>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 5 7 4 0
Top 2D : 05 17 24 30 45
Cadangan 2D : 55 67 74 80 95
TOP SHIO : Kerbau Kelinci Monyet
COLOK BEBAS : 0 4 5
AS : 1 4 5
KOP : 7 8 9
KEPALA : Kecil / Genap
EKOR : kecil / Ganjil
Aku diperkenalkan kepada seluruh
keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada
satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang
bernama Ima (sebut saja begitu). Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa
bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah
dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan
160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut
indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng
tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja,
seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani
pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa
sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan
pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak
tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi
pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk
ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri
beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang
enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang
cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon
rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak
rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private.
Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku
mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk,
sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki supir yang
dapat dikaryakan untuk sementara. Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di
lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku
tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara
TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima
tidak ikut berbelanja. Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan
model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya
yang putih mulus. “Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi
parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan, “Tauk nih..lagi males aja
gue..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin
dimeja makan, “Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya, “Lagi keluar negeri,
biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat
menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju
tingkat atas (mungkin ke kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton,
tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas; “Di..Adi..”, “Yaa..”
sahutku, “Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan
mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup
orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini
yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk,
dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima. “Ada apa
neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa
bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan. “Rese
luh..sini temenin gue ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat apaan?”, “Apa!
ajalah, yang penting gue ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam
lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya.
Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak
menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan
ditinggal. “Kebayangkan gue kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang
ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya
diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang
diinginkannya saat ini. “Kan gue sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil
membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima
makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi,
Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya “Mau..?”, aku
diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan
sesuatu yang bergolak. “Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya
(pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?”
tanyaku, “Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa
berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.
Sedetik kemudian tangan kirinya
telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku
dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah
mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku. Tanpa pikir panjang
lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya
yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang
mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus
membelai-belai dipinggang kanannya.”Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan
mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French
kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very
hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu,
aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju
belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi
dan kujilati lehernya, “hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya
sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher
jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala
Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di
lehernya.
Tangan kiriku yang awalnya hanya
membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat
dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup
kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah
dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ima
memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal
membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah
dada kanannya. “Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil
kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu
merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. “Kamu suka yaa..”
sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. “Terusin dong..” pintanya manja
sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..”
ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya,
dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Ima yang tadinya
berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih
terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama
sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya.
Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang menikmati
foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan
meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya. Ima mulai
menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku
mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan
basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ima pasrah
merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan
pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang
jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya
diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya
meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan
kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang.
Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia
mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja
menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan
lembut dan penuh perasaan.
Sementara Ima memejamkan matanya
dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan
berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk
membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah. Berkali-kali kugesek-gesek
dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari
tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih.
Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil
menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan
“Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..”
rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan
ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah.
Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk
duduk dengan posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan
dengkulku menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan
kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh
telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan,
dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran
36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi
yang bergejolak.
Sambil tangan kiriku bertopang
pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku
mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.
“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi..
auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya
meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah dan merintih-rintih
hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan
kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya. Ima sangat
menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak
sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu..
hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir
rupanya Ima menguping “malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam
itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak
menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang
sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong..
aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin
berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.
Setelah aku bermain dikedua buah
dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati
seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan
halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati
pinggangnya, “Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua
pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya “Aahh.. ayo dong
sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Ima
memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan
kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya. “Sayang.. kamu mau ngapain?”
tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan
mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan
sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah
polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan
kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.
Bibir vaginanya sangat bersih dan
berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus
(mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang
anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.
“Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi.. suka ya..?”
tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati
seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ima mengejang-ngejang
“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau
begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati
labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-desah,
dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku
meremas-remas kedua buah dadanya “Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..”
gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan
menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut
vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali
tanpa ampun “Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku
kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya,
sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan
kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan
jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.
Setelah masuk seluruhnya, jari
tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga
Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh
daerah G-spotnya, Ima meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot
miliknya. Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya.
Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya
naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan
mendesah “Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada
kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan
dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya
berkedut-kedut dan menghisap “Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh..
henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima
berteriak-teriak mencapai klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari
dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali “serrtt.. serrtt.. serrtt..”
kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang
vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat
disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan
kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian
tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat “Aahh.. adhii..
eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel
dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah
dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas
sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil
kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada
kanannya, “Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan
desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Ima
mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku “Sekarang gantian aku, kamu sekarang
berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya, “Oke honey, jangan kaget ya..”
sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas
wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan
retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,
“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku
sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak
dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal, “Aww.. gila..
muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam
telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung
sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus “Sshh..
aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. “Abis
dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil
membelai kepalanya.
Kemudian Ima mulai membuka bibir
mungilnya dan mencoba mengulum penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk
seperempat kemulutnya kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian
bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan
kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang
penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya,
lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara
perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga
mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam
mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya
kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil
terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus .. sayang..
uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan
goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun,
nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju
mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang
kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”. Setelah itu
dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus
punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya,
kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai
terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan
menghisap penisku, “Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin
mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan
lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku,
dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang
berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku
merintih tak karuan. “Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..”
Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit gue
oral kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut gue.” katanya sambil berdiri dan
melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat
panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160
cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.
Kedua tanganku meremas-remas
kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus
kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman.
Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh
kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan. Nafas kami saling memburu
deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan
kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah
dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan
mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku
saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling
memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil
kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku
terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima menggoyang-goyangkan
pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku,
“Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima
mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan
mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting
susunya yang sudah mengeras “Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas
bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat
vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan
kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya
“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal..
banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya
yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab,
“Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir
mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk
menyerang.
Aku melepas jilatan dan hisapanku
di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat
Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang
memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down “Mmhh..
adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong..
aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya “Okhe..
honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak.
Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh.. adi..
oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak
kempot kedalam menahan hunjaman penisku. “Slepp..” baru kepala penisku yang
masuk, Ima berteriak “Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil
mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo
adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot
dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks “Ahh.. Ima.. enak
banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap
kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali berteriak “Aadii..
aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai
klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk. Aku geregetan, sudah dua
kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ima sedang
menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam
liang vaginanya “Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang
berirama “Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak
..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan
nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.
Aku terus menaik turunkan penisku
dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ima makin melenguh,
mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan
garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan
sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku. Suara rintihan dan
desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas
kami semakin! memburu, dan akhirnya “Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai..
lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan
ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan
diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku. Setelah kami
beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan
memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya,
gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan
kami berdua, “Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan
binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan
jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya
kembali menggema keseluruh ruangan kamar, “Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..”
sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak
khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat
dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima
mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya
cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya
berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan “Oohh..
adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali
melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat, sementara penisku
masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah
oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan
menghisap-hisap penisku.
Kami terdiam sesaat, kemudian
“Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah
kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan
kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku, “Boleh, tapi
jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum.
Sambil mencubit pinggangku Ima melepas pelukannya, melepas penisku yang
bersarang di liang vaginanya “Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati
sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk
kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja
samping sofa. Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan
menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima berjalan
menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya
dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat. Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti
dia, kulihat Ima sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk
“Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum
menggoda.
Tanpa basa-basi kuhampiri Ima,
kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara
kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran
nggak sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”. Sambil
tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya,
dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan
indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya.
“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari
tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan
kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab
serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya.
Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku
bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti
mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan,
sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan
kirinya membelai-belai tangan kiriku. “Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak
sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak
kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya,
kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan
sedikit kebawah. Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari
belakang “Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan
seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..”
teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku
mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada
kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal “Aahh.. adhii.. aahh.. harder..
aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin
beringas “Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa
lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap
kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan
rintihannya “Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh..” “Aahh.. akhuu.. aahh.. sham..
phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus
menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang
sama, “Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..” “Seerrt..seerrt..seerrt..”
kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya,
berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam
vaginanya yang sudah sangat becek.
Kurasakan penisku seperti
disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi
terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku
melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma
hangatku ke dalam vaginanya yang hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah
sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat. Tubuh Ima mengigil
menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur
meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan
Ima menikmati sensasi kenikmatan klimaksnya. “Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa
ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya
sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum
“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Ima
memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima agak
menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali
ketempat tidur. Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku
berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..”
tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam
bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener
bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu
puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata
aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku
memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu. “Sleepp..”
“Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil
terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem melek, mengernyitkan dahinya,
dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat
sangat didinding-dinding vaginanya yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..”
gerangnya.
Aku mulai memaju mundurkan
gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan
makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki
indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang
menyangga tubuhku, Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh
“Aahh…. oohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa
suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah,
mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?”
tanyaku “He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..”
lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya
“Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan,
matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku,
kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa
dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan
memutar-mutar pinggul Ima yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang
penisku, nikmat sekali.
Kulepas pelukanku untuk kemudian
aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua
kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali
kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin
menghisap-hisap “Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima
meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan,
teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti.
Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan
tubuhku yang makin beringas. Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk
bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku
serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat
membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa
kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ima
tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan
klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin
nikmat dan membawa kami melayang jauh. “Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn..
nnakhh..” desahan dan rintihan Ima menikmati gesekan-gesekan batang penis dan
rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu
pompaanku, nafas kami saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada
desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk
kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya
yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil aku
merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai menjepit pinggangku
lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan
desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman
Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..” “Oohh.. Imaa..
enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..”
ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin
berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling
melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur
pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima. “Oohh..
dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak
khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin
menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan
menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya “Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..”
sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii..
noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi
jeritan Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan, “Srreett.. crreett..
srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan
kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami
berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku
sedalam-dalamnya ke dalam liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku
dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin
dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.
Nikmat yang kami reguk sangatlah
dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih
saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap
habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih
berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur
saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.
Sesaat rebah berdiam diri
bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil
terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati
permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat
bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan
kiriku membelai rambut dan pundaknya. “Adi.. kamu hebat banget, gue sampai puas
banget sore ini, klimaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah gue alamin
sebelumnya, hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya
sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali
seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua
lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman
dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang
membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi
ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan menuju
lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku
serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih
saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku “Adi..kalo
gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang..” “Pasti !” jawabku,
lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya)
tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima
iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan
pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti
menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar