejantanannya yang telah mengeras seperti baja. Sam mulai
menyambutnya dengan mencium seluruh wajahku seperti orang yang sudah lama tidak
melakukan seks. Mulai dari keningku, kemudian hidung, dan akhirnya mulutku. Aku
membalas ciumannya dan akhirnya kami French Kissing. Lidah kami bertemu dan
bergelut.
Badan kami mulai menunjukkan
tanda-tanda bahwa permainan ini akan menjadi menarik. Tangannya mulai membuka
baju piyamanya. Tanpa melepaskan French Kiss kami, dia membuang bajunya dan
mulai melepaskan BH-ku ke lantai. Tangan nakalnya mulai memainkan payudaraku
yang indah. Tangannya mulai melepaskan pakaianku dan tak lama celana dalamku
juga menyusul terhempas di lantai apartemennya. Ciuman kami terlepas untuk
mengambil nafas. Nafas kami mulai menjadi berat dan kami bergerak menurut
insting kami.
Sam mulai menciumi leherku dan
terus turun ke arah payudaraku. Sam menciumi payudaraku dan menjilati puting
susuku. Setelah lumayan puas dengan payudaraku, tangannya mulai bermain di
bibir kewanitaanku. Sam memasukkan satu jari dan merasakan bibir kemaluanku
mulai membasah. Sam tidak mau buang-buang waktu lagi. Sam terus menjilati bibir
kemaluan dan klitorisku. Langsung saja aku mengerang dengan nada penuh
kepuasan.
Sambil terus menjilati
klitorisku, Sam memasukkan dua jari ke liang kewanitaanku. Tangan Sam yang
satunya menemukan payudaraku dan mulai mencubit-cubit ringan puting susuku. Aku
mengerang dengan gembira dan cairanku mulai tumpah dan aku telah mencapai
orgasme yang keras. Sam tidak peduli, dengan ganas dia dorong maju mundur
jemarinya dan dangan keras dia jilati klitorisku. Aku mendapat orgasmeku yang
aku sendiri tidak tahu itu yang keberapa. Batang kemaluannya yang sejak tadi
keras dan online siap-siap dimasukkan lubang cintaku. Aku menciumnya sambil
terus menyebut nama suamiku yang telah meninggal.
Setelah itu, aku langsung
mengulum batang kemaluannya dan aku langsung meletakkan kemaluanku di atas
wajahnya. Langsung saja kujilati. Dalam posisi 69 ini, kami saling memuaskan
satu sama lainnya. Tak lama, aku merasa cairan wanitaku akan keluar. “Wang Hui,
I’m cumming..” aku terus menyebut nama suamiku tanpa menyadari bahwa laki-laki
yang sedang kusetubuhi adalah orang asing yang baru kukenal dalam 1 hari.
Kami sangat kecapaian dan
berbaring sebentar. Rupanya Sam masih hot. Aku masih memegang-megang batang
kemaluannya dan genggamanku mulai bergerak naik turun. batang kemaluannya yang
masih belum kuat langsung saja berdiri tegap. Aku duduk mengangkang dan
mengendarai batang kemaluannya. Badanku naik turun berirama. Tangannya
memainkan puting susuku yang mulai mengeras dalam pegangannya. Dia mulai
mengerang dan berteriak, “Enak!”. Pinggulku juga turut bergerak naik mengikuti
irama Sam.
Tanda-tanda ejakulasi mulai
muncul dan irama kami semakin lebih cepat. “Ooh.. ooh..” Kami berdua mengerang
bersamaan dan akhirnya aku merasakan otot-otot liang kewanitaanku mengeras dan
cairan manisku tumpah ke atas batang kemaluannya. Pada saat itu juga batang kemaluannya
menembakkan cairan laki-lakinya ke dalam liang kewanitaanku dan aku merasakan
sensasi yang selalu kurindukan.
Kami berpakaian kembali. Kami
berdua tidur berpelukan. Esok paginya, aku sungguh terkejut ketika melihat
tubuhku yang dalam keadaan telanjang. Aku membangunkan Sam yang tidur sambil
memeluk tubuhku dengan mesranya. Aku menanyakan apa yang terjadi dengan diri
kami. Sam menceritakan seluruh kejadian yang dialami oleh kami selama semalam
dan aku langsung terkejut dan meninggalkan rumah Sam dengan berjuta penyesalan.
Dengan beribu ribu penyesalan, aku langsung kembali ke Airport untuk menemui
jenazah suamiku dan aku berharap dia mau memaafkan apa yang terjadi antara aku
dengan orang yang baru saja kukenal, Sam Yam.
Maafkan aku, suamiku sayang dan
selamat tinggal sayangku. Aku berjanji bahwa aku tidak akan melakukan hal itu
lagi. Para pembaca, bisakah kalian memberitahu kepadaku apakah ini semua
kesalahanku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar