>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 7 6 5 3
Top 2D : 07 16 25 33 47
Cadangan 2D : 57 66 75 83 97
TOP SHIO : Naga Tikus Monyet
COLOK BEBAS : 3 5 6
AS : 3 4 5
KOP : 7 8 9
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Ganjil
Marwah baru berusia 29 tahun,
tapi sudah menjanda Suaminya mati dalam sebuah kecelakaan bus, meninggalkannya
sendirian dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil Hidupnya jadi susah,
karena itulah ia pulang ke desa untuk hidup bersama kedua orang tuanya
Menjadi seorang janda bukan
berarti sudah tidak menginginkan sex lagi Itu salah Buktinya, Marwah masih saja
menginginkannya, apalagi sudah lama ia tidak mendapatkannya Memeknya jadi
gatal, tapi ia harus sekuat tenaga menahannya Sebagai seorang wanita yang baik,
ia tidak boleh terlalu vulgar mengumbar nafsu birahi nya
Di desa, Marwah memelihara ayam
Dia juga mempunyai sebuah kolam ikan peninggalan almarhum suaminya serta
beberepa petak sawah dan sedikit ladang kering Sehari-hari ia sibuk
mengurusnya, lumayan untuk sedikit mengalihkan perhatiannya
Sehari-hari, ia akrab dengan
seorang anak pengangon kambing yang sesekali suka mengusilinya Namanya Adi,
usianya baru 17 tahun Selain usil, Adi juga suka bicara seenaknya Mulanya
Marwah risih juga mendengar perkataannya yang tak senonoh itu
Tapi setelah memperhatikan,
ternyata anak itu hanya berkata jorok bila mereka berdua saja, dan semua
kata-katanya tidak sampai terdengar keluar Hanya mereka berdua yang tahu Itu
membuat Marwah yakin kalau Adi adalah anak yang pintar menjaga rahasia
Sampai akhirnya, terjadilah
peristiwa itu…
Hari sudah beranjak sore ketika
Marwah berniat untuk mandi Itu adalah rutinitasnya seperti biasa, tapi entah
mengapa, sore itu ia merasa tidak enak hati, seperti ada yang membuatnya
deg-degan Perasaannya jadi tidak menentu, naluri kewanitaannya mengatakan bakal
ada sesuatu yang terjadi Entah itu baik ataupun buruk
Dan benar saja, saat mau
menyirami tubuh telanjangnya yang sudah disabuni, tiba-tiba ia dikejutkan oleh
sepasang mata yang mengintip penasaran dari balik dinding gedek Seperti umumnya
kamar mandi di desa, kamar mandi Marwah juga cuma ditutup gedeg atau anyaman
bambu sebagai sekatnya Siapapun yang berniat mengintip akan dengan mudah
melihat dari celah dinding bambu Dan sore ini, Adi melakukannya Ya, Marwah
sangat hafal sekali, itu adalah sepasang mata milik si bocah
”Adi, ngapain kamu?!” tanya
Marwah dari dalam
“Ya, ini aku, Budhe…” jawab Adi
enteng tanpa merasa bersalah sedikitpun Ia malah tersenyum lebar karena sudah
berhasil mengintip tubuh montok Marwah yang sehari-hari tertutup jubah panjang dan
jilbab lebar Memang, tidak semua orang bisa seberuntung dirinya saat ini
Dalam hati, Marwah membatin,
”Nakal sekali anak ini, harus aku kasih pelajaran!” Dan pelajaran yang cocok
untuk anak semacam Adi adalah… Marwah akan membiarkan bocah kecil itu terus
mengintip tubuhnya! Rasain, biar saja dia jadi puyeng karena melihat seluruh
tubuhnya Marwah tidak peduli Salah sendiri jadi anak kok nakal banget
Pura-pura tidak terjadi apa-apa,
Marwah meneruskan acara mandinya Sambil mengguyur tubuh montoknya yang masih
penuh busa sabun, ia sedikit meliuk-liukkan tubuhnya, memamerkan bokong dan
tetek besar nya yang bulat montok pada Adi Tersenyum dalam hati, Marwah
memperhatikan betapa Adi terdiam dan terkagum-kagum memandanginya Bocah itu
melotot dengan air liur hampir menetes keluar
Jangankan Adi yang baru beranjak
gede, orang-orang di pasar saja suka usil bila melihat Marwah Mereka suka
mencolek dan menggodanya kala Marwah menjual telur bebek ke salah satu kios
langganannya Dengan kemolekan tubuhnya, Marwah dengan cepat menjadi idola para
pedagang telur di pasar inpres
Tapi untunglah, dengan
dandanannya yang alim dan sopan, sampai saat ini belum ada yang berani berbuat
macam-macam kepada dirinya Dan Marwah berharap, semoga selamanya juga tidak ada
Dia ingin menjalani hidupnya di desa ini dengan tenang Marwah tidak ingin
mencari masalah
Setelah tubuhnya bersih, Marwah
mengambil handuk yang ada di cantolan baju Pelan dia mengusap sisa-sisa air
yang masih menempel di tubuh montoknya Diperhatikannya Adi yang masih tetap
setia mengintip dari celah dinding Marwah tersenyum, ia berniat untuk unjuk
diri sekali lagi
Entah kenapa, menghadapi Adi yang
usil, sisi liar Marwah jadi bergejolak seperti ini Padahal biasanya ia cukup
teliti menjaga aurat, buktinya ia selalu mengenakan baju panjang dan jilbab
kalau keluar rumah Marwah tidak ingin ada yang menikmati lekuk tubuh montoknya
secara gratis
Menghadap persis ke arah Adi,
Marwah mulai beraksi Sedikit membusungkan dada, ia mulai meremas-remas kedua
bukit kembarnya berulang kali, membuat benda yang masih kelihatan padat meski
sudah digunakan menyusui 3 orang bayi itu semakin terlihat indah Marwah juga
memilin-milin putingnya yang mungil kecoklatan, yang kelihatan sangat kontras
dengan kulit tubuhnya yang putih mulus
Tak berhenti sampai di situ,
tangan Marwah turun ke bawah dan mulai mengusap-usap bibir vaginanya Dia
mencolokkan dua jarinya ke dalam dan mulai mengocoknya dengan begitu lembut Di
luar, Adi menegang dan terpana saat melihat Marwah yang mulai bermasturbasi di
depan matanya
Adegan itu terus berlangsung
selama beberapa menit sampai akhirnya Marwah menjerit keenakan tak lama
kemudian Dari memeknya memancar air bening yang amat deras Adi tak berkedip
memandanginya, bahkan ia terlihat semakin menempelkan matanya di dinding kamar
mandi agar bisa melihat lebih jelas lagi
Terengah-engah penuh kepuasan,
Marwah mengguyur tubuhnya Ia mandi sekali lagi Dilihatnya Adi masih setia
mengintip apapun yang ia lakukan Marwah segera menegurnya ”Sudah, Di. Sudah
tidak ada yang bisa dilihat ” katanya begitu acara mandi sore itu selesai
Tidak mendengar jawaban, Marwah
menebak kalau Adi sudah pergi Hari sudah mulai gelap hingga ia tidak bisa
melihat ke antara celah dinding kamar mandi Marwah segera mengenakan baju
panjangnya kembali dan berjalan keluar menuju rumah
Hari masih pagi ketika Marwah
pergi ke sawah untuk melihat bebek-bebeknya Saat itu dia membawa beberapa buah
singkong goreng sebagai bekal Setelah memastikan bebeknya tidak ada yang hilang
dan selesai memberi makan mereka, Marwah pergi ke gubuk di tengah sawah untuk
beristirahat
Saat sedang asyik memakan
bekalnya, dilihatnya Adi datang mendekat ”Hmm, mau apa bocah nakal itu
sekarang?” batin Marwah dalam hati Dilihat dari cengirannya yang usil,
sepertinya Adi tidak merasa bersalah dengan peristiwa kemarin
”Pagi, Budhe… habis ngasih makan
bebek ya?” tanyanya
”Iya,” Marwah mengangguk ”Mana
kambingmu?” ia bertanya Tidak biasanya Adi pergi sendirian ke sawah tanpa
dibuntuti kambing-kambingnya
”Sudah dibawa bapak ke bukit
sana,” Adi menunjuk bukit kecil yang ada di sebelah kiri mereka
”Kemarin kamu mengintip Budhe ya,
kenapa?” tanya Marwah saat Adi sudah duduk di sebelahnya
”Adi suka nglihat tetek besar
Budhe yang gede,” jawab Adi enteng
Marwah memperhatikan tetek besar
nya Memang benar, meski tertutup baju panjang dan jilbab lebar, benda itu
terlihat sangat bulat dan menggiurkan Anak sekecil Adi aja tahu kalau tetek
besar Marwah begitu montok dan besar Bocah itu tidak salah ”Selain tetek besar
Budhe, kamu mau lihat apa lagi?” pancing Marwah, entah kenapa dia jadi bertanya
seperti ini
“Ya… apalagi kalau bukan
tempeknya Budhe,” kata Adi seenaknya Yang dimaksud dengan tempek adalah
kemaluan wanita, alias vagina
“Kamu masih kecil, tapi sudah
gatal,” Marwah nyeletuk Meski tahu kalau Adi sedikit nakal, dia tetap sayang
kepada bocah itu karena Adi suka membantunya kalau Marwah lagi sibuk di sawah
sendirian Semua penduduk desa tahu kalau mereka sangat dekat dan akrab Tapi tak
seorang yang tahu kalau Adi suka ngomong jorok dan seenaknya
”Tempek Budhe kemarin gatal ya,
kok sampe digaruk segala?” tanya Adi mengenai masturbasi Marwah
Marwah tersenyum lebar, ”Bukan
gatal, Budhe cuma pengen kencing aja ” dia mengarang alasan
”Perasaan, kalau ibuku kencing
nggak sampai seperti itu deh,” sahut Adi
”Kamu pernah melihat ibumu
kencing?” tanya Marwah tak percaya, benar-benar sudah kelewatan bocah satu ini
”Nggak ngeliat langsung, cuman
nggak sengaja saat ibu jongkok di kebun belakang ” jelas Adi
”Dasar kamu ya,” Marwah
mengacak-acak rambut bocah itu ”Eh, kalau ngintip ibumu mandi, pernah nggak?”
tanya Marwah, tiba-tiba saja terlintas pikiran itu di otaknya yang tertutup
jilbab
Adi mengangguk ”Iya, pernah ”
“Gimana tetek ibumu, gede kan?”
tanya Marwah penasaran Dia memang pernah sekali melihat ibu Adi sedang mandi di
sungai, dan menurutnya tubuh perempuan itu cukup menarik juga meski wajahnya
tidak cantik-cantik amat
Adi terdiam membayangkan,
”Lumayan sih, tapi tetep lebih gede punya Budhe,” jawabnya sesaat kemudian
Marwah tertawa mendengarnya ”Itu
karena usia ibumu sudah tua, jadi teteknya kendor Coba kalau seusia Budhe,
pasti ukurannya bakal sama ”
Adi menggeleng, ”Nggak, masih
lebih bagus punya tetek besar Budhe ”
Marwah tertawa lagi “Trus, emang
kenapa kalau lebih bagus punya Budhe? Kamu mau ngapain?” tantangnya
Adi tersipu malu, ”Ya nggak
apa-apa sih Adi cuma pingin pegang tetek besar, pingin hisap, pingin
remas-remas!” kata bocah itu sekenanya
“Ah, kamu ini… dasar anak kecil!”
Marwah kembali mengacak-acak rambut gondrong Adi
“Kecil apanya? Nih Budhe lihat!”
tanpa disangka oleh Marwah, Adi tiba-tiba berdiri dan memelorotkan celananya
”Adi!” pekik Marwah saat melihat
kontol Adi yang sudah ngaceng keras Walau bulunya masih sangat sedikit, tapi
benda itu tampak begitu mempesona Bagi seorang wanita yang haus akan sentuhan
seperti Marwah, melihat kontol tepat di depan matanya seperti sekarang, tak
urung dengan cepat membuat darahnya berdesir ”Gila Anak umur tujuh belas tahun,
tapi kontolnya sudah mirip orang dewasa,” batin Marwah dalam hati
“Gimana, besar kan, Budhe?” tanya
Adi bangga sambil semakin memamerkan penisnya
“Ya, lumayan juga ” Marwah tak
sanggup memalingkan mukanya dari benda coklat panjang itu
”Kok cuma lumayan, ini kan sudah
gede banget ” protes Adi tidak terima
”Memang gede sih, tapi kan belum
pernah dipakai Mana bisa tahu kuat apa nggak?” pancing Marwah lebih nakal lagi
“Dipakai buat ngentot ya, Budhe?”
tanya Adi polos
Marwah mengangguk mengiyakan
”Iya, kamu sudah pernah ngentot belum? Aku yakin belum!” yakin Marwah
Adi tersipu malu, “Aku kepingin
ngentot, Budhe, tapi bagaimana?” tanyanya bingung
”Bukan bagaimana, tapi sama
siapa! Kalau soal cara ngentot sih, Budhe bisa ngajarin ” tawar Marwah
Adi langsung menyeringai lebar
mendengarnya, ”Ya betul! Kenapa nggak sama Budhe aja?” kata Adi ceplas-ceplos
“Gila kamu! Ngajarin kan bisa
lewat tulisan atau cerita, nggak perlu harus ngentot langsung ” kilah Marwah
“Ayolah, Budhe Masak cuma lewat
tulisan, nggak seru dong!” kata Adi
Marwah diam tidak menjawab Dia
tampak berpikir keras Sebagai seorang wanita berjilbab, ia tidak boleh
melakukannya Tapi di sisi lain, hati kecilnya tidak bisa dibohongi Pembicaraan
ini telah memancing nafsu birahi nya Ditambah dengan kontol Adi yang besar,
yang terus tersaji indah di depannya, membuat Marwah jadi sangat kesulitan
untuk menentukan sikap
Bebek-bebek terus bersuara di
sekitar mereka, terkadang berenang kian kemari di air sawah yang baru saja
dipanen Binatang berkaki selaput itu berebutan memakan biji padi yang masih
banyak berserakan disana Sisanya yang tidak kebagian mencocorkan paruhnya ke
pematang sawah, berharap mendapat cacing atau siput yang sedang sial
“Boleh ya, Budhe?” Adi mendesak
semakin berani
Marwah menghela nafas Ia
memandangi bocah kecil itu dan tersenyum, “Benar kamu mau tahu?” tanyanya
penasaran dengan kemampuan Adi
“Iya, Budhe Aku pengen sekali
ngentot Apalagi dengan orang secantik Budhe, aku pingin sekali!!” seru Adi
penuh semangat
“Tapi kamu tidak boleh bercerita
kepada siapapun juga Sumpah?” kata Marwah serius
“Sumpah, Budhe Aku nggak bakal
cerita sama siapapun ” Adi menganggukkan kepalanya
Marwah tersenyum dan kembali
mengacak-acak rambut gondrong Adi ”Sebentar ya,” dia melihat sekeliling,
memastikan kalau mereka aman Gubuk itu berbentuk terbuka, dengan anyaman bambu
yang menutupi hingga sebatas pundak Kalau mereka duduk, dari kejauhan, hanya
kepala mereka yang terlihat Marwah menyadari hal ini dan tersenyum Mereka bisa
melakukannya!
Situasi juga sangat memungkinkan
Hari yang masih pagi membuat para petani sibuk di sawah masing-masing Tidak
akan ada yang melihat ke arah gubuk, atau bahkan mendatangi tempat dimana Adi
dan Marwah sedang berada sekarang Ditambah suara ratusan bebek yang
berkuek-kuek nyaring, itu bisa menyamarkan dengan baik suara desahan mereka
saat ngentot nanti ”Sempurna!” Marwah membatin dalam hati Dia kemudian
berpaling kembali pada Adi
“Kamu telentang di sini dan tetap
pakai bajumu Kalau ada orang lewat, kamu cepat menaikkan kembali celanamu!”
kata Marwah memberi instruksi
Adi segera mengikuti apa yang
dianjurkan oleh perempuan cantik itu Dia tidur telentang dan celana melorot
hingga sebatas paha, memperlihatkan burung besarnya yang mendongak gagah
mencari mangsa Marwah mengelus-elus burung Adi sebentar sampai benda itu
menjadi benar-benar keras Gila, ternyata kontol itu bisa membengkak sampai dua
kali lipat, ukurannya juga menjadi sedikit lebih panjang Marwah sampai
geleng-geleng kepala dibuatnya
”Baru umur segini sudah begini
gede, gimana kalau sudah besar nanti?” Marwah membatin dalam hati, menyadari
potensi pada diri Adi sebagai pria perkasa
Tak tahan, Marwah segera mengangkat
baju panjangnya ke atas, ia menyingkapnya hingga ke pinggang Dibiarkannya Adi
mengelus-elus kulit pahanya yang putih mulus sebentar ”Kamu suka, Di?” tanyanya
sambil melepaskan celana dalam Dengan nakal dipamerkannya lubang memeknya yang
sempit pada bocah kecil itu
”S-suka… suka banget, Budhe!”
sahut Adi dengan mata nanar menatap gundukan memek Marwah yang tersaji indah di
depan hidungnya Dengan tangan gemetar ia mulai mengusap-usap dan memijitinya
”Isap, Di,” kata Marwah sambil
menggeser sedikit tubuhnya, ia menaruh belahan memeknya tepat di depan mulut si
bocah kecil
Adi dengan penasaran segera
menjulurkan lidahnya Rasa memek Marwah yang segar dan harum membuatnya suka,
iapun menjilat dan menghisap benda itu dengan begitu rakus Adi bahkan sampai
membenamkan muka ke dalam lubangnya Ia bernafas disana
Marwah yang menerimanya jadi
kelojotan tak karuan Sudah lama ia tidak merasakan nafsu birahi yang seperti
ini, dan begitu mendapatkannya, ternyata Adi begitu pintar Gerakan lidahnya
bagai orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, padahal Marwah tahu, ini
juga saat pertama Adi Domino 99
”Ahh Terus, Di Yah, disitu… isep
yang mungil itu Itu namanya itil, Di Enak banget kalau diisep! Oughhh!” Marwah
merintih tak karuan Tangannya menggapai-gapai untuk mencari pegangan agar tidak
sampai ambruk karena saking nikmatnya Tapi yang ia temukan malah kontol besar
Adi Tak apalah, daripada tidak ada sama sekali Marwah segera memeganginya dan
mulai mengocoknya pelan
Adi yang mendapat suntikan
rangsangan dari Marwah, melenguh pelan dan mulai menjilat semakin keras
sekarang bukan lidahnya saja yang bekerja, tapi juga tangannya Adi menyusupkan
tangannya ke balik baju terusan Marwah dan menyelipkannya di balik BH perempuan
cantik itu Diremas-remas tetek besar Marwah yang menggantung indah, yang selama
ini selalu menjadi obsesinya dengan penuh nafsu
Ugh, benda itu terasa begitu
empuk dan kenyal Ukurannya yang sangat besar membuat tangan mungil Adi tidak
bisa mencakup semuanya Dengan dua jari, Adi menjepit dan memilin-milin
putingnya yang terasa mengganjal Sebentar saja, benda itu sudah menjadi begitu
kaku dan keras, sama dengan kontolnya yang kini mulai dijilat dan diciumi oleh
Marwah
Saling mengulum kemaluan, mereka
kini berposisi 69 Marwah di atas dan Adi di bawah Melihat kontol Adi yang
menjadi kian keras dan panjang membuat Marwah jadi tak tahan Maka sambil
menyodorkan memeknya ke mulut mungil si bocah, ia pun mulai menunduk untuk
mengulum dan menjilati batang penis Adi
Adi yang mendapat tambahan
rangsangan dari Marwah, memekik gembira Dengan penuh nafsu ia menjilat dan
menghisap memek sempit si ibu muda, sementara kedua tangannya terus bergerilya
meremas-remas gundukan tetek besar Marwah yang sekarang menggantung indah di
balik bajunya dan sudah tidak tertutup BH
Cukup lama mereka berada dalam
posisi seperti itu sebelum akhirnya Marwah bangkit dan mulai mengangkangi tubuh
Adi Menghadap lurus ke arah si bocah, Marwah menaruh kedua lututnya di atas
balai-balai gubuk yang terbuat dari bambu
Ditangkapnya burung Adi yang
sudah menyundul-nyundul tak sabar di depan pintu gerbang surganya, lalu
dituntunnya benda itu agar segera memasukinya secara perlahan Memek Marwah
terasa sangat lengket dan basah, campuran antara cairan kewanitaannya yang
merembes keluar dan air liur Adi Marwah terus menekan tubuhnya ke bawah saat
batang penis Adi sudah menyelinap masuk
”Oughhh…” Adi merintih dengan
nafsu birahi begitu merasakan kehangatan lubang memek Marwah yang menyelimuti
batang penisnya Lorongnya terasa begitu lembut dan hangat, juga sangat
menggigit sekali hingga membuat Adi yang doyan onani jadi merem melek keenakan
Sambil mengoyang perlahan-lahan,
Marwah berpura-pura lagi menjaga bebeknya Ketika ada seseorang lewat di
pematang seberang, dia sengaja berteriak-teriak menghalau bebek-bebeknya Orang
itu tersenyum dan menyapa Marwah, ”Giat amat, Mbak Marwah Pagi-pagi sudah ke
sawah ”
Menahan desahannya, Marwah
tersenyum dan menjawab, ”Iya nih, Pak, oughhh… bebeknya nakal, ahh… suka nyosor
ke sawah orang, ughh!”
Petani tua yang menyapanya
memicingkan mata, ”Mbak Marwah nggak apa-apa? Kok kayak kesakitan gitu?”
tanyanya curiga
Marwah kembali tersenyum,
”B-banyak semut, ehss… pada ngegigit kaki saya!”
Pak Tua tersenyum, ”Hati-hati,
Mbak. Disini semutnya nakal-nakal, sukanya gigit wanita cantik ”
”I-iya, Pak, arghhh!” Marwah
memekik Saat itu, berbaring di bawah tubuhnya, Adi menggenjot penisnya semakin
keras Begitu kencangnya tusukan itu hingga beberapa kali kontolnya yang panjang
menembus memek Marwah hingga ke pangkal Marwah jadi kelojotan dibuatnya Ia
merasa sangat nikmat sekali
Tetap tersenyum, sambil
geleng-geleng kepala, si Petani Tua pergi meninggalkan Marwah Dia meneruskan
langkah menuju ke sawahnya sendiri
”Eghh… Budhe!” Adi memeluk kedua
paha Marwah dan menggoyang pinggulnya semakin cepat Dia juga merasa nikmatnya
nafsu birahi, bahkan lebih nikmat daripada yang dirasakan Marwah, mungkin
karena ini adalah persetubuhan pertamanya
Setiap hari, setiap kali angon
kambing, Adi selalu berfantasi dan berbicara tentang kecantikan Marwah dengan
teman-temannya Bocah-bocah kecil itu ramai ngomongin betapa molek dan montok
nya ibu muda itu Beberapa kali mereka saling menantang, bertanya siapa yang
berani menggoda Marwah duluan Dan sampai berbulan-bulan, ternyata hanya Adi
yang berani mendekatinya
Dan sekarang dia mendapatkan
hasilnya, Adi bisa merasakan tubuh montok Marwah meski dalam situasi yang
sangat menegangkan Tapi justru itu yang bikin nikmat, rasa deg-degan karena
takut terpergok membuat mereka meresapi setiap detik tautan alat kelamin mereka
Memandang sekeliling, Marwah
memastikan kalau tidak ada lagi orang yang lewat Sambil terus menggoyang
tubuhnya dari atas, ia semakin kencang menekan pinggulnya jauh ke bawah,
membuat kontol Adi jadi menusuk dan menancap lebih dalam
Mereka memekik bersamaan, cukup
keras terdengar, tapi untung ada suara celoteh bebek-bebek yang menyamarkannya
Marwah membungkuk dan mengeluarkan tetek besar nya dari balik jubah, ia meminta
Adi untuk menghisapnya ”Ini kan yang kau inginkan?” tanyanya dengan kerlingan
nakal
Tak menjawab, Adi segera menyosor
benda bulat itu Gerakan mulutnya secepat paruh para bebek yang lagi berebutan
cacing Bedanya, kali ini puting Marwah lah yang menjadi sasarannya Adi mencucup
dan menghisapnya dengan rakus Ia menjilatinya secara bergantian, dua-duanya ia
garap secara adil, dari kiri ke kanan, lalu balik lagi lagi ke kiri Kalau sudah
kelelahan, ia benamkan mukanya ke belahannya yang curam
”Auw!” Marwah memekik kegelian
menerimanya, tapi bukannya berhenti, ia malah meminta Adi agar menggigit-gigit
ringan putingnya Dengan senang hati, Adipun melakukannya Dan Marwah semakin
kelojotan dibuatnya, ia terus menekan tubunnya sampai dirasakannya Adi orgasme
tak lama kemudian Sperma bocah itu berhamburan memenuhi lubang memeknya
”Budhe, aku keluar!” pekik bocah
itu sambil meremas kuat-kuat tetek besar Marwah
Marwah terdiam, membiarkan Adi
menikmati puncak permainannya ”Dasar bocah, baru sebentar sudah keluar ”
batinnya dalam hati Tapi Marwah tak bisa menyalahkannya juga Siapa juga yang
bisa tahan main lama dengannya? Jangankan Adi yang masih bau kencur, dulu
suaminya saja hanya sanggup bertahan lima menit
”Tubuhmu terlalu nikmat, Sayang!”
begitu kata suaminya beralasan kalau Marwah mendengus kecewa Dan sampai
laki-laki itu meninggal, Marwah tidak pernah merasakan indahnya orgasme Jadi
dia maklum saja kalau Adi yang baru pertama kali ini ngentot, jadi kelihatan
cupu di depannya
”Kamu salah memilih sasaran, Di ”
gumam Marwah sambil membenahi pakaiannya Dia sudah mencabut penis Adi dari
belahan memeknya dan sekarang menyuruh bocah nakal itu untuk mencuci tubuhnya
di sungai Marwah menyusul tak lama kemudian Jongkok di tepi sungai, ia membasuh
lubang kencingnya yang penuh oleh sperma Adi
”Budhe, punyaku bangun lagi ”
seru Adi yang duduk di sebelahnya
Marwah menoleh, dan mendapati
kontol Adi yang sudah tegang kembali ”Kenapa, kamu pengen lagi?” tanya Marwah
menggoda Dia memegangi penis itu dan kembali mengocoknya pelan
Adi mengangguk malu-malu, ”Iya,
Budhe ”
”Kan tadi sudah,” kilah Marwah
”Tapi masih pengen,” rengek Adi
manja
”Besok lagi ya? Sekarang Budhe
harus pulang, sudah siang ” Marwah melepas kontol Adi, membuat si bocah
melenguh kecewa
”Besok? Disini? Seperti tadi?
tanya Adi penasaran
Marwah tersenyum dan mengangguk
Hatinya gembira, dia kini sudah punya ’teman’ yang bisa membantunya melepas
birahi, meski itu adalah Adi, anak tetangganya yang baru berusia tujuh belas
tahun Tapi tak apa, biarpun masih kecil, tapi kontolnya sudah keras dan panjang
Dan kalau dilatih dengan benar, dengan bimbingan Marwah tentunya, sebentar lagi
benda itu akan menjadi dewasa dan siap untuk digunakan sepenuhnya
“Gimana, Budhe?” tanya Adi lagi,
menagih janji Marwah
Marwah mengangguk “Iya, disini
Tapi ingat, kamu harus jaga rahasia ini. Kalau sampai ada orang yang tahu,
bisa-bisa kamu akan dibunuh orang Kamu nggak mau kan itu terjadi?” ancam Marwah
Adi mengangguk setuju
Esoknya, setelah mengikat
kambing-kambingnya ke pohon terdekat, Adi mendekati Marwah yang sudah menunggu
di dalam gubuk ”Pagi, Budhe?” sapanya ramah
Marwah melirik celana bocah itu,
tampak sudah ada sedikit tonjolan disana, Adi rupanya sudah tak sabar ”Kok bawa
kambing, kemana ayahmu?” tanya Marwah basa-basi
Tidak menjawab, Adi malah
meloncat duduk di samping Marwah dan langsung menjulurkan tangannya untuk
meremas-remas tetek besar Marwah yang tersembunyi di balik baju kurung ”Adi
kangen ini, Budhe ” kata bocah itu
Marwah tersenyum dan tetap
membiarkan Adi melakukannya ”Budhe juga kangen ini?” balas Marwah sambil
mengelus-elus kontol Adi dari luar celana Cukup lama mereka saling merangsang
hingga ada beberapa orang ibu-ibu yang lewat di belakang gubuk
Marwah segera berpura-pura
menawari Adi minum kopi ”Cepat minum, Di, sebelum keburu dingin!”
Adi langsung menenggaknya, sama
sekali tidak menyangka kalau kopi itu masih sangat panas Dia langsung mengaduh
sambil jingkrak-jingkrak, lidahnya serasa terbakar Para ibu tertawa melihatnya,
bahkan Marwah juga ikutan tertawa Adi jadi tersipu karena jadi bahan tertawaan
Tapi untunglah, karena tingkahnya itu, jadi tidak ada yang curiga dengan apa
yang baru saja ia lakukan bersama Marwah
”Dapat kue apa, Di, dari Budhe
Marwah?” tanya salah seorang ibu Mereka rupanya hendak menuju sawah Haji karim
yang hari ini dipanen
Adipun menjawab sekenanya, ”Ini,
ada singkong goreng Tapi masih belum boleh dimakan, nunggu dibuka dulu ”
ibu-ibu tertawa mendengarnya,
setelah pamit pada Marwah, mereka melanjutkan perjalanan Marwah yang mengerti
apa yang dimaksud oleh Adi, langsung menjitak kepala bocah itu kuat-kuat
”Hati-hati kalau bicara, kan
sudah Budhe peringatkan kemarin ” ancam Marwah
”I-iya, Budhe ” sambil
mengusap-usap kepalanya yang jadi benjol, Adi menjawab takut-takut
Marwah jadi kasihan melihatnya
Setelah melihat sekeliling, memastikan kalau situasi aman, iapun berkata pada
Adi ”Udah… sini, sekarang kamu rebahan di pahaku Kepalamu di sini,” Marwah
menunjuk pangkal paha di bawah perutnya ”Kamu hisap tetek besar Budhe biar
lidahmu jadi dingin lagi ” kata Marwah, merujuk pada kekonyolan Adi tadi
Mengangguk kesenengan, Adipun
merebahkan kepalanya di paha Marwah, dinantikannya Marwah yang sedang sibuk
melepas kancing baju panjangnya Tersenyum, Marwah mengeluarkan tetek besar nya
dan memberikannya pada Adi, ia menarik keluar dua-duanya, menyajikan pemandangan
yang sangat indah di mata si bocah
Tak berkedip, Adi segera mencium
dan mengulumnya, ia hisap putingnya yang bulat runcing bergantian, kiri dan
kanan Bagai bayi yang kehausan, mulutnya terus menempel di dada Marwah Dengan
jilbab lebarnya, Marwah menyembunyikan kepala Adi, membuat perbuatan mesum
mereka jadi terasa aman
Di sisi lain, Marwah juga tak mau
tinggal diam, dia mulai mengelus-elus burung Adi Tak puas dari luar celana, ia
masukkan tangannya ke dalam celana si bocah Masih tak puas juga, akhirnya ia
pelorotkan celana pendek Adi ke bawah hingga kontolnya yang sudah menegang
dahsyat terlontar keluar
Marwah segera menangkap dan
menggenggamnya, lalu dengan perlahan mulai dielusnya Sementara Adi terus
menghisap tetek besar nya secara bergantian, Marwah mulai mengocok benda itu
kuat-kuat, ia benar-benar gemas dengan kontol muda Adi
”Ehm… ehss… enak, Budhe!” desis
Adi dengan mulut tetap menempel di puting Marwah, sekarang benda itu sudah
terlihat basah dan memerah karena air liurnya
Marwah membalas dengan mengocok
penis Adi semakin cepat, dan saat ia sudah mulai tak tahan, cepat-cepat Marwah
menyingkap baju panjangnya dan berbaring telentang di papan Sedikit tak sabar,
ia bimbing Adi agar segera menindih tubuhnya
Gemas ditangkapnya burung bocah itu
lalu cepat dimasukkannya ke dalam memek saat Adi tampak kesulitan melakukannya
Begitu sudah masuk, reflek Adi segera memompa tubuhnya, membuat alat kelamin
mereka sekali lagi saling mengisi dan menggesek
Mereka melenguh berbarengan, juga
merintih bersama-sama, serta berkeringat berdua sampai akhirnya Adi melepaskan
spermanya tak lama kemudian Sama seperti kemarin, Marwah juga belum apa-apa Ia
baru merasa nikmat, tapi Adi sudah keburu terkapar duluan Tapi lumayan, sudah
sedikit lebih lama dari kemarin
Adi segera mencabut penisnya dan
duduk terengah-engah di samping Marwah, ia melihat sekeliling sembari
memperbaiki celananya
“Bagaimana, ada orang” tanya
Marwah yang masih tiduran Tangannya menarik kembali bajunya ke bawah hingga
menutup ke mata kaki Untuk tetek besar nya, tetap ia biarkan terbuka karena Adi
masih mengusap-usap dan meremas-remasnya pelan Bocah itu tampak sangat
menyukainya
Tidak menjawab, mata Adi tetap
awas melihat sekeliling Sementara tangannya juga tetap berada di atas gundukan
tetek besar Marwah, meremas-remas lembut disana sambil sesekali memijit dan
menjepit putingnya yang bulat mungil
Merasa diperdayai, Marwah segera
bangkit dan duduk di samping Adi Benar, sawah kelihatan sepi, sama sekali tidak
ada orang Ia segera menjitak kepala bocah itu keras-keras, ”Dasar kamu, ya!”
umpatnya karena sudah dibohongi
Adi tertawa cengengesan sambil
mengusap-usap kepalanya yang nyeri, sama sekali tidak kelihatan marah Malah dia
mengajak Marwah untuk pergi ke sungai membersihkan diri
Sejak itu, hubungan mereka
menjadi semakin ’akrab’ Adi setiap hari meminta jatah kepada Marwah, dia sudah
tidak malu-malu lagi melakukannya, sepertinya dia sudah ketagihan dengan tubuh
molek ibu muda itu Marwah yang melihatnya, jadi punya ide lain
Dengan senang hati ia memberikan
tubuhnya pada Adi dengan sedikit permintaan; disuruhnya Adi ini dan itu, mulai
dari menjaga bebek hingga mengangkat pakan ternak yang beratnya minta ampun
Tapi Adi tampak senang-senang saja melakukannya, yang penting ia dapat
merasakan tubuh mulus Marwah Domino QQ
Hubungan itu terus berjalan
hingga tanpa terasa sudah memasuki bulan ketiga Adi sudah semakin ahli dan
pintar, beberapa kali ia bisa mengantar Marwah menuju orgasmenya. Marwah senang
bukan main menerimanya, ia semakin sayang pada bocah itu Untuk jaga-jaga,
Marwah ikut KB Tiap hari ia minum pil agar tidak sampai hamil Hubungan ini
tidak boleh sampai berakhir
Dan bukan hanya mereka berdua
yang senang, orang tua Adi juga ikut gembira karena anaknya diperlakukan dengan
baik oleh Marwah Mereka ikhlas saja melepas Adi, bahkan menyuruh bocah itu agar
tak segan membantu Marwah bila ada kesulitan Misalnya seperti hari ini, saat
Marwah sibuk membuat telor asin, dengan senang hati orang tua Adi mengijinkan
anak mereka agar menginap di rumah Marwah
”Biar bisa cepat selesai,” begitu
kata ayahnya
Marwah tersenyum dan mengucapkan
terima kasih Di belakang, Adi bersorak gembira karena tadi siang, Marwah
menjanjikannya sesuatu yang ’spesial’, dengan syarat dia mau tidur di rumahnya
Adi jadi tidak sabar menunggu, apakah sesuatu yang spesial itu?
Malam bergerak lamban bagi Adi
Sampai pukul 21 00, mereka masih mengerjakan pesanan telor asin yang tinggal
sedikit lagi selesai Di luar, suasana cukup sepi Di Desa itu memang jarang yang
keluar malam Kelelahan setelah bekerja seharian di ladang membuat banyak rumah
yang sudah menutup pintu, bahkan tidak sedikit yang mematikan lampu Tak
terkecuali kediaman Marwah, bahkan anak dan orang tua Marwah sudah pada tidur
sejak sore tadi Hanya tinggal Adi dan Marwah yang masih melek di malam yang
dingin itu
Adi yang sudah tak sabar segera
mencolek lengan Marwah, ”Gimana, Budhe?” tanyanya konak
Marwah membalas dengan mengusap
pelan kontol Ade, benda itu terasa sudah mengeras dan menegang penuh ”Sabar,
tinggal sedikit lagi ” bisiknya
Adi memindahkan tangannya ke
gundukan tetek besar Marwah, membuat baju kurung yang dikenakan wanita itu jadi
bernoda tanah saat dia mulai meremas-remas pelan disana Marwah hanya mendesah,
tapi tidak menolak Sambil terus membuat telor asin, dia membiarkan tangan Adi
tetap berkreasi
Sekarang bocah itu malah sudah
memasukkan jari-jemarinya ke sela kancing baju Marwah, menyentuh gundukan
payudara nya secara langsung dan memilin-milin putingnya yang sudah mulai
terasa sedikit mengeras Marwah sadar, Adi sudah benar-benar pengen, nafsu bocah
itu sudah tidak dapat ditangguhkan lagi
Meletakkan telornya yang tinggal
sekeranjang lagi, Marwah segera mengajak Adi untuk mencuci tangan ke sumur
belakang Setelah itu ia segera menuntun si bocah masuk ke dalam kamarnya Saat
melewati dapur, Marwah mengambil sedikit minyak goreng, ditaruhnya di dalam
sebuah mangkok kecil
”Buat apa, Budhe?” tanya Adi
penasaran
“Ini yang kubilang spesial
kemarin,” sahut Marwah
”Budhe mau menggoreng ikan di
kamar?” tanya Adi polos
Tawa Marwah meledak mendengarnya,
”Sudah, kamu diam saja ”
Mereka masuk ke kamar dan Marwah
segera mengunci pintunya Dua anaknya sudah tidur di kamar yang lain, sedang
yang terkecil lebih sering tidur bersama neneknya Marwah tidur sendiri di kamar
ini Tapi tidak malam ini, sekarang ia ditemani Adi, yang sudah ditelanjanginya
sampai bugil dan disuruhnya berbaring di atas ranjang Marwah sudah melapisi
spreinya dengan plastik putih tipis transaparan
”Panas, Budhe ” Adi mengomentari
alas tidurnya yang aneh
Marwah tersenyum saja, tapi tidak
menjawab Ia mulai mencopoti seluruh bajunya hingga tak lama kemudian sudah
sama-sama bugil Kontol Adi tampak semakin menegang dahsyat melihat tubuh montok
Marwah yang tersaji indah di depannya Inilah untuk pertama kalinya ia melihat
tubuh Budhenya secara utuh, dalam jarak yang begitu dekat, tanpa perlu harus
mengintip seperti yang dilakukannya dulu
Tetap tersenyum, Marwah segera
berjalan mendekat sambil membawa mangkok berisi minyak goreng Ia duduk di
samping Adi Dibiarkannya tangan Adi yang nakal mulai merambat untuk
mengelus-elus seluruh tubuhnya ”Kamu suka tubuh Budhe?” tanya Marwah memancing
sambil tangannya mulai melumuri burung Adi memakai minyak goreng Adi tentu saja
langsung tersentak dibuatnya
”Ehm… suka banget, Budhe! Uughh…
enak!” rintihnya saat Marwah mulai mengocok kontolnya pelan
Marwah kembali mengucurkan
minyaknya, kali ini giliran perut dan dada Adi yang menjadi sasaran Dengan
menggunakan gundukan tetek besar nya, Marwah kemudian menunduk untuk
meratakannya Adi tentu saja langsung terkejang-kejang dipijit-pijit seperti itu
Apalagi saat Marwah mulai menindih tubuhnya, dan secara perlahan memasukkan
penisnya yang sudah menegang dahsyat ke dalam lubang memeknya… ugh, nyawa Adi
bagai terbang ke langit ke tujuh merasakannya!
Tapi baru saja ia menggoyang,
kira-kira masih sepuluh tusukan, tiba-tiba Marwah berhenti menggerakkan
pinggulnya, membuat kontol Adi yang baru merasa nikmat jadi ngaceng tanggung
”Budhe, kok berhenti?” tanya Adi kecewa
Marwah tersenyum penuh arti,
”Kamu suka, enak tidak?” tanya Marwah nakal
Adi mengangguk cepat, ”Enak
banget, Budhe Ayo goyang lagi!” pintanya
Marwah menggeleng ”Ada lagi yang
lebih enak, kamu pasti suka!” sambil berkata, dia turun dari tubuh Adi, membuat
si bocah makin mendengus kesal karena merasa dipermainkan
”Apaan, Budhe? Ayo cepetan!” seru
Adi tak sabar, rasanya dia tega untuk memperkosa Marwah kalau wanita itu terus
menggodanya seperti ini
Tidak menjawab, Marwah mengambil
minyak goreng lalu mulai melumuri lubang pantatnya sendiri Setelah dirasa cukup
merata, dia kemudian membungkuk di depan Adi, mempertontonkan lubang pantatnya
yang tampak licin dan mengkilat Adi yang tidak mengerti apa yang diinginkan
oleh Marwah, segera menyerbu dari belakang dan menusukkan batang kontolnya ke
lubang memek si ibu muda
”Bukan yang itu, Di ” Marwah
cepat mendorong tubuh Adi ke belakang ”Tapi yang ini!” dia menunjuk lubang
anusnya
Adi celingukan, ”Apa cukup,
Budhe?” tanyanya sambil membandingkan ukuran penisnya dengan lubang itu
”Lakukan saja, nanti aku tuntun,”
kata Marwah tak sabar Dia kembali menungging saat Adi mulai berlutut di
belakangnya Cepat ditangkapnya burung bocah itu lalu ia tempelkan ujungnya yang
tumpul ke lubang pantatnya “Ayo tusuk, Di Tekan yang kuat,” Marwah memberi
perintah
Adi mengikuti, ia tekan kontolnya
kuat-kuat hingga menembus lubang sempit itu Ia merasakan bagaimana cengkeraman
lubang anus Marwah bagai mencekik burungnya, tapi tetap berusaha ia tahan
karena di sisi lain ia juga merasa nikmat karenanya Adi merasa kontolnya bagai
diremas-remas dan dielus-elus ringan oleh lorong anus Marwah
“Ayo goyang, Di,” bisik Marwah
saat rasa kebas di pantatnya sudah mulai hilang
Adi melakukannya, ia mulai
menggoyang pinggulnya perlahan hingga batang penisnya yang besar bergerak keluar-masuk
dengan pelan di dalam lubang sempit Marwah ”Eghs… Terus, Di… ughh… enak!” desah
Marwah keenakan Mereka terus berada dalam posisi seperti itu hingga beberapa
menit lamanya
Sambil menggoyang, Adi menggapai
tetek besar Marwah yang menggantung indah di depannya untuk digunakannya
sebagai pegangan Putingnya yang mungil ia pilin-pilin kuat saat penisnya
keluar-masuk semakin cepat di pantat perempuan cantik itu
”Ough… enak, Di! Terus! Tusuk
yang dalam! Ahh…” Marwah menggeleng-gelengkan kepala, merasa sangat nikmat
sekali Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, terakhir dengan suaminya
beberapa tahun yang lalu, itupun tidak lama karena sang suami lebih suka
mencoblos liang memeknya daripada lubang pantatnya Dengan Adi, Marwah jadi bisa
menyalurkan fantasinya yang tertunda
”Arghhh… Adi… aku… oughhh…” tak
sanggup meneruskan kata-katanya, Marwah meledak tak lama kemudian Ia orgasme,
air cintanya tumpah ruah membasahi plastik bening di atas sprei
Adi sedikit kaget dibuatnya, ia
sempat menghentikan goyangannya sebentar untuk mengintip apa yang terjadi Saat
tahu kalau Marwah baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat puas dan bahagia
sekali, barulah Adi meneruskan genjotannya, bahkan kali ini menjadi lebih cepat
karena ia juga merasa tidak tahan lagi Jepitan anus Marwah yang sangat ketat
dan kuat mustahil untuk dilawan
”Arghhhh… Budhe!” menjerit tak
kalah keras, Adi memeluk kuat tubuh montok Marwah dan menusukkan penisnya
sedalam mungkin ke lubang dubur perempuan cantik itu, disana ia melepaskan
semua spermanya berkali-kali
Marwah si tetek besar tersenyum,
semua pelajarannya untuk mendewasakan Adi kini tuntas sudah Anak itu sudah
resmi menjadi lelaki dewasa Dipeluknya tubuh kurus Adi yang ambruk kelelahan di
atas ranjang, ditunggunya hingga Adi siap untuk ronde yang kedua.
Malam ini adalah malam spesial,
mereka tidak boleh tidur! Adi harus meremas tetek besar milik janda muda itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar