>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 3 0 2 5
Top 2D : 03 12 25 30 42
Cadangan 2D : 52 65 73 80 95
TOP SHIO : Kuda Monyet Naga
COLOK BEBAS : 2 3 5
AS : 1 4 6
KOP : 7 8 9
KEPALA : Kecil / Genap
EKOR : Besar / Ganjil
Sebagai ibu rumah tangga aku
mengerjakan pekerjaan rumah dengan tulus, demi pengabdianku pada suami dan
wujud kasih sayang pada anak-anakku. Tetapi namanya juga wanita, walau
bagaimanapun juga butuh perhatian dan dimanjakan oleh suami. Berhubung suamiku
sibuk, kebutuhan itu jarang kudapatkan, bahkan bisa dikatakan langka, walaupun
dalam hal urusan ranjang tak ada masalah. Bang Iwan tergolong perkasa di
ranjang dan memang dialah lelaki pertama yang menikmati tubuhku sejak pacaran
hingga menikah saat ini.
Kami melakukan hubungan suami
istri paling tidak 2-3 kali seminggu dan biasanya Bang Iwan tahan sampai 1 jam
setiap rondenya. Jika sedang tergesa-gesa paling cepat 30 menit ia bertahan,
sementara aku termasuk wanita yang mudah sekali orgasme. Percaya atau tidak,
dulu waktu masih pengantin baru Bang Iwan sampai heran kok aku orgasme
berulang-ulang kali dan suatu saat dia manghitung orgasme ku ketika kami berdua
bersetubuh hingga 1 jam dan hasilnya memang membuat kami terkejut, karena dalam
satu jam aku bisa sampai 30-40 kali orgasme.
Hal itu tak pernah kusadari
sebelumnya dan sebenarnya aku bukanlah maniak seks, tapi hanya gampang orgasme
saja dan tak lebih dari itu. Namun yang kubutuhkan lebih dari pada aktivitas
ranjang. Walau sekedar tatapan mesra, aku ingin sekali merasakannya. Atau
pujian pada masakan dan penampilanku. Seiring dengan berjalannya waktu, hal itu
makin jarang kudapatkan.
Meskipun kadang aku merasa
tersiksa dengan keadaan itu, tapi tetap kujalani juga dengan hati ikhlas. Semua
pekerjaan rumah biasanya sudah selesai jam 10 pagi dan setelah itu biasanya aku
pergi ke tetangga untuk hanya ngerumpi. Kadang-kadang jalan bareng dengan teman-
temanku ke mall untuk membeli kebutuhan sehari- hari ataupun untuk beli untuk
baju dan kebutuhan pribadiku yang lain. Karena seringnya ditinggal suami dan
kebanyakan ngerumpi dengan teman-temanku di mall atau di cafe jadi banyak tahu
tentang pengalaman mereka yang juga bernasib sama sepertiku, yaitu kesepian di
rumah. Bahkan ada yang lebih parah dari aku.
Dari situlah mereka terkadang
berkenalan dengan pria-pria baik yang masih muda dan single maupun yang sudah
sama-sama berkeluarga dan mapan. Aku tak begitu tertarik pada awalnya dengan
cerita mereka, tapi karena selalu tergoda dengan sensasi selingkuh yang mereka
ceritakan, aku jadi seperti penasaran. Iseng-iseng aku minta nomer HP seorang
pria yang juga sudah berkeluarga dan mapan yang kata teman- temanku berprofesi
sebagai kontraktor. Menurut temanku, sebut saja namanya Rani, yang memberiku
nomor HP Indra (nama samaran), si kontraktor itu, Indra orangnya gagah, tinggi
besar dan juga agak lebih tampan dari suamiku.
Bagiku masalah ketampanan tak
terlalu kuhiraukan. Yang bikin aku penasaran adalah “burungnya” yang kata Rani
selalu bikin dia hampir mati lemas. Tanpa kusadari, aku memulai petualanganku
dengan Indra. Dari hari ke hari sampai hampir satu bulan lamanya aku dan Indra
saling berkirim SMS dan menelepon saat Bang Iwan sedang ngantor atau dinas ke
luar kota. Suatu hari Bang Iwan pulang ke rumah dengan membawa kabar kalau dia
akan pergi keluar kota selama 3 hari. Aku agak sedikit senang karena aku akan
ketemuan dengan Indra untuk pertama kalinya. Memang selama kami saling kontak
melalui HP sudah seperti orang pacaran karena begitu mesra. Bahkan
kadang-kadang nyerempet ke masalah ranjang.
Dari hubungan melalui HP tersebut
aku menyimpulkan kalau Indra seorang yang humoris. Seperti malam-malam biasanya
bila suami ingin berangkat ke luar kota akupun sudah memakai baju seksiku di
kamar untuk melayani suamiku. Hanya saja, saat Bang Iwan menyetubuhiku aku
malah membayangkan sedang disetubuhi oleh Indra. Jam sepuluh pagi ketika
pekerjaan rumahku sudah beres aku berangkat ke depan kompleks perumahan dengan
becak. Di sana sudah terparkir mobil Indra yang berwarna hitam seperti yang ia
sebutkan dalam SMS-nya saat janjian untuk ketemuan denganku. Dengan hati
berdebar-debar aku langsung membuka pintu belakang mobil. Di jok belakang
kulihat Indra tersenyum menyambutku, sementara sopirnya duduk di belakang
kemudi. Aku agak canggung ketika pertama kali bertemu dan tampaknya Indra juga
begitu.
Dari pandangan pertama aku nilai
Indra lumayan ganteng. Ia pun pandai mencairkan suasana yang canggung jadi
seperti sudah kenal lama. Di mobil aku sempat gelagapan saat Indra tanya kenapa
aku tak mau dijemput di depan rumahku, karena dia pengen tahu di mana rumahku.
Kubilang saja kalau aku tak mau tetangga curiga aku dijemput laki-laki tak
dikenal yang datang ke rumah ketika suamiku pergi. Mobil yang kami tumpangi
berhenti di sebuah restoran. Memang tujuan kami ketemuan untuk pertama kalinya
itu adalah makan siang berdua. Sambil makan kami ngobrol macam- macam. Indra
sering melemparkan joke-joke segar dengan gaya jenaka, walaupun kadang
bicaranya nyerempet-nyerempet masalah ranjang, sehingga membuat perutku sakit
karena tertawa terus.
Hal itu membuatku makin tertarik
padanya dan tak kuasa menolak saat Indra mengajakku check in hotel di sekitaran
Jakarta Barat. Jangan tanya apa aku gugup atau apa, karena selama selesai dari
makan siang hingga masuk kamar jantung berdetak dengan kencang seperti pertama
kali aku ingin melakukan hubungan intim dengan suamiku ketika pacaran dulu.
Begitu masuk kamar, aku langsung ke toilet untuk buang air kecil. Di situ
pikiranku kacau, apakah harus kulanjutkan atau tidak.
Meskipun belum ngapa-ngapain,
tapi aku sudah dihantui rasa bersalah pada Bang Iwan. Rupanya rasa bersalah itu
kalah oleh rasa kesepianku yang tiba- tiba terobati dengan adanya Indra. Aku
bahkan mempersiap diri dengan memanfaatkan sabun khusus kewanitaan untuk
mengharumkan sekaligus mengencangkan organ kewanitaan yang ada di wastafel.
Ketika keluar dari toilet, Indra ganti yang masuk. Kurebahkan tubuhku di
ranjang dengan pikiran yang terus berkecamuk. Aku sedikit terhenyak saat
melihatnya keluar dengan hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah
tubuhnya. Pakaian yang tadi dikenakannya ditenteng dan diletakkan di atas sofa
hotel yang di atasnya ada jam besar. Kulihat sudah menunjukkan jam 1 siang.
Jantungku berdetak makin kencang
saat Indra rebah di sebelahku dan langsung mengecupi leherku dengan lembut,
seakan memancingku untuk relaks dan juga menikmati.
“Jangan di cupang yah… Takut
nanti suamiku tau”, kataku.
“Iya, sayang…”, jawabnya halus
dan agak berbisik mesra.
Tak hanya gampang orgasme, aku
juga gampang terangsang. Ketika Indra mencumbuiku, aku membalasnya dengan
memagut bibirnya yang agak tebal dan terlihat seksi di mataku. Aku pun kemudian
merasakan sensasi berciuman yang beda dengan Bang Iwan. Indra begitu pandai
memainkan bibirnya dan lidahnya dalam rongga mulutku yang tak henti-hentinya
mendesah akibat terbakar bara birahi. Dengan cekatan tangan Indra membuka
satu-persatu kancing blouse yang kupakai hingga terlepas semua sambil terus
melumat bibirku. Kubantu dia melepas kait bra-ku hingga aku telanjang dada.
“Susumu bagus banget, lebih gede
dari istriku”, dengusnya.
“Jangan gitu, dia kan istrimu..”,
kataku sambil menggelinjang dalam kenikmatan.
Indra tidak menjawab. Mulutnya
beralih ke payudaraku dan menghisap- hisapnya dengan penuh gairah. Jelas saja
hal itu makin membuatku terbuai dalam sebuah sensasi rangsangan yang meletup-
letup. Sensasi selingkuh yang sudah sangat kunanti- nanti dan makin merasuk
jauh dalam diriku, hingga aku tak sadar sudah telanjang bulat. Tahu-tahu Indra
sudah berada di selangkanganku dan lidahnya terasa mencabik- cabik lembut miss
V-ku. Dalam waktu singkat aku orgasme dibuatnya, tapi Indra terus saja
menjilati miss V-ku, hingga aku orgasme lagi. Apalagi ketika jari-jari Indra
mengocoki liang kemaluanku, aku malah lebih cepat orgasme lagi.
“Kok kamu gampang banget dapetnya
(orgasme)?”, tanya Indra.
“Aku emang gampang dapet… Gak tau
kok aku gampang banget dapetnya”, kujawab dengan nafas terengah-engah.
Sesaat kemudian Indra membuka
handuk penutup bagian bawah tubuhnya, lalu telentang di ranjang. Itulah untuk
pertama kalinya aku melihat penis yang bukan penis suamiku. Penis indra memang
agak lebih panjang dan besar dari suamiku. Persis seperti yang diceritakan Rani
padaku. Bahkan Rani bilang kalau dia sampai kelenger merasakannya. Melihat
batang yang begitu keras, besar dan panjang membuatku makin mabuk kepayang.
Kulumat penis Indra dalam mulutku. Dengan kehalusan liukan lidahku di sepanjang
batangnya membuat Indra menggeliat tak tahan.
“Udah-udah…aku bisa keluar
nanti”, katanya disertai erangan lirih.
Sebetulnya aku masih ingin lebih
lama melakukan oral padanya, seperti yang kulakukan pada Bang Iwan, di mana
mulutku sampai pegal sementara ia tenang- tenang saja, tapi dengan Indra malah
ia ingin aku menyudahi. Aku pun beringsut duduk di atas selangkangannya dan
langsung mengarahkan penisnya untuk kumasukkan ke dalam miss V-ku yang sudah
sangat basah. Rasanya memang berasa lebih sesak dan dalam sekali masuknya, tak
seperti biasanya dengan penis suamiku. Aku memang menyukai posisi di atas
karena dapat mengatur kenikmatan diriku sepuas- puasnya hingga aku kelelahan.
Ketika penisnya sudah masuk semua
aku meluruskan pahaku agar vaginaku dapat mencengkram dengan lebih rapat. Bang
Iwan sangat menyukai saat aku melakukan itu. Setelah terasa rapat, aku mulai
bergoyang. Memang apa yang dikatakan Rani bukanlah bualannya saja, karena penis
Indra kurasakan lebih nikmat dan mengasyikkan. Bahkan aku hanya bergerak
sebentar saja sudah orgasme. Kugerakkan lagi beberapa genjotan hingga sesaat
kemudian aku orgasme lagi. Jangan tanya reaksi Indra karena dia seperti orang
kesurupan. Kedua tangannya memegangi dan meremas-remas pantatku, mengikuti
setiap goyanganku. Aku terus bergoyang sampai berdesir lagi merasakan orgasme
dan goyang lagi sampai dapat lagi. Perut dan paha Indra sampai basah hingga
sprei ranjang hotel pun ikut basah. Sensasi nikmat yang luar biasa itu
membuatku terus goyang-goyang hingga orgasme entah yang ke berapa kali, sampai
tangan Indra menepuki pantatku.
“Yang, udah yang … Ganti posisi
yuk?”, ajaknya sambil sedikit menyeringai, entah karena keenakan atau menahan
ejakulasi.
Aku yang memang sudah kelelahan
beranjak dari atas tubuh Indra yang basah kuyup, lalu berbaring telentang di
ranjang. Indra berlutut dan menyusupkan pahanya di selangkanganku. Saat aku
mengangkang Indra menghunjamkan lagi penisnya ke miss V-ku dan mulai melakukan
gerakan memompa yang membuat payudaraku berguncang- guncang. Seperti halnya
yang dilakukan suamiku, Indra langsung menyergap kedua payudaraku dengan
mulutnya sambil terus bergoyang. Sesaat kemudian Indra memintaku untuk
merapatkan kedua payudaraku hingga kedua putingku saling menempel. Saat itulah
Indra kembali melahap kedua putingku sekaligus sambil terus memompa batangnya.
Nikmat ganda yang kurasakan membuatku cepat orgasme dan berulang- ulang.
“Say … Aku mau keluar nih …
keluarin di mana?”, tanyanya dengan nafas memburu.
“di dalem aja … Gak papa kok”,
kataku dengan nafas tak kalah ngos-ngosan Indra semakin menggempur miss V-ku
dengan cepat yang tentunya membuatku orgasme lagi dan lagi.Baca Cerita Di Sini
Sesaat kemudian terasa miss V-ku
dihujam sangat dalam dengan penisnya yang diikuti dengan denyutan dan semburan
cairan hangat yang keras dari penisnya di ujung miss V-ku.
“Kamu nikmat banget, say. Bahkan
lebih nikmat dari istriku sendiri. Kamu ganas …” kata Indra.
“Hus… Istri sendiri jangan
dijelek-jelekin”, kataku sambil tersenyum.
“Abis … kamu emang enak banget.
Mana ganas pula…” katanya.
Ronde pertama berakhir sudah.
Kulihat jam dinding menunjukan waktu 1.30, berarti aku dan Indra sudah setengah
jam bergumul. Sebenarnya Indra tak setangguh suamiku, tapi karena penisnya yang
besar itu ternyata mampu membuatku merasa lebih nikmat walau hanya dengan
durasi setengah jam. Indra yang berusia 34 tahun itu tampaknya ketagihan dengan
layananku. Setengah jam kemudian ia mengajak bergumul lagi sampai- sampai
ranjang basah kuyup oleh cairanku. Setelah Indra ejakulasi lagi, kami
bercengkerama sebentar sambil tiduran telanjang. Begitu deru nafas kami reda,
kami pun check out.
Tepat jam 4 sore Indra
mengantarku sampai di depan kompleks peumahan tempat aku tinggal. Dengan becak
aku menuju rumahku. Di rumah kulihat kedua anakku menyambutku dengan keceriaan
khas anak- anak. Tiba-tiba saja aku tercenung dan hati ini serasa menanggung
beban rasa bersalah, hingga terbersit pertanyaan, “Pantaskan aku jadi ibu yang
baik bagi mereka?” Pertanyaan itu mengiang terus dalam hatiku tapi selama 3
hari itu. Anehnya aku tak mampu menolak ajakan Indra untuk mengulangi lagi di
hotel yang sama dan ketika kembali ke rumah dihinggap rasa bersalah lagi.
Apakah aku sudah terkena virus
ketagihan selingkuh? Tak dapat kusangkal kalau rayuan dan keroyalan Indra
selalu meluluhkan hatiku untuk dapat berdua dengannya di hotel. Kadang dia
membelikan baju seksi ketika dia mengajakku berbelanja di hotel. Suamiku tak
curiga karena pikirnya itu dari gajinya yang memang lebih dari cukup unuk itu.
Hubunganku dengan Indra sempat putus dan tak berselang lama aku memutuskan
untuk mangakhirinya, karena ketika masa lost contact dengan Indra aku menemukan
pria lain yang sedikit lebih gagah darinya.
Meski begitu, cinta ini masih ada
untuk bang Iwan, suamiku, dan tak pernah tergantikan oleh siapapun. Hanya saja
nikmatnya pergumulan di ranjang dan sensasi selingkuh itulah yang membuatku
tergoda untuk mengulanginya lagi dan lagi. Nikmatnya perselingkuhan dan rasa
bersalah seolah seperti iblis dan malaikat yang terus bertarung dalam batinku.
Dan entah kenapa, pada akhirnya malaikatlah yang menjadi pemenang, karena beban
rasa bersalah yang kutanggung terasa makin berat dan menyesakkan dada. Aku
bertekad untuk berhenti dari petualanganku mencari sensasi kenikmatan
berselingkuh.
Suatu malam, ketika aku dan Bang
Iwan sedang menikmati persetubuhan kami, kuberanikan diri untuk menceritakan
perselingkuhanku dengan Indra sedetil yang kumampu. Berat rasanya menanggung
beban itu dalam hatiku dan lebih berat lagi aku ketika menceritakannya pada
Bang Iwan. Aku bisa mengerti perasaannya ketika ia terlihat marah yang ketika
itu sedang di bawah dan sedang kugoyang penisnya dengan vaginaku. Tak heran
jika ketika selesai bercinta dia tak memelukku seperti biasanya dan mendiamkan
aku hingga 3 hari. Aku bersimpuh di depan kakinya untuk meminta maaf. Bang Iwan
dengan berat hati dan pertimbangan kedua anak kami, memaafkanku. Selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar