>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 4 3 6 5
Top 2D : 04 13 26 35 44
Cadangan 2D : 54 63 76 85 94
TOP SHIO : Monyet Babi Ayam
COLOK BEBAS : 3 4 5
AS : 0 2 3
KOP : 4 5 8
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Besar / Ganjil
Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri,
jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai sopir
pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan
mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena
sering bekerja di bawah terik matahari, Aku sering memergokinya sedang
mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku sering memakai baju yang minim di
rumah karena panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering
mencuri-curi pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini.
Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku disenggamai
olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya
itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku belum seberani sekarang, aku
masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status diantara kami.
Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya
akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari
itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju ke tempat
parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan
menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa
berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia
agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai
gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul
dan itu cukup menarik perhatiannya.
“Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi sampai kok”
Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang
tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah
memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku
di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau
keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan
berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih
agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki
kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat
kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena
terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat
tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar
itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari
luar celana dalamku.
“Sshh.. Bang” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya
menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.
“Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem sama Non,
apalagi kalau ngeliat Non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat Abang
ngeliatnya juga” katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku
dengan jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya
masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju
ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung
rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir
celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang
dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak
karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha
dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari
terakhir ini aku belum melakukannya lagi.
Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku,
bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya
seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi
dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi
berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi
bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku,
darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke
balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.
“Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya kaya memeknya, Non
marah ga saya giniin?” tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa
menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam
elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku
menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi
juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya
sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.
Aku merasakan benda keras di balik celananya yang
digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku
yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya.
Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan
cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah
memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai
cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan
menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor
kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan
jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui.
Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku
dengan gemas.
Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir
perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan
berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya
masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan
lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi
sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani
memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan
dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya.
Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku melihat takjub
pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih
menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku.
Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan
memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya
ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis
ukurannya.
“Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya
kalo diemut sama Non” katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan
merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau
keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu
lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku
lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif
mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
“Uaahh.. uueennakk banget, Non udah pengalaman yah”
ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di
payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku,
sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih
dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali
menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan
penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga
lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.
“Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya
pasti ueenak tenan” katanya.
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam
vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat
gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair.
Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang
sebesar itu walaupun sudah dilumasi oleh
lendirku.
Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru
kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih
seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya
sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia
sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun
belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya
menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking
keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku
merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang
sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih
cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat
bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
“Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget.. memekmu..
enaknya!” ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan
melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan
jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti
kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan
menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas
laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku,
kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas
payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan
gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.
“Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang” desahku dengan
mempererat pelukanku.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti
ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang
dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku
mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia
mengelus rambut panjangku seraya berkata, “Non cantik banget waktu keluar tadi,
tapi Non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah Non,
udah basah gini”.
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal
tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku
seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku
satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat
kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah
cincin yang melingkar di jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos,
butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak
henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil
menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan
pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di
hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua
bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara
tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah
selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya
menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua
bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan
lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku
menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku
kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok
lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata
yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku
menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk.
Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat
batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.
“Oouuhh.. Bang!” itulah yang keluar dari mulutku dengan
sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan
berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai
menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan
ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku,
terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding
sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan
perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan
tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang.
Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak,
kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat
kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa
melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus
berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi
dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang
tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan
badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan
pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku
berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan
nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih
perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top.
Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang
seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia
menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah.
Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai
klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku
berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai
puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku
seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.
Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah
menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin
membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari
vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas
dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di
sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO
hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku
terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih
mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan
sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati
maninya dijari-jariku.
Sejak saat itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun
dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia
menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini
nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak ‘mood’ pun
dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang
Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku ,
karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku
sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan
dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan
orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur
dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir berhenti
kerja karena ingin mendampingi istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula
waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar