>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 8 9 0 4
Top 2D : 08 19 20 34 48
Cadangan 2D : 58 69 70 84 98
TOP SHIO : Anjing Ayam Monyet
COLOK BEBAS : 0 4 8
AS : 0 2 3
KOP : 4 5 6
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Hari itu salah seorang direktur perusahaan, Pak Freddy,
sedang mengadakan resepsi pernikahan anaknya di sebuah hotel bintang lima di
kawasan Senayan. Tentu saja akupun diundang, dan malam itu akupun meluncur
menuju tempat resepsi diadakan.
Aku pergi bersama dengan Jason, temanku waktu kuliah di
Amerika dahulu. Sesampainya di hotel tampak para undangan sebagian besar
membawa pasangannya masing-masing. Iri juga melihat mereka ditemani oleh istri
dan anak mereka, sedangkan aku, karena masih bujangan, ditemani oleh si bule
ini.
“Selamat malam Pak..” sapa seseorang agak mengagetkanku. Aku
menoleh, ternyata Lia sekretarisku yang menyapaku. Dia datang bersama
tunangannya. Tampak sexy dan cantik sekali dia malam itu, disamping juga
anggun. Berbeda sekali jika dibandingkan saat aku sedang menikmati tubuhnya,..
Liar dan nakal. Dengan gaun malam yang berdada rendah, belahan buah dadanya
yang besar tampak menggoda.
“Malam Lia” balasku. Mata Jason tak henti-hentinya menatap
Lia, dengan pandangan kagum. Lia hanya tersenyum manis saja dilihat dengan
penuh nafsu seperti itu. Tampak dia menjaga tingkah lakunya, karena tunangannya
berada di sampingnya.
Kamipun lalu berbincang-bincang sekedarnya. Lalu akupun
permisi hendak menyapa para undangan lain yang datang, terutama para klienku.
“Malam Pak Robert..” seorang wanita cantik tiba-tiba
menyapaku. Dia adalah Santi, istri dari Pak Arief, manajer keuangan di
kantorku. Mereka baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu.
“Oh Santi.. Malam” kataku
“Pak Arief dimana?”
“Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?” tanyanya.
“Sama teman” jawabku sambil memandangi dia yang malam itu
tampak cantik dengan gaun malamnya dengan anggun. Belahan gaunnya yang tinggi
memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya walaupun tak sebesar Lia,
tampak membusung menantang.
“Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin”
katanya sambil tersenyum manis.
“Belum ada yang mau nih”
“Ahh.. Bapak bisa saja.. Pasti banyak banget cewek yang mau
sama bapak.. Kalau belum married saya juga mau lho..” jawabnya menggoda.
Memang Santi ini rasanya punya perasaan tertentu padaku.
Tampak dari cara bicaranya dan cara dia memandangku.
“Oh.. Kalau saya sih mau lho sama kamu biarpun kamu sudah
married” kataku sambil menatap wajahnya yang cantik.
“Ah.. Pak Robert.. Bisa aja..” jawabnya sambil tersipu malu.
“Bener lho mau aku buktiin?” godaku
“Janganlah Pak.. Nanti kalau ketahuan suamiku bisa gawat”
jawabnya perlahan sambil tersenyum.
“Kalau nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?” rayuku lagi.
Santi tampak tersipu malu. Wah.. Aku mendapat angin nih..
Memang aku sejak berkenalan dengan Santi beberapa bulan yang lalu sudah
membayangkan nikmatnya menyetubuhi wanita ini. Dengan kulit putih, khas orang
Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi. Dia baru
berumur 24 tahunan.
“Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak? Pasti masih hot y.
“Godaku lagi.
“Biasa aja kok Pak.. Kadang enak.. Kadang nggak.. Tergantung
moodnya” jawabnya lirih.
Dari jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Arief ini tidak
begitu memuaskannya di atas tempat tidur. Mungkin karena usia Pak Arief yang
sudah berumur dibandingkan dengan dirinya yang masih penuh gejolak hasrat
seksual wanita muda. Pasti jarang sekali dia mengalami orgasme. Uh.. Kasihan
sekali pikirku.
Tak lama Pak Ariefpun datang dari kejauhan.
“Wah.. Pak Arief.. Punya istri cantik begini kok ditinggal
sendiri” kataku menggoda.
Santi tampak senang aku puji seperti itu. Tampak dari
tatapan matanya yang haus akan kehangatan laki-laki tulen seperti aku ini.
“Iya Pak.. Habis dari belakang nih” jawabnya. Tatapan
matanya tampak curiga melihat aku sedang mengobrol dengan istrinya yang jelita
itu. Mungkin dia sudah dengar kabar akan ke-playboyanku di kantor.
“Ok saya tinggal dulu ya Pak Arief.. Santi” kataku lagi
sambil ngeloyor pergi menuju tempat hidangan.
Akupun mengambil hidangan dan menyantapnya nikmat. Maklum
perutku sudah keroncongan, terlalu banyak basa-basi dengan para tamu undangan
tadi. Kulihat si Jason masih ngobrol dengan Lia dan tunangannya.
Ketika aku mencari Santi dengan pandanganku, dia juga sedang
mencuri pandang padaku sambil tersenyum. Pak Arief tampak sedang mengobrol
dengan tamu yang lain. Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak bisa
membahagiakan istrinya.
Santi kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun
pura-pura menambah hidanganku.
“San.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk” ajakku berbisik
padanya
“Nanti saya dicari suami saya gimana Pak..”
“Bilang aja kamu sakit perut.. Perlu ke toilet. Aku tunggu
di luar ya”.
“Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih
jenjang, dan lengannya yang berbulu halus
Tak lama Santipun keluar ruangan resepsi menyusulku. Kamipun
pergi ke lantai di atas, dan menuju toilet. Aku berencana untuk bermesraan
dengan dia di sana. Kebetulan aku tahu suasananya pasti sepi. Sebelum sampai di
toilet, ada sebuah ruangan kosong, sebuah meeting room, yang terbuka. Wah
kebetulan nih, pikirku. Kutarik Santi ke dalam dan kututup pintunya.
Tanpa basa-basi lagi, aku cium bibirnya yang indah itu.
Santipun membalas bergairah. Tangankupun bergerak merambahi buah dadanya,
sedangkan tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang tubuhnya.
Kulepas gaunnya sebagian sehingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup
BH mungil berwarna krem. Kuciumi leher Santi yang jenjang itu, dan kusibakkan
cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya mencuat keluar. Langsung kujilati
dengan rakus buah dada itu, aku hisap dan aku permainkan putingnya yang sudah
mengeras dengan lidahku.
“Oh.. Pak Robertt..” desah Santi sambil menggeliat.
“Enak San..”
“Enak Pak.. Terus Pak..” desahnya lirih.
Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada
celana dalamnya. Tampak Santi sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah
lembab oleh cairan kewanitaannya.
Santipun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja
batikku. Dicium dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku.
Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik
berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana
dalamnya. Memang kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang
tidak memungkinkan.
“Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi suka..” katanya
sambil mengagumi kemaluanku dari dekat.
“Memang punya suamimu seberapa?” tanyaku tersenyum menggoda.
“Mungkin cuma separuhnya Pak Robert.. Oh.. Santi suka..”
katanya tak melanjutkan lagi jawabannya karena mulutnya yang mungil itu sudah
mengulum kemaluanku.
“Enak Pak?” tanyanya sambil melirik nakal kepadaku.
Tangannya sibuk meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang
kemaluanku.
“Enak sayang.. Ayo isap lagi” jawabku menahan rasa nikmat
yang menjalar hebat.
Dikulumnya lagi kemaluanku, sementara kedua tangannya meremas-remas
pantatku. Sangat sexy sekali melihat pemandangan itu. Seorang wanita cantik
yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang
menggelembung menghisap kemaluanku. Terlebih ketika kemaluanku keluar dari
mulutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerakkan kepalanya
mengikuti gerak kemaluanku, Santi mengulumnya kembali.
“Hm.. Kontol bapak enak banget.. Santi suka kontol yang
besar begini” desahnya.
Tiba-tiba terdengar bunyi handphone. Santipun menghentikan
isapannya.
“Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya.
“Lho Mas udah pikun ya.. Khan Santi tadi usah bilang.. Santi
mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih” Santi berbicara kepada suaminya yang
tak sabar menunggu. Sementara tangan Santi yang satu tetap meraba dan mengocok
kemaluan atasan suaminya ini.
“Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas..
Sabar ya..”
Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telpon,
sehingga waktu tersebut digunakan Santi untuk kembali mengulum kemaluanku
sementara tangannya masih memegang handphonenya.
“Iya Mas.. Santi juga cinta sama Mas..” katanya sambil
menutup telponnya.
“Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak
lama, soalnya Santi pengin puas dulu”. Sambil tersenyum nakal Santi kembali
menjilati kemaluanku.
Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh wanita istri
bawahanku ini. Kutarik tangannya agar berdiri, dan akupun tiduran di atas meja
meeting di ruangan itu.
Tanpa perlu dikomando lagi Santi menaiki tubuhku dan
menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga vaginanya tepat berada di atas
kemaluanku yang sudah menjulang menahan gairah.
Santi kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun
menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu.
“Oh.. My god..” jeritnya tertahan.
Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik-turunkan sehingga
kemaluanku maju mundur menjelajahi liang nikmat istri cantik Pak Arief ini.
Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang saat Santi
bergerak naik turun di atas tubuhku. Sesekali kutarik badannya sehingga buah
dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap dengan gemas.
“Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan..” desahnya
“Ayo Pak.. Puaskan Santi Pak..” Santi berkata sambil
menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas kemaluanku. Setelah itu dia
kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercinta yang tak
didapatkan dari suaminya.
Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh
dia menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Aku sibakkan gaunnya, dan
tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh celana dalam yang
sudah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya, dan langsung
kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu.
“Kamu suka San?” kataku sambil menarik rambutnya ke
belakang.
“Suka Pak.. Robert.. Suka..”
“Suamimu memang nggak bisa ya”
“Dia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh”
“Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngentotin suamimu atau aku”
tanyaku sambil mencium wajahnya yang mendongak ke belakang karena rambutnya aku
tarik.
“Santi lebih suka dientotin Pak Robert.. Pak Robert jantan..
Suamiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya.
“Kamu suka kontol besar ya?” tanyaku lagi
“Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh
yeah.. Pak Robert besar.. Ohh yeah oh.. God. Suamiku jelek.. Pak Robert
ganteng. Oh god. Enakhh..” Santi mulai meracau kenikmatan.
“Oh.. Pak.. Santi hampir sampai Pak.. Ayo Pak puaskan Santi
Pak..” jeritnya.
“Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang lemah itu..” jawabku
sambil terus mengenjot dia dari belakang. Tangankupun sibuk meremas-remas buah
dadanya yang bergoyang menggemaskan.
“Ahh.. Santi sampai Pak..” Santi melenguh ketika gelombang
orgasme menerpanya.
Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah berdenyut-denyut
ingin mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Santi hingga dia kembali berlutut di
depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama tersemburlah spermaku ke
wajahnya yang cantik. Kuoles-oleskan sisa-sisa cairan dari kemaluanku ke
seluruh wajahnya. Kemudian Santipun mengulum dan menjilati kemaluanku hingga
bersih.
“Terimakasih Pak Robert.. Santi puas sekali” katanya saat
dia membersihkan wajahnya dengan tisu.
“Sama-sama Santi. Saya hanya berniat membantu kok” jawabku
sambil bergegas membetulkan pakaianku kembali.
“Ngomong-ngomong, kamu pintar sekali blowjob ya? Sering
latihan?” tanyaku.
“Santi sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih
jarang Santi mau begitu. Habis nggak nafsu sih lihatnya”
Wah.. Kasihan juga Pak Arief, pikirku geli. Malah aku yang
dapat menikmati enaknya dioral oleh istrinya yang cantik jelita itu.
“Kapan kita bisa melakukan lagi Pak” kata Santi mengharap
ketika kami keluar ruangan meeting itu.
“Gimana kalau minggu depan aku suruh suamimu ke luar kota
jadi kita bisa bebas bersama?”
“Hihihi.. Ide bagus tuh Pak.. Janji ya” Santi tampak gembira
mendengarnya.
Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Santi aku suruh turun
terlebih dahulu, baru aku menyusul beberapa menit kemudian. Sesampai di ruang
resepsi tampak Jason sedang mencari aku.
“Hey man.. Where have you been? I’ve been looking for you”
“Sorry man.., I had to go to the restroom. I had
stomachache” jawabku.
Tak lama Santi datang bersama Pak Arief suaminya.
“Pak Robert, kami mau pamit dahulu.. Ini Santi nggak enak
badan.. Sakit perut katanya”
“Oh ya Pak Arief, silakan saja. Istri bapak cantik harus
benar-benar dirawat lho..”
Santi tampak tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara
wajah Pak Arief menunjukkan rasa curiga. He.. He.. Kasihan, pikirku. Mungkin
dia akan syok berat bila tahu aku baru saja menyetubuhi istrinya yang cantik
itu.
Tak lama aku dan Jason pun pulang. Sebelum pulang aku
berpapasan dengan Lia, sekretarisku. Aku suruh dia untuk mendaftarkan Pak Arief
untuk training di Singapore. Memang baru-baru ini aku mendapat tawaran training
ke Singapore dari salah satu perusahaan. Lebih baik Pak Arief saja yang pergi,
pikirku. Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan itu di kantor, sedangkan aku
hanya akan menolong istrinya yang cantik mengarungi lautan birahi selama dia
pergi nanti.
Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nanti akan aku
ceritakan lagi pengalamanku bersama Santi bila saatnya tiba. Dengan tidak
adanya batas waktu karena terburu-buru, tentu aku akan lebih bisa menikmati
dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar