>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 9 8 6 3
Top 2D : 09 18 26 33 49
Cadangan 2D : 59 68 76 83 99
TOP SHIO : Kelinci Tikus Babi
COLOK BEBAS : 3 6 8
AS : 1 4 5
KOP : 6 7 8
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Ganjil
Aku sudah tidak berhubungan dengan oom Edo, memang setelah
ngentot dengan si oom, beberapa kali si oom mengajakku untuk nginep di
apartmentnya, sendiri tanpa teman, sehingga aku lemes banget melayani napsu si
oom yang kayanya gak pernah puas, tapi rasanya nikmat sekali ketika ****** yang
besar, panjang dan sangat keras itu akhirnya mengecretkan pejunya di memekku
dengan semburan yang keras dan banyak.
Mana si oom, gak puas cuma seronde lagi, sehingga aku harus
melayani napsunya sendirian beberapa ronde. Kata Winda, dia juga pernah diajak
si oom ke apartmentnya sendirian. Sama seperti aku, Winda pun lemes banget
dientot si oom beberapa ronde. Cowokku ketika tau aku dientot si oom, marah dan
memutuskan hubungannya dengan aku, jadilah aku kesepian. Makanya ketaku melihat
tetangga baruku yang macho itu, napsuku tanpa sadar bangkit lagi.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras.
Dia mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat
seburat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum, dan menyapaku : “Tinggal
disebelah ya, kok sendirian, rajin banget olahraga, pantes badannya kenceng dan
montok”. Memang aku juga memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang ketat
sehingga bodiku tercetak dengan jelas. Matanya jelalatan memandangi bodiku dari
atas sampe ke bawah. “Bapak suka kan sama yang montok”, jawabku menggodanya.
“Suka banget, kamu tinggak disebelah sendirian ya, sama dong dengan saya, saya
Dio”, katanya memperkenalkan diri. “Saya Ines, pak”, jawabku. Dia meremas
tanganku ketaku berjabat tangan. “Kok sendirian pak”, tanyaku lagi. “Jangan
panggil pak, oom saja. Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya”, jawabnya lagi.
“Mampir yuk ke rumah saya, bisa ngopi. Disini kan banyak
nyamuk”, ajaknya. Bagai tersihir, aku ikut saja ketaku dia menggandeng tanganku
masuk kerumahnya. Dia membuat kopi 2 cangkir dan satu diberakunnya ke aku. “Mau
pake susu?” tanyanya. “Gak usah oom, kan udah ada creamernya”, jawabku. “Iya
ya, sudah punya kok ya, besar – kenceng lagi”, godanya. Aku hanya tersipu
mendengar guyonannya yang mulai mengarah. Kami ngobrol ngalor ngidul, dia
mengarahkan pembicaraan kearah ngentot. Aku bercerita terus terang tentang
pengalamanku dalam soal itu. “Boleh dong, kamu nemenin saya kalo malem,
daripada masing2 sendirian di rumah”, tawaran yang merangsang napsuku kembali.
Aku terdiam. “Kok diem, diem itu artinya mau lo”, godanya terus. Karena sudah
terang, aku pamit kembali ke rumah untuk mengerjakan pembersihan rumah. “Nanti
malem ya”, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum. “Boleh gak tau no HP
nya”, tanyanya lagi. “Supaya gampang kalo mau janjian”. Aku memberikan no HP ku
dan kembali kerumahku.
Hari itu berjalan sangat lambat rasanya, aku sudah gak sabar
menanti datangnya malam, aku mau tau apakah dia akan mengundangku ke rumahnya
atau tidak. Aku membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadapku, kalo nanti
malam aku kerumahnya. Itu membuat napsuku berkobar2 dengan sendirinya. Hal itu
membuat aku tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan tugas yang diberikan kepadaku
oleh yang bekerja di rumah itu. Akhirnya saatnya tiba, malam sudah agak larut
ketaku HP ku berdering, ada sms dari dia yang mengajak aku ke rumahnya. SMS
kubales bahwa aku beberes dulu sebelum ke rumahnya. Aku hanya mengenakan daster
yang tipis kerumahnya, dia sudah membuka pintu pager dan menungguku dikegelapan
karena lampu depan rumahnya sengaja tidak dinyalakannya.
“Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu pager. Aku
digandengnya masuk kerumahnya. Dia cuma mengenakan baju mandi. Makan malem yang
dibelinya direstoran sudah disiapkan di meja makan. Aku diajak makan sambil
ngobrol. Selesai makan aku mencuci peralatan makan, sedangkan dia menungguku
disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk
pundakku. Karena dasterku tipis, maka bra dan CDku berbayang. Dia mulai
merayuku “Kamu seksi sekali Nes, toket kamu besar, pantat kamu juga padet.
Apalagi bulu tangan kamu panjang2, pasti jembut kamu juga lebat kan”, katanya
sambil mengelus tanganku. Tangan lainnya mulai mengelus2 pundakku. “Emangnya
kalo jembutnya lebat kenapa oom”, tanyaku pura2 gak ngerti. “Cewek yang
jembutnya lebat, napsunya besar, kalo dientot gak puas kalo cuma seronde, mesti
berkali2 baru puas, iya kan”, jawabnya.
Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya.
Dasterku yang tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak
mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tau. “Nes kakimu mulus sekali ya”,
katanya. “Ah.. Oom bisa aja,” balasku sekenanya. Kurasakan tangannya mengelus
dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin
berkobar. “Nes, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem
tanpa emosi. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal
paha dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju
mandinya dia tidak
mengenakan CD sehingga kontolnyanya yang membesar dan tegak,
keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat ******
besar dan panjang yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di
sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan
mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya
yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari
lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya
dengan penuh napsu. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel
di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas
toketku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh
tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh
ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya
sudah menyelusup ke balik daster dan braku, remasan jarinya
sangat ahli, kadang pentilku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar
biasa.Nafasku makin memburu ketaku dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia
tersenyum dibelainya wajahku. “Nes kamu cantik” dia memujaku. “Bagaimana Nes?
kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak menjawab.Tanpa
menunggu lagi tangannya sudah melucuti daster dan bra ku, aku tinggal
mengenakan CD, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena
keringat, kontolnya panjang dan besar berdiri tegak.
Diangkatnya pantatku dilepaskannya CDku yang telah basah
sejak tadi. “Wow, lebat banget jembutmu, basah lagi, kamu pasti sudah napsu
banget ya Nes”, katanya tersenyum. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku
lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab,
itilku terasa sudah membesar dan memerah, memekku telah terbanjiri oleh lendir
yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk.
Dia membungkuk, menyingkirkan jembutku dan mulai menjilat
bagian kiri dan kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya
menggeser makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai
merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas itilku
yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang
pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan
sedotan kecil di itilku, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah.
Kenikmatan yang kudapat luar biasa, gerakanku makin tak terkendali, “Oom…
aduh.. Oom… Ines mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap
untuk nyampe, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memekku.
Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku. ” Gantian ya Nes..
aku ingin kamu ngisep kontolku.” Kutangkap
kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Dia
sudah terlentang disofa dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya.
Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru.
Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku dari pangkal
sampai ke kepalanya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Nes…” dia
berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan
pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak tahan
menahan napsuku. Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah setengah jongkok di
atas tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku. “Oom, Ines masukin ya, Ines
pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir
memekku, kusapu-sapukan sebentar di itilku dan kepala kontolnya kumasukan ke
memekku, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih
memegangi kontolnya, ujung kontolnya masih menancap dalam memekku. Kurasakan
kedutan-kedutan kecil dalam memekku.Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu
ujung kontolnya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan itilku.
Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin
dalam, separuh kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya
naik-turun, kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas
kembali berulang-ulang. “Oh.. Nes kau hebat, jepitanmu nikmat sekali”, dia mendesis-desis,
toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih. Dia mengocokkan
kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya
kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga
kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa nikmatnya. Dari posisi duduk,
kurubuhkan badanku di atas badannya, toketku menempel didadanya, perutku
merekat pada perutnya. Kudekap dia erat-erat. Tangan kirinya mendekap
punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap pantatku.. Aku makin
kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang
kurasakan ****** besarnya meyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin
keras dan akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras
sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan
hangat, menyemprot dinding rahimku. Beberapa menit aku terdiam di atasnya, dan
kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih berkedut dan makin
lemah. Disentuh bibirku dengan bibirnya. Aku tidak menyia-nyiakannya. Dengan
cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk dinikmati dan kami saling
berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia juga membalas tangkas sampai aku hampir
kehabisan nafas. “Oom, nikmat banget deh ****** oom, besar, panjang, keras
lagi, memek Ines sampe sesek rasanya”, kataku setelah dia menyudahi ciumannya.
“Aku belum ngecret Nes”, jawabnya. Kemudian dia meremas2
toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan kurasakan pentilku mulai mengeras
lagi. “Oom, enjot lagi dong”. Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang
diatas. Perlahan dia menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai
kegelian dan nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia
mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian kalau aku
menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi,
justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha
untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia semakin kuat
memegangnya. Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh
pantatku, licin dan geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya
mengocek memekku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin
meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi, kakiku
mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk bergerak sehingga aku bisa
mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga.
Memekku berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis
didalamnya aku kegelian hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam
tubuhku, Aku mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan
ini, “Terus.oom…Ines mau nyampe lagi” ucapku, gerakanku semakin kencang dan
toketku bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Pinggulku
terangkat saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek sekali,nafasku
tersengal-sengal, badanku terasa lemas. Belum lagi reda rasa nikmatku dia
manarik kontolnya keluar dari memekku. Melihat kontolnya yang besar itu membuat
napsuku bangkit kembali lalu dengan reflek kugenggam dan dengan lincah
kumasukkan kepalanya kedalam mulutku, kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat
dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya
cepat ngecret. Mulutku mulai payah tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar.
Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari mulutku
dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun
kontolnya yang gede menuju memmekku.
Didorongnya perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan
bleeesssss, digenjotnya kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali
menghunjam semuanya kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan
sehingga kontolnya merasa kupijit pijit. Dia mengenjotkan kontolnya keluar
masuk dengan keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil
mengerang. “Nes, .. aku mau ngecret”. “Keluarin aja oom didalem” pintaku agar
kenikmatan yang kurasakan bertambah dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku,
kurasakan ada semburan hangat dimemekku. Dia memelukku erat demikian pula aku.
Dia tersenyum puas. “Nes, . Tak pernah aku merasakan memek kecil seperti
punyamu ini, enak banget memijit kontolku sampai nggak karuan rasanya, aku puas
Nes”. Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke
kamarnya. “Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya dari
memekku. Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng menjadi besar
banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang aku tergolek
diranjangnya.
Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali
dia mengulum bibirku kuat- kuat.
Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian,
kontolnya mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa
ngaceng lagi. Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan melenguh.
Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan mulutku dia semakin tidak
karuan juga geraknya. Semakin cepat dan semakin cepat. Kuhisap semakin kuat dan
kuat, dia pun semakin keras erangannya. Dia mulai mengelus memekku sehingga
mulai basah kembali. Mulutku masih penuh kontolnya dengan gerakan keluar masuk.
Sesekali diremasnya toketku saat dia merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku
dan kukocok kontolnya naik turun. Kuhisap lagi berulang-ulang. Aku terus
berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan
mengucek memekku dalam dalam. “ahh…oom, geli”, kataku sambil melepaskan
kontolnya dari mulutku. Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi.
Dimainkan pentilku, aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku
geli dan membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin
liar di dalam memekku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku makin
keras.
Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, sedangkan
toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum pentilnya, ah nikmat
sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah sekitar dada dan leherku,
“Oom, Ines udah nggak tahan nih”, erangku pengen segera dientot. “Nes, sekal
sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka kan,…?”
aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia
menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya masuk kememekku. “Oom,
besar sekali”, aku menyukainya, kontolnya yang besar dapat membuatku terlena,
“ah enak banget oom”. Dia terus menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha
menandingi gerakannya, tetapi aku merasa kewalahan. Satu tangannya meremas
toketku, membuat nafsuku terus memuncak hingga ke ubun-ubun. “Enak oom terus
oom” kurasakan aku hampir nyampe, aku tidak bisa menahan lagi, pantatku makin
naik, “oom…aku nggak tahan ahhhh” aku mendesis seiring dengan gerakanku yang
melemah, aku lemas sekali rasanya tulangku hampir lepas, akan tetapi segalanya
bercampur rasa nikmat.
“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah
dadaku turun naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi
pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar
membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas kedua
toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak
teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih
lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami
terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami
menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui
aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya
menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat
dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai
akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.
Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia
mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di
bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, kenikmatan
ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku.
Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua pahaku
kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku
sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya
melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat,
tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu
dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh..
ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu
sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali nyampe. Memekku
terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera ngecret, dia
terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang nyampe.
Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia
menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di antara
kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku
istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang
karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret
Nes” desahnya dengan mempercepat enjotannya. Enjotannya makin cepat sampai
akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku. “Oom
enak benget deh”, kataku lemes. “Iya Nes, aku juga nikmat banget ngecret
dimemek kamu”, jawabnya. “Kamu tidur disini aja ya Nes, besok kita main lagi,
aku pengen ngecret di memek kamu lagi”. “Iya oom, besok kan minggu, jadi Ines
bisa ngentot sama oom terus”, jawabku. Dia mencabut kontolnya dan terkapar
disebelahku. Tak lama kemudian aku tertidur kecapaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar