>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 8 3 4 0
Top 2D : 08 13 24 30 48
Cadangan 2D : 58 63 74 80 98
TOP SHIO : Naga Anjing Ayam
COLOK BEBAS : 0 3 4
AS : 3 4 5
KOP : 7 8 9
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Kecil / Ganjil
Hampir tidak percaya bahwa hari
telah larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus sendirian. Pegal
rasanya seharian menulis tugas yang harus diserahkan besok pagi. Untunglah
akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan
masuk ke situs-situs porno.
Aku membuka gambar-gambar orang
bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasakan
fantasi lain. Aku merasakan erangan perempuan yang kesakitan karena lubang
duburnya yang sempit ditembus dengan kemaluan yang mengeras. Ah.. khayalanku
semakin jauh.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan
suara pintu ruangan membuka dan menutup. Hii.. aku lihat sudah jam 22:30,
malam-malam begini pikiranku jadi membayangkan hal-hal menakutkan. Tapi
kemudian aku dikagetkan lagi ketika melihat seorang perempuan membawa map berisi
beberapa lembar kertas dan dua buah buku tipis masuk kemudian menaruhnya di
sebelah komputer, lalu menyalakan komputer dan mengetik.Komputernya terhalang
tiga meja komputer di sebelahku. Aku jadi lega, sekarang ada teman, walaupun
dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku perhatikan dari samping, wajahnya
manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi
mulus dengan jaket jeans lengan pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.
Tapi, akh peduli amat. Aku
melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak
menegang. Dan akhirnya aku melirik pada perempuan di ruangan itu, dan langsung
aku melirik pantatnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau
kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu.
Aku jadi deg-degan, semakin
dibayangkan semakin menjadi-jadi kemaluanku menegang. Sampai akhirnya aku nekat
mendekati dia. Aku mencoba menenangkan diriku agar tampak normal. “Ma’af..
sedang mengerjakan tugas?” suaraku sedikit bergetar. Dia melirikku sebentar
lalu matanya tertuju lagi ke layar komputer, sambil menjawab, “Iya.. Mas.. aku
kelupaan menuliskan beberapa judul buku dalam daftar kepustakaan, cuma dikit
kok.” “Rumahnya deket sini?” “Iya di asrama, dan saya biasa kerja malam-malam begini,”
jawabnya. “Nah.. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar
suara mesin printer bekerja.
Dia mengambil hasilnya dan
kelihatan puas. “Bisa pulang sama-sama?” aku bertanya sambil mataku
sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah pantatnya yang kelihatan besar
membayang dibalik celana trainning kain parasitnya. Aduh, dadaku mendesir.
“Sebentar aku tutup dulu komputerku ya..” Aku bergegas pergi ke komputerku.
“Mas sedang ngerjakan apaan?” Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku.
“Ah.. ini.. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus
dari tadi.” “Eh.. gambar-gambar gituan yaa? Hi ih!” dia mengangkat bahunya,
tapi mulutnya tersenyum. “Ah.. iseng-iseng aja.. Mau ikutan liat-liat?”
tiba-tiba keberanianku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak menolak. “Tapi
bentar aja yaa.. entar keburu malam!” dia langsung duduk di kursi sebelahku.
Makin lama kami makin asyik
buka-buka gambar porno, sampai akhirnya, “Aku mau pulang deh Mas. Udah malem..
Aku bisa pulang sedirian.. deket kok.” Dia siap berdiri. Tapi dengan reflek
tanganku cepat memegang pergelangannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak
memperdulikan apa-apa lagi, kecuali mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat
tadi.
Kemaluanku sudah menegang. Tanpa
basa basi aku langsung menduduki pahanya dan langsung melumat bibirnya. “Umh..
mh..” dia berusaha meronta dan menarik kepalanya ke belakang, tapi tangan
kiriku cepat menahan belakang kepalanya, sementara tangan kananku sudah
memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya.
Gerakan perempuan itu makin lama
makin lemah, akhirnya aku berani melepaskan ciumanku, dan beralih menciumi
bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun
ke bagian belahan buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya. Matanya
mulai sayu, bibirnya terbuka merekah. “Namamu siapa?” aku tampaknya agak bisa
mengendalikan keadaan.
Dia tidak menjawab, hanya matanya
yang sayu itu memandang kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak
perduli aku mengangkat berdiri tubuhnya, lalu aku duduk di kursi, kutarik
badannya dan dia duduk di pangkuanku. “Ehh.. hh..” dia berdesah ketika kepalaku
menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket
jeans yang terbuka kancingnya.
Tanganku segera menaikkan
kaosnya, sehingga tampak bagian bawah dadanya yang masih berada di balik BH.
Kunaikkan BH-nya tanpa melepas, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya,
sementara tanganku meremas-remas pantatnya dan pahanya. “Oohh.. Mas.. Mas..
Aoohh..” aku semakin menggila mendengar desahnya.
Lalu aku ingin melaksanakan
niatku untuk menembuskan batang kemaluanku ke pantatnya. Kubalikkan badannya
sehingga dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya
dengan mudah. Dengan tidak sabar celana dalamnya pun segera kuturunkan.
Aku duduk dan kutarik badannya
sehingga pantatnya menduduki kemaluanku. “Aghh.. Uhh” aku terkejut karena
kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Tapi
nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku genggam kemaluanku dan kutempelkan ke
lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah..” dia menjerit, tubuhnya mengejang ke
belakang.
Tapi kemaluanku tidak bisa masuk.
Terlalu sempit lubangnya. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong tubuhnya
sehingga posisi badannya membungkuk pada meja komputer. Pantatnya kelihatan
jelas, bulat. Pelukanku dari belakang tubuhnya membuat dia tertindih di meja.
Kutempelkan kemaluanku pada lubang pantatnya.
Sementara tangan kiriku meremas
buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian
belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak paksa, kudorong masuk
kemaluanku. “Aih.. ah uh aoowww..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi
kenikmatan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan.. aduh aahh sakiit, tidak
deh.. ahh..”
Aku semakin bernafsu mendengar
rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., kutarik dia berdiri. Lalu aku pun
menggerakan kemaluanku maju mundur, mulutku menciumi pipinya dari samping
belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur
lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu.
Perempuan itu tidak
henti-hentinya merintih, terutama ketika kemaluanku kudorong masuk. Beberapa
tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu.
Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan
tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku
dengan sangat keras meremas buah dadanya.
Badannya ikut tertarik ke
belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya. “Ouhh.. hh..” kenikmatan
luar biasa ketika kemaluanku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat
sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemaluanku yang masih menancap di
pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya.
Perempuan itu memandang ke arah
layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air matanya masih terus
membasahi pipinya. “Ma’afkan aku.. Aku tidak kuat nahan diri,” aku mencoba
menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab. “Siapa namamu?” tanyaku dengan lembut.
Kembali dia membisu. “Aku mau pulang.. kamu tidak perlu nganter aku.. biar
orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara perlahan. “Aku
sebenarnya tau siapa kamu.. Mas,” dia berbicara tanpa menoleh ke arahku. “Ha..
aku..” aku tekejut. “Ya.. karena aku temen baru pacarmu, Yuni, aku pernah liat
foto-fotomu di tempat dia.” Kali ini dia menatapku dengan tajam. “Tapi.. aku
sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini,” selesai dia menaikkan celana
dan membetulkan BH dan T-shirtnya. “Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan
cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia setia sama kamu,”
lanjutnya. “Kamu tidak.. kasian ama dia?”
Aku terdiam, termangu, bahkan
tidak menyadari kalau dia sudah berlalu. Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis
itu Rani, memang dia teman pacarku, Yuni. Aku menyesali perbuatanku. Rani tetap
baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Seperti tidak pernah
terjadi apa-apa. Entah sampai kapan dia akan menyimpan rahasia ini. Aku
kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memandang iba pada Rani. Oh, aku
telah menghancurkan gadis yang tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar