>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 6 3 5 1
TOP 2D : 06 13 25 31 46
CADANGAN 2D : 56 63 75 81 96
TOP SHIO : Ular Tikus Monyet
COLOK BEBAS : 1 3 5
AS : 3 4 5
KOP : 7 8 9
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Ganjil
Kisah Nayata ini berawal ketika
aku sering ditugaskan kantorku ke luar kota untuk mengikuti training, melakukan
negosiasi dan maintain pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing. Oh ya,
saya John, 32 tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah timurnya Jakarta.
Bekasi kali ye. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan
profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai
training yang pernah kuikuti aku tidak pernah kekurangan teman, pria maupun
wanita
Di mata istriku aku adalah
seorang suami yang baik, penuh perhatian dan selalu pulang cepat ke rumah.
Namun di balik itu, sebuah kebiasaan, yang entah ini sudah kebablasan, aku
masih suka iseng. Iseng dalam arti awalnya cuma ingin memastikan bahwa ilmu
marketing ternyata bisa diterapkan dalam mencari aPapaun termasuk teman cewek,
hehehe.. Marketing menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah si
cewek tadi juga bisa tergolong customer. Anyway, Anne adalah orang kesekian
yang masuk perangkap ilmu marketing versi 02 (versi 01 adalah customer
beneran).
Anne gadis berkulit putih berumur
23 tahun, lulusan univ ternama, tinggi 167, berat 50, (buset, kapan gue
ngukurnya ya). Ukuran bra gak hapal, karena sebetulnya aku lebih terkonsentrasi
dengan yang di balik bra itu. Mojang Bandung ini kukenal dalam sebuah training
di Puncak, Bogor. Dia dari sebuah perusahaan Periklanan di seputaran Sudirman
Jakarta dan aku dari perusahaan konsultan Manajemen di sekitar Casablanca, juga
di Jakarta.
“Hai Anne, tadi kulihat kamu
ngantuk ya?” kataku ketika rehat kopi sore itu di sebuah training yang kuikuti.
“Iya nih, gue ngejar deadline 2
hari dan boss langsung nyuruh ke training ini” katanya.
“Kemari dengan siapa?” kataku
menyelidik
“Sendiri.., kenapa, elo diantar
ama bini ya?” Buset dah ketahuan nih gue udah punya bini.
“Ah, enggak, gue sama Andre..
tuh..” kataku sambil menunjuk Andre yang sedang asyik ngobrol dengan peserta
lain.
“Lo sendiri kok gak ngantuk sih?”
“Gimana bisa ngantuk sebelah gue
ada cewe cakep, hehehe..”
“Ah, masa? Siapa?” Ye, pura pura
dia, pikirku.
“Itu tuh, yang tadi ngantuk..”
“Ah, sialan lo..” sambil
tangannya mencubit lenganku. Usai sesi yang melelahkan sore itu, kami kembali
ke kamar masing masing.
Aku antar dia sampai pintu
kamarnya dan janjian ngobrol lagi sambil makan malam.
“Hmm..elo kok nggak bawa jaket
An?” kataku ketika dia kulihat agak meringkuk kedinginan di meja makan.
“Iya nih, buru buru.. kelupaan”
“Aku masih punya satu di kamar,
biar aku ambilkan”
“Oh, gak usah John.. toh cuma
sebentar..” Tapi aku keburu pergi dan mengambilkan baju hangatku untuknya.
“Thanks, John.. elo emang temen
yang baik” katanya sambil mengenakan sweater. Aku membayangkan seandainya aku
jadi sweater, heheheh.. Usai makan nampaknya dia buru buru ingin masuk ke
kamar.
Anne tidak menolak ketika aku
menawarkan mengantarkannya. Di depan pintu kamar dia malah menawarkan aku
masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dicinta ulam tiba. Aku pura pura
lihat jam. Masih jam besar 20.15.
“Lain kali aja deh, gak enak kan
ntar apa kata teman teman” kataku agak nervous tapi dalam hati aku berdoa,
mudah mudahan dia tidak basa basi.
“Cuek aja John, kita kan ada
tugas bikin outline..” Memang kebetulan aku dan Anne satu group dengan 3 orang
lainnya, tetapi tugas itu sebetulnya bisa dikerjakan besok siang. Akhirnya aku
masuk, duduk di kursi.
Anne menyetel TV lalu naik ke
ranjang dan dengan santai duduk bersila.
“Gimana An, kamu udah punya gambaran
tentang tugas besok?” kataku basa basi.
“Belum tuh, males ah ngomongin
tugas, mending ngobrol yang lain saja” Horee.. aku bersorak, pasti dia mau
curhat nih. Bener juga.
“John, gue jadi inget cowok gue
yang perhatian kayak elo..sama bini elo juga begitu ya?”
“Yah, Anne.. biasa sajalah, sama
siapa siapa juga orang marketing harus baik dong, apa lagi sama cewe kayak
elo.. hehehe..”
“Tapi gue akhirnya mengerti kalau
cowo perhatian itu gak hanya punya satu cewe, tul gak sih?”
“Tergantung dong An, buktinya gue
punya bini satu, hahaha..”
“Tapi kayaknya elo juga punya
cewe lain.. ya kan?”
“Kok tau sih?” kataku pelan.
Aku jadi ingat Vina mahasiswi
yang minta bantuanku menyelesaikan skripsinya dan akhirnya bisa tidur
dengannya. Tapi sungguh, aku tidak merusaknya karena aku mengenalnya dengan
cara baik baik dan dia tetap virgin sampai akhirnya menikah.
“Stereotip saja, berbanding lurus
dengan keramahan dan perhatiannya” katanya lagi dengan senyum yang genit.
“Kenapa emang An, elo lagi ada masalah dengan cowo lo yang ramah itu?”
“Justru itu John, gue lagi mikir
mau putus sama dia. Eh, sori kok malah curhat..”
“Santai aja An, setiap orang
punya masalah dan banyak cara menghadapinya” kataku seolah psikolog kawakan.
“Gue melihat dia jalan ama temen
gue, dan kepergok di kosan temen gue itu”
“Trus?”
“Gue gak bisa maafin dia..”
“Ya, sudah mungkin kamu masih
emosi saja, santai saja dulu masih banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dia pasti
pulang ke pangkuanmu..” kataku.
“Kadang gue pengen balas aja,
selingkuh sama yang lain, biar impas..”
“Hmm.. tapi itu kan gak
menyelesaikan?”
“Biar puas aja..” Tiba tiba dia
menangis.
Wah gawat nih, pikirku. Aku
mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaimana ceritanya aku sudah
memeluknya.
“An, jangan nangis, entar orang
orang pada dengar” Bukannya mereda, tangisnya malah makin keras. Kudekap dia
sehingga tangisnya teredam di dadaku. Jantungku berdebar tak karuan.
Telunjukku menyeka air matanya.
Kupandangi wajahnya. Bodoh amat nih cowoknya, cewe cakep begini kok disia
siakan pikirku. Dan tanpa sadar aku mencium pipinya, dia melihatku dengan mata
sayu lalu tiba tiba Anne membalas dengan kecupan di bibir. Wah, seperti
keinginan gue nih, pikirku dalam hati.
Dan seperti kehilangan kontrol
akupun membalas menghisap bibir mungil yang harum dan merekah itu. Anne
membalas tidak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulai naik.
Dengan lembut kutidurkan dia. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, dari
balik sweater aku sentuh kedua bukit kembar menantang itu. Anne mendesis desis.
“Terus John, perhatian elo bikin
gue jadi wanita..”
“Tenang sayang, wanita seperti
kamu memang pantas diperhatikan.. hmm?” Seperti minta persetujuannya, perlahan
aku angkat sweater dan tshirtnya.
Sekarang kedua bukit kembarnya
terbuka. Buset dah, putingnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagi untuk
tidak menyedotnya. Aku memang paling hobby menetek dan menghisap benda terindah
di dunia ini. Anne terus mendesis desis. Tangannya juga sudah menggenggam
senjataku yang mulai mengeras.
“Uh.. ahh.. uh..”
“Anne.. tubuhmu indah sekali..”
Kataku memuji seperti halnya memberi pujian kepada customer perusahaanku.
“Ayo, John.. jangan dilihat saja,
aku rela kamu apakah saja..”
“Iya, sayang..” kataku, sambil
tanganku merogoh bagian depan celana jinnya.
Tangannya membantu membuka
retsileting dan dengan cepat Anne sudah terlihat dengan CD warna kremnya. Hmm,
seksi sekali anak ini, pikirku. Hmm..dari balik CD-nya terlihat bulu bulu halus
dan hitam legam. Uh, aku sudah tidak sabar lagi namun dengan tenang aku mengelusnya
dari luar. Anne menggelijang, matanya terlihat saya menahan gejolak. Perlahan
kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercium aroma yang sangat kukenal, dia
pasti merawat benda yang paling dicari semua laki laki ini dengan baik.
“Anne.. boleh aku cium?” bisikku
pelan.
Anne mengangguk lemah dan
tersenyum. Perlahan Anne merenggangkan kedua kakinya. Pasrah. Dengan kedua
jariku, kubuka vaginanya dan terlihat klitorisnya yang merah merekah. Basah.
Sungguh indah dan harum. Kujulurkan lidahku di sekitar pahanya sebelum mencapai
klitorisnya. Anne mendesis desis dan mulai meracau dan terlihat seksi sekali.
“Ayo, John.. jangan buat gue
tersiksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjilat bagian pusernya membuat
dia uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain sex memang perlu teknik dan
kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa di awang awang.
“Johnn.. gila lo, ke bawah
sayang.. please..”
“Hmm.. iya nih, gue emang udah
gila melihat memek yang indah ini sayang” kataku terengah engah.
Akhirnya lidahku hinggap di labia
mayoranya. Kusibak dengan lembut rimbunan hutan yang sudah becek itu. Kuhurip
cairan yang meleleh di sela selanya. Kelentitnya kuhisap seperti menghisap
permen karet. Akibatnya pantatnya terangkat tinggi dan Anne menjerit nikmat.
Lidahku terus merojok sampai ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan
kupandangi, lalu kusedot lagi. Anne berteriak teriak nikmat. Aku jadi kuatir
kalau suaranya sampai keluar. Kupindahkan bibirku ke bibirnya.
“Tenang sayang, perang baru
dimulai..” Kataku berbisik.
Ia mengangguk dan perlahan aku
putar posisi menjadi 69. Posisi yang paling aku sukai karena dengan demikian
seluruh isi memeknya terlihat indah. Batangku juga sudah terbenam di bibirnya
yang mungil dan terasa hangat serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak meletus
duluan.
“Punya kamu enak John..” Pujinya
layaknya memuji Customer.
“Iya, sayang punya kamu lebih
enak dan baguss sekali..” kataku terengah engah.
“Uh, becek sayang..” Aku
lanjutkan menjilat seluruh permukaan memeknya dari bawah.
Uh, benar pemirsa, siapa tahan
melihat barang bagus dan cantik ini. Yang luar biasa, aku yakin dia masih
perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar seperti belum pernah
tersentuh benda tumpul lain.
“Anne.. kamu masih perawan
sayang..”
“Iya, John.. gue belum pernah..”
“Iya, kamu harus jaga sampai kamu
menikah..”
“Gue gak tahan John, cepetan
sayang..” Sungguh, meski banyak kesempatan aku belum pernah berpikir memerawani
cewek baik seperti Anne ini, kecuali istriku.
Wanita yang kutahu sedang stress
dan sedang mencari pelarian sesaat ini harus ditenangkan. Akan buruk akibatnya
ketika dia sadar bahwa keperawanannya diberikan kepada orang lain yang bukan
suaminya. Aku percaya jika sudah mencapai orgasme dia justru akan berterima
kasih dan menginginkannya lagi. Kembali kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku
jilat berulang ulang klitorisnya.
Dan sodara pemirsa, apa kataku,
pantatnya tiba tiba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kali..lalu
mengendur.
“Uuhh.. gue nyampe Johnn.. aahh..
uhh.. uhh..” Masih dalam posisi 69, Anne terdiam sesaat, kulihat kemaluannya
masih merekah merah.
Perlahan ia mulai bangkit dan
mngecup bibirku.
“Sorry sayang, gue duluan..”
“No problem Anne.. kamu merasa
mendingan?” Ia mengangguk, memelukku dan mencium bibirku.
“Terima kasih John, elo emang
hebat..”
“Iya nih, Ann, gue minta maaf
jadi telanjur begini..”
“Gak Papa kok, gue juga senang..”
Kami mengobrol sebentar namun tangannya masih menyentuh nyentuh batangku.
Ia mengambilkanku minuman dan
menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika tegukan terakhir habis, bibirku perlahan
mengulum bibirnya. Putingnya mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot menyedot
seperti bayi. Anne kembali menggelijang.
Aku bisikkan perlahan,
“Anne.. gue pengen menggendong
kamu sayang”.
“Hmm..mulai nakal ya..” katanya
dan merentangkan tangannya.
Aku peluk dan angkat dia lalu
kusenderkan ke dinding dekat meja rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya
yang montok dan mulus itu, membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi
berdiri, tubuhnya sungguh seksi. Aku perhatikan dari atas ke bawah, sungguh
proporsional tubuhnya. Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri segera
mengelus rimbunan hutan lebatnya. B
asah, hmm..dia mulai naik lagi.
Klentitnya kupilin pilin pelan dan Anne mendesis seperti ular. Making love
sambil berdiri adalah posisi favoritku selain 69. Perlahan sebelah kakinya
kuangkat ke kursi pendek meja rias dan terlihatlah belahan memeknya yang merah
merekah, indah dan seksi sekali Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha
bawahnya dengan lidahku. Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke atas
menahankan nikmat. Sungguh saat itu Anne kelihatan sangat seksi. Sebelum
lidahku mencapai kelentitnya, aku sibakkan labia mayoranya dengan kedua Ibu
jari.
Hmm.. sungguh harum.
“Cepat John.. gue udah gak
tahan.. jilat sayang.. jilat..” Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun
sebetulnya aku lebih tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras bagaikan
batu.
Aku nyaris tak bisa menahan
klimaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalinya. Benar saja,
begitu lidahku menyedot klitorisnya, Anne langsung mengejang dan berteriak
pertanda orgasme. Kusedot habis cairannya. Luar biasa, aku menikmati
ekspresinya ketika mencapai orgasme dan itu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku
berdiri dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketika muncratlah
semua. crott.. crott..! Wuahh..
“Oh John, kita keluar bersamaan
sayang..”
“Iya, enak banget An.. elo
membuat gue gila..”
“Sama.., gue berterima kasih elo
menjaga gue..”
“Gue sayang kamu An..” *****
Pemirsa, begitulah ceritanya.
Tak selamanya seks harus membobol
gawang. Setelah kejadian itu Anne makin ketagihan.
Dia sangat terkesan bisa mencapai
orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dia juga menyukai posisi 69 dan posisi
berdiri yang bisa mirip 69. Kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya
dengan mengangkat roknya aku menjelajahi area area sensitifnya secara cepat dan
efisien. Dan pada saat yang sama aku juga mencapai orgasme. Masih ada Vina dan
Dina yang ketagihan seperti Anne. Aku selalu bilang pada wanita wanita
berpendidikan itu bahwa suatu saat mereka akan menikah dan aku berjanji tidak
akan memerawaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar