>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 5 0 4 1
Top 2D : 05 10 24 31 45
Cadangan 2D : 55 60 74 81 95
TOP SHIO : Ayam Kelinci Tikus
COLOK BEBAS : 0 1 4
AS : 1 4 5
KOP : 6 7 9
KEPALA : Kecil / Genap
EKOR : Kecil / Ganjil
Ketika itu, aku masih sangat muda, kira-kira 11 tahun-an,
panggil saja aku Banon. Ketika itu aku masih kelas 5 SD namun aku mempunyai
gairah sex yang tinggi, entah kenapa, entah dari mana datangnya. Pada hari
liburan biasanya aku menginap di rumah tanteku, panggil saja namanya Ibu Deden.
Dia mempunyai seorang anak perempuan yang cukup cantik, langsing, dan putih!
Panggil saja Rita.
Ketika itu, di rumah tanteku sedang tidak ada seorangpun,
karena aku sudah ditugaskan untuk menjaga rumahnya. Aku mulai menjaga sekitar
pukul 9 pagi. Ketika itu aku masih belum mengenal sex. Namun aku telah dikhitan
(disunat), sehingga aku biasa memainkan penisku itu karena bentuknya, juga aku
sering menggesek-gesekkan pada sesuatu, misalnya tembok (karena aku belum tahu
bahwa hal itu dapat merusak dan aku belum tahu masturbasi).
Pada pukul 12 siang. Terdengar suara bel dari luar, ternyata
anak Tanteku sudah pulang, si Rita.
“Bukain dong pintunya!!” dia berteriak serentak akupun
berlari menuju arah pintu itu dan membukakan kunci pintu tersebut.
“Awas awas! mau kencing!”.
Ketika itu Rita masih berusia 10 tahun, masih muda bukan?
Rita buru buru masuk karena mungkin kebelet ingin ke toilet. Namun ketika
sampai di depan toilet, yah.. air kencingnya sudah tidak tertahan lagi sudah
membasahi rok dan celana dalamnya.
“Aduh, makanya ati ati dong! Sabar kek!” kataku. Dia hanya
diam.
“Gimana dong, Non?” tanyanya.
Aku bilang, “Tenang aja”.
Kudekati dia dan melepaskan roknya dan kusuruh dia
melepaskan celana dalamnya karena basah terkena air kencing.
“Bersihin dulu ‘memem’ nya” katanya.
Diapun membersihkannya dengan air dan mengusap dari arah
dubur ke arah vagina, lalu kuhentikan dia.
“Salah! Rita, itu salah!”, kataku.
“Memangnya kenapa?” tanyanya.
“Itu bisa membawa kuman dari dubur ke ‘memem’ jadi nanti
memem nya kotor” kataku, maklum waktu itu aku pernah membaca buku milik ibunya
yang berisi cara membersihkan diri.
“Jadi gimana?” tanyanya.
“Begini nih. Mau sama Banon atau ama kamu aja?” tanyaku.
“Contohin dulu” jawabnya.
Lalu aku jongkok di belakangnya dan mengambil segayung air
oleh tangan kananku dan tangan kiri ku menyentuh kewanitaannya.
“Gini nih” seruku sembari membasuhkan air dan menarik tangan
kiriku dari vaginanya menuju duburnya, kulakukan itu 4-5 kali. Lalu ia bangun
dan mengeringkannya dengan handuk dan pergi berganti baju.
Mungkin ketika aku cebok kemaluannya, mungkin ia merasa
sesuatu, soalnya ketika aku memegang vaginanya ia terdiam dan tidak bergerak
sedikitpun. Lalu Rita keluar dari kamar dengan keadaan sudah berganti baju
mengenakan rok pendek dan baju sederhana. Lalu ia pun menghampiriku.
“Non, kalau yang barusan nggak apa apa kan? Nggak ada
penyakitnya kan?” tanyanya polos.
“Nggak tahu lah”
“Mau diperiksa?” tanyaku.
“Nggak ah” jawabnya.
Ketika itu suasana begitu boring, “Banon, males mainnya ini
ini terus, main yang lain yuk!” tanyanya.
“Main apaan?” jawabku.
“Maen dokter dokteran yuk!” katanya.
Akhirnya akupun menyetujuinya. Ketika itu ada sejenis lampu
belajar, namun mempunyai efek apalah namanya, kayak bio energy Lantern . Saya
berpura pura menjadi dokternya dan dia menjadi pasiennya. Ketika itu aku
memakai alat itu yang sejenis Bio Energy Lantern. Kusuruh dia berbaring, lalu
aku sinari dia dari atas hingga bawah.
“Tidak ada masalah kataku”, lalu kusuruh dia berbalik , lalu
aku mulai menyinarinya lagi , lalu aku hentikan dibagian pantatnya.
“Wah!ada masalah!” seruku.
“Apaan, Dok?” tanyanya.
“Kayaknya penyakit barusan ini” jawabku.
“Coba deh Dokter periksa dulu, sembuhin Dok!”jawabnya.
Lalu aku menyuruh dia berbaring lagi dan aku memakaikan
selimut hingga lehernya.
“Kita harus operasi” kataku dan dia hanya mengangguk tanda
setuju.
Lalu aku mulai mempermainkan peranku. Kubuka lebar
selangkangannya dan kuangkat sedikit lututnya. Lalu aku mulai memainkan jariku
di mulut vaginanya, aku menyentuh bagian seperti biji kecil di bagian atas vaginanya.
Lalu aku mempermainkan biji itu untuk sesaat, aku tekan, usap, pencet, di
puter, tampaknya ia kegelian karena hal itu, sehingga selimut yang menutupinya
terbuka dan jatuh disisi tempat tidur, sehingga ia dapat melihat aku yang
sedang bekerja ini, namun ia tidak melarangnya, bahkan sepertinya ia ingin lagi,
karena ia menggerak-gerakkan pinggulnya, sehingga jariku yang asalnya berada di
clitorisnya terpeleset dan jatuh ke dalam lubangnya. Namun hal itu berhasil
kucegah, sehingga jariku tidak masuk ke dalam lubang vaginanya.
“Kenapa Dok?” tanyanya.
“Ah, enggak, ini sakitnya dari dalam kayaknya” kataku.
“Ya sudah Dok, lanjutin” katanya.
Tanpa ragu ragu aku memulai kembali tugasku, aku memainkan
bibir vaginanya yang masih muda, masih segar, masih perawan, dan sudah terbawa
nafsu, karena kulihat bibirnya merekah dan terlihat seperti basah-basah. Lalu
aku masukin jari telunjukku itu ke dalam lubangnya secara perlahan-lahan,
soalnya waktu itu aku masih takut kalau terjadi apa-apa padanya, bisa bisa saya
dipecat dari rumah saya. Saat kumasukan jariku, kulihat ia menikmati penetrasi
jariku, namun mungkin karena kurang basah, aku tanpa sengaja menyentuh selaput
daranya, dengan seketika ia menutup selangkangannya.
“Aduh! sakit! jangan kedaleman!” katanya, aku bertanya dan
meminta maaf.
Lalu aku terus melakukan gerakan masuk dan keluar jariku
dari vaginanya, dan ia menggelinjang kecil seperti keenakan. Setelah itu dia
tergeletak lemas dengan keadaan masih merasakan kenikmatan yang kuberikan ini.
Mungkin dia orgasme. Ketika hendak kucabut jariku itu, dengan cepat tangannya
menarik kembali tanganku menuju vaginanya, tampaknya ia ketagihan dan masih
bertenaga. Lalu kumulai kembali tugasku, dengan awalan yang baik, dan lebih
dalam dari pada sebelumnya, tetapi tidak hingga mengenai selaput daranya,
karena aku ingin ia tetap perawan.
Setelah kurang lebih 5 menit kulakukan gerakan itu,
tampaknya ia telah orgasme lagi. Saat kucabut jariku, terlihat basah dan ada
semacam bau yang masih kurang jelas baunya.
Terdengar suara klakson mobil, dengan segera aku melap
jariku dan membangunkannya dengan cara menusuk vaginanya hingga mengenai
selaput daranya, namun tidak hingga robek.
“Aduh!Sakit tahu! Kamu ini jail amat!” hentaknnya.
“Itu ortu kamu sudah pulang! Jangan tidur terus! Ntar
disangka sudah ngapa-ngapain lagih nih!” perintahku.
Ia pun menurut dan jalan terhuyung-huyung, mungkin karena
lemas karena orgasme. Kami berduapun menyambut kedatangan ortunya Rita. Sesudah
itu, Rita tidak pernah bercerita kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang
tuanya.
Sesudah kejadian itupun, kami masih sering melakukan hal
serupa, karena aku tidak berani memasukan penisku ke vaginanya. Jika permainan
itu ingin di mulai, biasanya dia yang meminta, atau pun kadang saya yang
memintanya, dan dia biasanya hanya menikmati apa yang dirasakannya. Bahkan
waktu itu aku puas memainkan vagina cewek, soalnya dia hanya terbaring terdiam
dan membiarkan aku bekerja sepuasnya.
Malah pernah kumasukkan benda yang kecil, dan kuambil
kembali keluar. Juga pernah di rumah yang masih akan dijual, karena tidak ada
siapapun disana, dia mengajakku kesana dan akupun mengikutinya dan memulai
acara kami berdua. Seperti biasa aku hanya memainkan jari-jariku di vaginanya,
dan mencegah nafsuku membobol vaginanya, karena dia masih perawan. Ketika itu
aku masih belum mengetahui tentang menjilat kemaluan cewek, makanya tidak
kulakukan hal itu. Dia cukup puas dengan pelayananku selama ini, walaupun aku
masih mencari pengalaman.
Pernah aku melakukannya di sofa miliknya. Dia berbaring
disudut sofa dan aku sudah mengetahui tentang menjilati vagina, dan setelah
kupikir-pikir, sebaiknya melakukan hal itu di kamar mandi agar tidak becek ke
mana-mana dan mudah membersihkan diri.
Kuajak dia ke kamar mandi, lalu kusuruh dia untuk duduk di
kloset. Lalu aku buka celana dan bajunya sehingga dia berada dalam keadaan
telanjang bulat. Ketika melihat hal itu untuk pertama kalinya, penisku
berereksi dan menonjol di celana pendekku.
Dia hanya bertanya, “Abis ini ngapain Banon?” tanyanya
“Tenang aja, biar saya kerja!” kataku.
Lalu aku berlutut di depannya dan mukaku berada persis di
vaginanya. Lalu aku mulai menjilati vaginanya tanpa merasa jijik sedikitpun.
Dia pun tampaknya menikmati hal tersebut, lalu aku mulai menjilati terus hingga
bibir vaginanya merekah dan aku dapat melihat klitorisnya membesar, walaupun
tidak begitu besar, akupun menjilati dan memainkan klitorisnya itu dengan
mulutku.
Mengigit gigit kecil klitorisnya,
mengulumnya dan menyodok lubangnya dengan lidahku. Kadang dia menggelinjang
kenikmatan dan hingga akhirnya dia lemas beberapa kali, mungkin sekitar 4 kali,
mungkin karena pengaruh psikis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar