>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 8 0 6 3
Top 2D : 08 10 26 33 48
Cadangan 2D : 58 60 76 83 98
TOP SHIO : Naga Anjing Tikus
COLOK BEBAS : 0 3 6
AS : 1 4 5
KOP : 6 7 9
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Kecil / Ganjil
Kalau aku diam, orang akan mengatakan, ”Begitulah janda, tak
bisa cari uang setelah ditinggal mati suaminya.” Kalau aku tidak keluar rumah,
orang akan mengatakan, ”Selalu berkurung diri, pasti sudah kehilangan akal
setelah dicerai suami.” Kalau aku keluar rumah dan tentu saja aku bersolek,
orang berkata, ”Dasar janda, pasti keluar cari laki-laki, jelas saja dicerai
oleh suaminya.” Apa saja yang kulakukan selalu saja salah di mata orang lain,
terlebih para tetangga.
Namun aku tak peduli lagi. Apa pun kata tetangga, aku akan
keluar rumah dan mencari uang untuk anak semata wayangku. Dia sudah SMP dan dia
butuh biaya. Aku harus menyekolahkannya setinggi mungkin, agar kelak hidupnya
bahagia.
Ketika aku keluar rumah dalam usiaku yang 35 tahun, banyak
saja laki-laki iseng menggodaku. Mata mereka membelalak melihat tubuhku,
terutama belahan dadaku. Atau mungkin perasaanku saja. Aku semakin sensitif
setelah aku jadi janda. Tapi salahkan aku, kalau aku membutuhkan laki juga? Aku
adalah perempuan normal dan kebutuhan seks-ku masih tinggi.
Aku sengaja tidak menyewakan lagi kios di pasar. Dulunya aku
berjualan di sana, kemudian suamiku melarangku jualan, karena banyaknya
laki-laki iseng menggodaku. Akhirnya kuputuskan untuk tidak berjualan lagi.
Setelah suamiku menggila dengan perempuan lain, aku minta cerai dan aku ingin
berjualan kembali. Aku mulai membenahi kios tempatku berjualan. Aku berjualan
garmen (pakaian jadi). Aku mengikuti selera anak muda dan remaja yang suka pada
mode-mode pakaian terbaru.
Setelah membuka kios, aku mendapatkan pelanggan. Seorang
laki-laki berusia 19 tahun. Ganteng dan entah kenapa aku begitu cepat tertarik
kepadanya. Wajahnya begitu baby face dan rapi. Aku mulai menggodanya. Aku lupa
siapa diriku yang sudah berusia 37 tahun. Ah, senyumnya begitu memikat. Ketika
dia masuk ke sebuah sudut yang hanya ditutupi oleh kain tirai untuk mencocokkan
celana jeans yang dia beli, aku mengikutinya. Aku yakin dia sudah membuka
celananya dan aku masuk ke dalam. Aku pura-pura terkejut. Dia tersipu malu.
“Bagaimana, pas?” tanyaku.
“Kurang besar sedikit, Mbak,” katanya.
“Apanya yang kurang besar? Mungkin ’anu’ nya yang kegedean?”
tanyaku mengarah. Dia tersenyum.
“Pasti pacarmu puas pacaran denganmu,” kataku.
“Kenapa, mbak?” tanyanya lagi.
“Habis, besar dan panjang,” kataku melirik kontolnya dan
memekku sudah mulai berdenyut-denyut. Yah, sudah tujuh bulan aku tidak
merasakan ada kontol yang masuk ke memek-ku lagi.
“Aku belum pernah punya pacar mbak. Apa mbak mau?” katanya
merayu. Aku terkejut atas jawabannya yang to the point itu.
“Apa kamu sudah pintar?” kataku.
“Belum sih. Tapi mbak kan bisa mengajari aku nanti,”
katanya, seperti serius.
“Boleh juga,” kataku pula to the point.
Hari pertama buka, aku sudah banyak laku. Mungkin penataan
pakaian yang kuletakkan di kios berukuran 4 X 4 meter itu membuat para remaja
terpikat. Inilah saatnya, pikirku pula. Aku tak boleh melepaskan kesempatan
ini, bisik hatiku pula. Aku akan menjaga diriku tidak hamil dengan meminum jamu
peluntur yang ampuh, Rumput Fatimah yang manjur itu.
Denny, begitu namanya dan katanya baru setahun lulus SMA dan
tidak melanjutkan kuliah, karena kalah ujian UMPTN dan akan akan mencoba lagi
tahun depan. Aku masuk ikut ke dalam kamar pas. Setelah pakaiannya pas, aku tak
melepaskan kesempatan itu. Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dan
mengelus-elus kontolnya. Dia gelagapan membalas ciumanku. Aku mempermainkan
lidahku di dalam mulutnya. Dengan cepat kulepaskan ciumanku, begitu mendengar
ada mobil parkir di depan kiosku. Ah, ternyata mobil orang yang mau belanja ke
kios lain.
Denny keluar dari kamar pas dan membayar celananya. Rasanya
enggan aku menerimanya. Tapi mana tahu dia tidak suka padaku, maka sia-sialah
sebuah celana. Kalau dia suka kepadaku, besok lusa, aku bisa memberinya lebih.
Kami cerita-cerita di kios dan aku memesan segelas juice orange
agar obrolan sedikit lama dan aku bisa mengorek sedikit banyak tentang dirinya.
Akhirnya kami berjanji untuk pulang sama-sama. Aku cepat menutup kiosku dan
kami pulang naik bus. Di sebuah persimpangan kami turun dan memasuki sebuah
hotel kecil yang bersih. Kami menyewa kamar yang termurah. Begitu pintu
kukunci, aku langsung menyerbunya dan menciumi kembali bibirnya dan
mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Tak kulupa kuelus-elus kontolnya dari
balik celananya. Begitu cepat kontolnya bangkit dan berdiri. Denny harus
mendapatkan kenikmatan yang pertama dariku. Dia harus merasakan bagaimana
nikmatnya bersetubuh dengan seorang perempuan. Aku juga harus mendapatkan
segalanya darinya.
Dengan cepat kubuka pakaianya dan pakaianku juga. Tak
kusia-siakan kesempatan itu. Aku mulai beraksi dan menjilati sekujur tubuhnya
yang atletis itu. Langsung saja kuhisap kontolnya. Aku menyaksikannya
menggelepar-gelepar, seperti ikan yang tertangkap. Sebentar lagi dia akan
sampai ke puncak nikmat. Aku tak ingin menyia-nyiakannya. Dengan cepat lidahku
bermain di kepala dan batang kontolnya. Lalu aku merasakan spermanya keluar
dari batangnya. Terasa penuh rongga mulutku.
Banyak sekali spermanya. Gleeekkk… aku menelannya.
Yah, aku sendiri merasa heran, kenapa itu aku lakukan,
sementara kepada suamiku sendiri, aku tak pernah melakukannya. Ternyata sperma
itu, enak juga rasanya. Aku menjilati sisa sperma di batang kontolnya dan kami
rebahan dengan senyum yang mengembang.
Dua jam lamanya kami istirahat di atas ranjang. Kami ke
kamar mandi untuk buang air kecil. Aku menyabuni kontolnya sampai bersih. Dari
kamar mandi ke ranjang, aku memeluknya. Aku sudah sangat ingin kontolnya
memasuki memekku. Di atas ranjang aku kembali menciuminya. Aku minta dia
mengisap-isap tetekku. Mulanya, dia agak kaku mengisapnya. Aku yakin sekali
kalau dia belum pernah mengisap tetek pacarnya, apalagi bersetubuh dengan
pacarnya. Berciuman saja dia masih kaku, apa lagi bersetubuh. Dia belum tahu
bagaimana caranya memuaskan perempuan. Aku harus mendidiknya dalam beberapa
kali lagi. Tapi kali ini, aku ingin sekali kontolnya bisa memasuki lubang
memekku.
Setelah kontolnya mengeras, dengan cepat aku menaiki
tubuhnya dan mengangkangi kedua kakinya, lalu memasukkan kontolnya ke dalam
memekku. Dengan cepat aku menggoyangnya dari atas tubuhnya. Aku mencari-cari
titik-titik sensitif di dalam memekku. Begitu ketemu, aku memusatkan gerakanku
khusus untuk itu. Aku harus sampai ke puncak lebih dahulu. Benar saja. Denny
sudah kembali merasakan sensasi nikmat dari goyanganku. Sebentar lagi dia akan
sampai dan aku harus mendahuluinya jika tak ingin kehilangan kenikmatan.
Kujilati lehernya dan tetekku kugesek-gesekkan ke dadanya.
Lidahnya yang dia julurkan aku isap-isap dengan lembut, sementara tanganku
mengelus-elus kepalanya. Laki-laki mana yang tak senang kepalanya dielus-elus
dengan lembut. Aku lebih cepat lagi menggoyang dan menggoyang. Kutekan
kuat-kuat, hingga batangnya mentok di ujung paling dalam memekku. Aku memutar-mutar
pantatku hingga aku merasakan ujung kontolnya menggesek-gesek ujung memekku
yang terdalam. Dan… aku pun sampai ke puncak kenikmatan. Aku memeluknya kuat
sekali dan terus menekan lebih dalam lagi kontolnya ke dalam memekku.
Kugigit-gigit lehernya, membuat dia kelimpungan. Dan aku merasakan semburan
lahar panas dari dalam batang kontolnya. Denny sampai ke puncaknya.
Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubuhan kami.
Denny semakin hari, semakin pintar bersetubuh.
Aku bukan haus seks namanya, kalau aku puas hanya dengan
Denny. Setelah aku muak dengannya, aku mencari mangsa lain. Paling setiap dua
minggu sekali aku memberinya sebuah celana jeans model terbaru. Makan atau
minum serta rokok sebungkus setiap kali kami pergi ke hotel. Untuk anak-anak
pemula, biayanya tak perlu banyak. Yang penting rayuan kita dan pintar
memujinya.
Terserah apa kata orang lain terhadapku. Aku butuh kontol
dan seks. Aku butuh kenikmatan. Yag penting aku tidak hamil.
“Mau beli apa, Dik?” tanyaku kepada seoang pembeli yang
berseragam SMP.
“Mau beli sepatu untuk Basket, Tante.” katanya sembari
melihat-lihat contoh sepatu yang kupajang. Seketika itu juga hatiku berkata.
Alangkah gantengnya anak ini, masih kecil sudah begini gantengnya, bagaimana
kalau sudah dewasa, bisik hatiku.
“Untuk anak ganteng seperti kamu, akan Tante berikan harga
yang termurah.” kataku merayu. Dia melirikku dengan senyumnya.
Ah, hatiku bergetar. Apakah aku sudah gila, aku harus
mencintai laki-laki berusia 15 tahun, hanya dua tahun di atas usia anakku?
Kudekati dia dan aku bantu memilihkan sepatu yang cocok untuknya. Tingginya
sebahuku. Aku sengaja mendekatinya agar aku bisa mengukur tingginya. Namanya
Andri.
“Kamu sendirian saja belanja? Kenapa enggak ditemani pacar?”
kataku menggodanya.
“Belum punya pacar, tante.” katanya malu-malu.
”Nanti kalau pakai sepatu baru, pasti ada perempuan yang
suka kepadamu,” kataku memuji.
“Siapa, Tante? Tante ya?” katanya dengan bijak, tapi matanya
terus memilih sepatu.
“Kalau iya, apa kamu mau sama tante. Tante kan sudah tua?
Tapi namanya cinta kan tidak membedakan umur, kan?” kataku pula bergenit-genit.
“Katanya cinta itu buta kok, Tante,” katanya pula sok
pintar. Sewaktu dia mau mengambil sepatu yang terletak agak di atas, aku
sengaja membantunya mengambilkan dari belakang. Sengaja kugesekkan tetekku ke
punggungnya dan menyentuhkan perutku ke pinggangnya. Ah, lagi-lagi memekku
berdenyut kencang.
“Ah, anak ganteng. Andaikan kamu pacar tante, akan tante
ajari kamu berciuman,” kataku setengah berbisik, tapi aku sengaja dia mendengar
ucapanku. Aku lihat dia tersenyum, walau dia sengaja menyembunyikan
senyumnya.Entah kenapa aku yakin sekali, mampu memperoleh anak ini sebagai
teman kencanku. Aku tak mau berkencan dengan laki-laki tua yang egois. Aku mau
anak muda yang bau kencur, manja dan masih baru belajar. Aku bangga
mengajarinya pintar soal seks. Dia harus mendapatkan pelajaran seks pertama
dariku. Itulah tekadku.
Aku buka tali sepatu dan aku masukkan ke kakinya. Dia duduk
di kursi dan aku berjongkok di lantai. Dengan menunduk aku memperlihatkan buah
dadaku dan selangkangan pahaku kepadanya. Aku tahu dia mulai melirik ke
sela-sela pahaku dan sesekali matanya juga menatap tajam ke belahan dadakui.
Anak laki-laki sekarang memang cepat sekali mengetahui soal seks. Apakah soal
gizinya yang sudah cukup atau dia sudah mampu mengakses internet, hingga sudah
bisa mengetahui banyak hal tentang seks? Entahlah. Aku tak perduli dan aku
harus mendapatkannya.
“Kamu ganteng sekali, Andri. Mau ya jadi pacar tante?”
kataku.
“Tante enggak punya suami?” tanyanya sembari mengikat tali
sepatunya. Pertanyaan anak kecil kah ini? Atau pertanyaan orang dewasa.
“Tante sudah bercerai. Tante nggak mau dimadu, tante minta
cerai,” kataku bergenit-genit.
“Pacaran itu enak nggak, Tante?” tanyanya.
“Wah, tentu enak. Kalau tidak, mana mungkin orang pacaran,”
kataku sembari memasukkan satu lagi sepatu ke kakinya. Pembeli memang lagi sepi
sore itu.
“Kalau tante jadi pacarku, kita ciuman?” katanya bertanya.
Tapi tangannya terus membetuli sepatunya, seperti dia sedang bicara sesuatu
yang lain. Orang lain tidak akan tahu apa yang sedang kami bicarakan.
“Tentu dong. Kalau kamu belum pernah ciuman, nanti tante
ajari,” kataku meyakinkannya.Harga sepatu sudah jadi. Harganya pas sesuai harga
beli. Aku tidak beruntung sedikitpun. Dia membayarnya dan menuliskan sesuatu di
atas kertas. Ternyata dia menulis nomor phone cell-nya. Aku tersenyum.
Sorenya aku iseng menekan tuts HP-ku ke nomornya dan
mengirimkan SMS padanya. “Hallo, Sayang. I Love u,” tulisku.
Tak lama, SMS-ku terbalas. “I Love u 2” katanya. Dari SMS,
dia mengatakan akan datang ke kiosku sebelum aku tutup, dia mau menciumku dan
memintaku agar mengisap kontolnya seperti yang dia tonton di VCD porno.
Aku langsung menjawabnya, ”Ok, aku pasti menunggumu.”
Benar saja. Ketika aku mau tutup, dia sudah berada di
depanku dengan pakaiannya yang lain dan sudah mandi bersih. Dia masuk ke dalam
kios dan duduk di sebuah sudut. Nekat juga anak ini, pikirku. Apakah dia serius
atau ini sebuah jebakan? Aku melihat ke sekitar, ternyata tak ada tanda-tanda
dia membawa orang lain. Cepat kututup pintu kios dan melihat kondisi,
meyakinkannya benar-benar aman. Setelah pintu kukunci, aku mematikan lampu dan
langsung menyerbunya. Kuciumi bibirnya dan aku memeluknya sembari meraba-raba
kontolnya. Aku merasa kontolnya sudah tegang dan keras. Andri meremas-remas
tetekku dari balik pakaianku. Setelah puas meremas-remas tetekku dan tangannya
dia masukkan ke dalam bra-ku, dia memelukku.
“Aku berdiri yang tante,” katanya.
“Untuk apa, Sayang?” sahutku.
Dia tak menjawab pertanyaanku. Langsung saja dia berdiri dan
aku masih duduk di kursi pendek, dia keluarkankan kontolnya dan ia rahkan ke
mukaku. Cepat kutangkap kontolnya dan segera menghisap-hisap serta menjilatinya
penuh nafsu. Dia memegangi kepalaku saat aku memaju mundurkan kontolnya di
dalam mulutku.
Aku tak mau dia mengeluarkan spermanya di dalam mulutku,
karena aku butuh kontolnya masuk ke dalam memekku. Jadi kubuka celana dalamku
dan kuangkat rokku ke atas.
“Kamu duduk di kursi, Sayang,” pintaku. Setelah dia duduk,
aku menaikinya. Kedua telapak kakiku bertumpu ke sisi kursi dan aku jongkok
mengarahkan memekku ke kontolnya. Perlahan kontolnya memasuki memekku yang
sudah sangat basah. Aku segera menggoyangnya dan memutar-mutar pantatku hingga
kontolnya berada pada ujung memekku yang paling dalam. Ternyata anak ini jauh
lebih pintar dari Denny. Walau usia Denny sudah 19 tahun, tapi Andri memang
pemuda yang kelihatan banyak menonton film porno. Dia memelukku kuat-kuat
dengan gemas.
“Cepat, Tante, Andri sudah mau keluar,” bisiknya takut
didengar orang dari luar kios. Aku juga harus lebih dulu keluar dan mencapai
puncak kenikmatanku. Kuputar dan kugoyang pantatku semakin cepat sampai
akhirnya aku merasakan suatu getaran halus dari dalam diriku. Aku sampai ke
puncak nikmatku. Kutekan kuat-kuat tubuhku sampai Andri merasa terbebani oleh
tubuhku. Lalu dia juga menyemprotkan spermanya ke dalam memekku. Kami
berpelukan erat.
Andri seorang anak laki-laki yang masih sangat remaja.
Orang-orang selalu berkata, kalau bersetubuh dengan anak remaja tingting, kita
harus sabar dan harus pandai meuji-mujinya. Pujian, adalah kesukaan mereka dan
pujian adalah keinginan setiap laki-laki remaja.
“Kapan lagi, Tante?” katanya sambil meremas-remas tetekku.
“Kapan saja, Sayang. Tapi kalau bisa, kita harus di hotel
biar bebas,” kataku. Dia menyanggupi.
Sejak saat itu, kami mulai melakukannya, bukan di hotel
saja, tapi lebih sering di villa orangtua Andri. Ternyata Andri anak orang yang
maha kaya. Hampir setiap malam SMS-nya terkirim untukku. Kata-katanya sangat
mesra, layaknya dua remaja sedang bercinta. Inilah petaka buatku. Dalam
kekhilafanku, anakku membaca semua SMS itu, ketika tak sengaja HP-ku tertinggal
di rumah.
Begitu aku pulang dari kios, Anto, anakku, langsung
memberondongku dengan sejuta pertanyaan. ”Siapa Andri itu?”
Darahku langsung berdesir. Aku berusaha berbohong. Aku
mengatakan kalau Andri adalah pelangganku. Tapi Anto meminta aku jujur. Aku
menekankan kalau Andri adalah pelangganku. Tapi Anto menunjukkan selembar
kertas, isi SMS Andri kepadaku yang sudah dia salin kembali. Aku tertunduk tak
bisa menjawab.”Malam ini Mama juga mau ngentot nggak sama Anto?” katanya. Aku
memberikan penjelasan, kalau dia masih SMP dan belum boleh melakukannya. Lagian,
dia juga anakku!
“Andri juga kan masih SMP, Ma?” katanya tegas.
”Tapi dia bukan anakku,” kataku tegas.
Anto terus memaksa, dia mengancam akan menceritakan semua
ini kepada neneknya (ibuku). Dia memang sangat dekat dan dimanja oleh ibuku.
Mati aku, bisikku. Aku diam saja. Tetap berusaha menolak bersetubuh dengannya.
Besoknya, Anto tidak pulang ke rumah.
Kuhubungi HP-nya, tidak aktif. Aku sangat kesal. Aku juga
takut kalau-kalau Anto pergi entah kemana. Aku hubungi teman-temannya, mereka
juga mengatakan tidak tahu Anto pergi kemana. Menurut salah seorang temannya,
Anto sudah membawa beberapa setel pakaian dalam ranselnya.
Aku menghubungi ibuku. Beliau juga terkejut dan malah aku
dimarahi kalau sampai cucunya tak ditemukan. Aku mengatakan hanya terjadi
pertengkaran kecil saja dengan Anto. Aku berbohong kepada ibuku.
Esoknya aku tidak buka kios dan aku ke sekolahnya, ternyata
Anto tidak masuk sekolah. Dua hari dia tidak masuk sekolah dan aku sudah
kesusahan. Apakah dia pergi ke rumah ayahnya? Kalau itu yang terjadi, aku bakal
kehilangan dirinya untuk selama-lamanya, apalagi kalau Anto sempat bercerita
kepda ayahnya tentang pacarku yang bernama Andri. Hak mengasuh anak akan jatuh
ke tangan suamiku.
Tidak ingin itu terjadi, segera aku kirimkan SMS kepada
Anto. “Sayang, pulanglah. Mama sangat rindu. Apa pun yang Anto minta, akan mama
kabulkan.”
Dadaku berdetak keras menunggu jawabannya. Aku berharap Anto
mau pulang ke rumah, karena dia adalah milikku satu-satunya. Tiba-tiba HP-ku
bergetar. Segara kubuka. Dari Anto. “OK, Sayang. Aku sedang menuju pulang,”
katanya.
Seeerrrr… darahku terasa kembali mengalir. Cepat aku
membenahi diriku. Aku tak mau kelihatan kusut. Aku menunggu Anto. Detik-detik
terasa sangat lambat sekali dan membosankan. Bagaimana Anto yang sudah tiga
hari tidak bertemu denganku. Apakah dia sehat?
Kembali darahku berdesir begitu melihat Anto sudah berada di
ambang pintu rumah.
Kusongsong dia dan kupeluk tubuhnya dengan penuh kasih
sayang. Dia cepat masuk ke dalam rumah dan menutup pintu lalu menguncinya. Di
seretnya aku ke dalam kamarnya.
“Ada apa, Sayang?” kataku. Anto tak menjawab. Dia membuka semua
pakaiannya dan bugil.
“Mama buka juga,” katanya seperti memerintah. Aku terkesima.
Sampai akhirnya Anto yang mendatangiku dan membuka semua pakaianku. “Sesuai
janji dalam SMS,” katanya.
Aku terdiam pasrah, kubiarkan dia membuka seluruh pakaianku
sampai aku telanjang bulat. Kubiarkan dia melihat seluruh tubuhku. Ingin
rasanya aku mencekik dan membunuhnya karena dia telah memperlakukan ibunya
seperti ini. Tapi mana bisa, kehilangan dia dua hari saja sudah membuat aku
kelimpungan!
Anto memelukku dan mengisap tetekku. Lalu dia meraba memekku
dan memasukkan jarinya ke celah-celah memekku. Mulanya aku biasa saja, tapi
lama kelamaan aku menjadi bergetar juga. Semua yang dia lakukan, persis seperti
apa yang dilakukan oleh Andri. Aku baru sadar, kalau dia sudah membaca semua
SMS Andri. Semua yang dilakukannya kepadaku, Andri tulis di dalam SMS yang dia
kirimkan. Anto mengikuti isi SMS Andri itu rupanya. Dasar aku perempuan yang
haus akan seks, rabaan Anto anakku itu membuatku birahi juga pada akhirnya. Aku
birahi dengan anak kandungku sendiri.
Didorongnya aku ke ranjang. Lalu dikangkangkannya kedua
pahaku dan ia mulia menjilati lubang memekku dengan rakus. Lagi-lagi aku
mengingat isi SMS Andri padaku yang puas menjilati memekku. Aku jadi lupa kalau
yang sekarang sedang melakukan itu kepadaku adalah Anto, anakku sendiri. Aku
mengimbanginya dengan mengelus-elus kepalanya. Perutku sudah pula dijilatinya
dan kini mulutnya sudah menjilati dan menghisap-hisap lagi tetekku. Aku
menggelinjang. Anak yang hampir 13 tahun itu begitu rakus dan begitu beraninya
memperlakukan aku seperti kekasihnya sendiri.
Sambil aku memberikan respon, aku bertanya kepadanya.
“Apakah sebelumnya kamu sudah pernah melakukan yang seperti ini, Sayang?”
kataku.
“Sudah!” jawabnya singkat dan terus menjilati tetekku.
“Sama siapa, Sayang?” aku jadi gelisah dan resah sembari
menikmati juga jilatan dan hisapannya.
“Sama Bibi,” katanya. Ah, bajingan! Ternyata anakku sudah
melakukannya dengan adik perempuanku yang juga baru saja bercerai.
“Dimana, Sayang?”
“Di rumah nenek.”
“Kapan, Nak?”
“Bulan lalu,”
“Berapa kali, Nak?”
“Enam kali,” katanya tanpa ragu. Pantas Anto sudah ketagihan
seks, karena dia sudah merasakan nikmatnya seks dalam usia yang sangat muda
sekali. Sama seperti Andri yang sudah ketagihan seks denganku.
Kuraba kontol Anto yang sudah mengeras. Dia sudah menindih
tubuhku dan mencari-cari lubang memekku. Aku menuntunnya dan memasukkan
kontolnya ke lubangku. Begitu cepatnya kontol itu memasuki lubangku dan Anto
segera mengocoknya lembut disana. Kontol Anto sama besarnya dengan kontol
Andri.
Ketika ujung pentilku digigit-gigitnya, aku menggelinjang.
Aku mulai merasakan nikmatnya. Kami berpelukan dan saling menggoyang. Anto jauh
lebih pintar dari Andri, apalagi jika dibandingkan dengan Denny yang sudah 19
tahun itu. Aku mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi agar kontol Anto kebih
leluasa keluar-masuk.
“Ma, mulai sekarang, mama nggak boleh lagi sama Andri. Anto
yang akan menggantikan Andri.” katanya sembari terus mengocokkan kontolnya ke
memekku.
“Iya, Sayang,” aku menyahut pendek.
“Daripada mama berikan dia celana, kan lebih bagus mama
berikan kepada Anto, anak mama sendiri,” katanya lagi.
“Iya, Mama janji, Sayang.” kataku.
Kami terus saling memuaskan dan saling menggoyang. Sejak
saat itu, kami terus melakukan persetubuhan dan aku tidak mau lagi menggoda
laki-laki lain yang merugikan usahaku.
Anto harus tetap menjadi milikku, bukan milik ayahnya. Lahir
batin Anto adalah milikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar