>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 5 8 9 2
Top 2D : 05 18 29 32 45
Cadangan 2D : 58 69 72 85 92
TOP SHIO : Kerbao Kuda Ayam
COLOK BEBAS : 2 8 9
AS : 0 1 3
KOP : 4 6 7
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Genap
Pijat memang terbukti mampu
meregangkan otot yang kaku dan menyegarkan tubuh. Makanya suamiku setiap malam
minggu mendatangkan tukang pijat langgannya kerumahku. Namun setelah mengenal
Pak Agus, semua menjadi berubah.
Tidak suamiku saja yang tambah
segar akan service Pak Agus, aku pun menuai kepuasan tiada tara dengan
kehadiran dia di rumahku. Hingga perselingkuhan itu pun terjadi. Berikut cerita
panas dari kisah pribadiku yang lebih lengkap.
Aku adalah seorang isteri dari
seorang karyawan swasta. Aku punya anak dua. Yang kedua kelas satu. Aku sering
nungguin anakku yang kedua di sekolahnya, terutama waktu olah raga.
Guru olah raga anakku bernama Pak
Agus. Ia suka sekali bercanda dan berhumor. Tubuhnya tinggi, kurang lebih 175
cm dan berbadan besar dan kekar. Warna kulit agak hitam. Ia baru saja bercerai
dengan isteri 4 bulan yang lalu. Jadi ia seorang duda. Selain ia guru olah
raga, ia pun pintar memijat. Banyak guru lain minta dipijet olehnya.
Ketika olah raga seperti biasanya
ia memakai celana training. Sambil menunggu anakku aku memperhatikan ia yang
sedang olah raga bersama murid-murid kelas dua. Begitu aku memperhatikan
diantara selangkangannya aku lihat tonjolan yang memanjang dan besar. Aku
berkata dalam hatiku, wuh panjang dan besar sekali barangnya.
Suamiku hobi dipijat. Tukang
pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra.
“Guru olah di sekolah anak kita
pintar memijat, ngerti urat lagi katanya. Coba saja mas!” kubilangi suamiku.
“Boleh juga kita panggil ke sini
malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam?”
“Enggak tahu ya .. Coba aku
tanyakan besok ya.”
Keesokan harinya aku pergi ke
sekolahan dan bertemu dengan Pak Agus.
“Pak, mau enggak mijetin suami
saya?” tanyaku. “Tapi kalo bisa malam hari, Pak.”
“Boleh juga asalkan ongkosnya
mahal,” katanya sambil bercanda.
Setelah suamiku pulang kantor
sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Agus mau.
“Boleh panggil ke sini tapi malam
sekitar jam 22.00,” kata suamiku.
Sampai waktu yang ditentukan Pak
Agus datang ke rumahku. Ia ngobrol dengan suamiku sambil bercanda sehingga baru
saja kenal suamiku merasa akrab dengannya. Aku duduk di dekat suamiku
menemaninya. Kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang
tamu.
Mulailah suamiku dipijet oleh Pak
Agus sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak Agus banyak ngebanyol karena memang ia
hobi bercanda. Aku nonton TV sambil tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin
obrolan Pak Agus dan suamiku.
Suamiku mulai bercerita agak
serius dengan suara pelan-pelan.
“Aku ini tidak kuat dalam dalam
hubungan seksual. Kenapa, ya? Jadinya isteriku suka marah-marah kalau hubungan
intim. Kalau Pak Agus bagaimana dengan isteri Anda?”
“Saya sekarang duda sudah 4
bulan. Kalau dulu sebelum cerai saya kebalikan bapak. Ia kewalahan dengan
kemampuan saya sampai ia minta cerai.”
“Wah, hebat kamu ini, Pak.”
Pak Agus yang biasanya suka
bercanda mulai berbicara serius.
“Mungkin Bapak terlalu lelah,
atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan pendek. Bapak urut yang membesarkan
dan memanjangkan saja. Saya hanya bisa mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan
membesarkan aku tidak bisa,” katanya pada suamiku.
“Wah, tukang urut yang
memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman
saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Agus
berusaha meyakinkan.
“Pak Agus pernah nyoba enggak?”
tanya suamiku selanjutnya.
“Saya tidak perlu karena punya
saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,”
jawab Pak Agus sambil tertawa. “Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm
besarnya 2,5 inch.”
Mendengar obrolan suamiku dan Pak
Agus aku berkata dalam hatiku.
“Wuh… besar dan panjang sekali
punya Pak Agus, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun.
Apalagi kalau barangnya sudah bangun.”
Aku jadi berkhayal, kalau
seandainya…. Wah, nikmat sekali…
Setelah mereka selesai aku
pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku.
“Bagaimana, Mas? Cocok enggak
pijetan Pak Agus?” tanyaku setelah Pak Agus pulang.
“Wah bagus sekali, lebih bagus
daripada langganan saya. Sekarang saya mau langganan sama Pak Agus saja. Saya
sudah bilang kalau saya mau pijet tiap malam minggu.”
“Kalau kamu mau juga, boleh coba
malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya enteng dan enak
sekali,” kata suamiku
“Aku mau, tapi malu mas, nanti ia
cerita di sekolahan.”
“Ya enggak sih, nanti kita
bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.”
Keesokan harinya saya ketemu Pak
Agus. Sambil tersenyum, ia langsung bertanya padaku.
“Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak
dengan pijetan saya?” tanya Pak Agus padaku.
“Cocok sekali… Malam minggu depan
bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.”
“Ya.. Bapak sudah bilang sama
saya.”
Setelah suamiku menawarkan untuk
diurut oleh Pak Agus, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam,
bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan
kepuasan dengan suami. Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan
tidak tahan lama.
Hampir-hampir setiap malam aku
membayangkan penis punya Pak Agus. Aku berkata dalam hati, barang Pak Agus
pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu
kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa
kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara
badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 155 cm. Apa kuat aku ditindih
badan raksasa itu.
Apa bisa masuk barang sebesar itu
ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras
dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku
membayangkan antara takut dan ingin merasakan.
Kata teman-temanku barang gede
dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut
ke ubun-ubun.
Malam ini malam minggu, Pak Agus
akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam menunjukkan 21.30. Tak lama kemudian
Pak Agus datang. Suami mempersilahkan masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau
juga dipijet malam minggu ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke
orang lain. Pak Agus menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.”
Suamiku mulai diurut. Kurang
lebih jam 23.00 suamiku selesai diurut. Sekarang giliran aku yang akan diurut.
Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV.
Aku mulai tengkurep, hatiku
dag-dig-dug. Pak Agus mulai menyingkap kain sarungku di bagian betis dan
memegang betisku sambil mengurut pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan
Pak Agus, karena sebelumnya aku membayangkan sesuatu yang nikmat.
Kini Pak Agus membisu seribu
bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan berhumor, mungkin menikmati
pandangan terhadap betisku yang mulus. Maklum ia menduda 4 bulan. Semakin
merinding dan berdebar-debar hatiku ketika Pak Agus meletakkan kakiku ke
pahanya.
Sambil mengurut ia maju
sedikit-sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya sehingga
terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras. Dengan suara pelan dan
terpatah-patah Pak Agus bertanya.
“Paha ibu mau diurut?”
“Ya pak, memang di bagian itu
agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak,” aku pun menjawab dengan suara pelan.
Pak Agus mulai menyingkap
pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku. Ketika Pak Agus
mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan
takut kedengaran suamiku. Pak Agus pun terasa meningkat rangsangannya terasa
dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas
pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku.
Semakin timbul sensasi yang luar
biasa ketika Pak Agus membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan
memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini ia mulai mengurut sambil meremas-remas
pinggulku, dan rangsanganku semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan.
Dan Pak Agus tahu kalau merangsang, aku juga tahu kalau Pak Agus juga
merangsang.
Aku berkata dalam hatiku: sebelum
aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Agus untuk buang
air kecil sambil aku ingin melihat apakah suami sudak tertidur atau belum.
Ketika Pak Agus menyuruhku
terlentang, aku berkata kepadanya: “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air
kecil.” Ketika keluar kamar aku lihat suamiku tertidur pulas mungkin karena
lelah seharian dan habis diurut.
Di kamar mandi aku berkata dalam
hati. Kalau nanti sarungku disingkap sampai ke selangkanganku dalam posisi
terlentang, pasti Pak Agus akan melihat bulu jembutku. Ia akan semakin
merangsang. Aku menginginkannya meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke
lobang vaginaku.
Setelah masuk ke kamar, aku
bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Agus semakin
bersemangat. Kini aku terlentang di hadapan Pak Agus. Dan Pak Agus tidak
was-was lagi ia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata
sambil menggigit bibirku.
Kini Pak Agus tidak memijat lagi
tetapi ia mengelus-elus dan meremas-rema pahaku dengan gemesnya. Kini ia
melihat bulu jembutku dan mengelus-elus bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan
rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Agus sambil penasaran tapi malu. Pak
Agus semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah membasah
dengan ledir.
Aku mulai memberanikan diri
meraba selangkangan Pak Agus. Dan Pak Agus membuka resleting celananya. Sambil
aku melirik ke selangkangannya, Pak Agus mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut
astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya
mengeras, dan kepala rudal jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku
menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besar.
Sambil mengelus-elusnya, aku
bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku.
Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Sensasiku semakin
meningkat. Perasaanku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol.
Pak Agus kini semakin ganas mengocok
lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi
tapi takut kalau suami bangun kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak
Agus menciumi pipiku. Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin lama ia
semakin ganas mencipoki, aku pun terangsang berat.
Kemudian ia memelukku dan
menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan
rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian ia menekan lagi.
“Aduh…” jeritku sambil menggigit
bibirku tidak tahan.
Tekanan kedua kalinya ini tidak
berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian ia menekan lagi
dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku
mengegok. Pak Agus dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke
seluruh tubuh. Dan aku mengakhiri pijetan.
Kemudian aku membangunkan
suamiku. Pak Agus pun pamit pulang karena memang sudah larut malam. Kemudian
aku mengajak suami masuk kamar, aku sudah tidak tahan. Barang suami juga
mengeras tidak seperti biasanya. Kini aku menyalurkan rangsanganku dengan suami
sambil membayangkan disetubuhi Pak Agus. Malam minggu itu aku benar-benar
merasakan puncak orgasme yang luar biasa tidak seperti biasanya, juga suamiku.
“Ma… Malam ini tidak seperti
biasanya. Urutan Pak Agus memang luar biasa membuat kita benar-benar mencapai
puncak kenikmatan yang luar biasa. Kita minggu depan urut lagi ya, Ma…” kata
suamiku.
Hari-hari aku hidup dalam
bayangan: Kalau malam minggu depan suamiku tidak ada di rumah, aku akan
menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke lobang vaginaku. Aku membayangkan
barang Pak Agus yang besar dimasukkan sambil melelukku, menyepokiku dan
menggenjotku. Membayangkannya saja sangat nikmat apalagi benar-benar
dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau lobangku nanti robek dan lobang rahimku
jebol.
Kini malam minggu datang, hatiku
berdebar-debar membayangkan sesuatu yang besar dan panjang, membayangkan lobang
vaginaku membengkak lebar, dan lobang rahim diterobos barang besar. Pak Agus
datang memakan pakaian yang serasi nampak sangat gagah dan manis. Ketika suami
ngobrol dengan Pak Agus telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajak ke
luar kota untuk mengurus bisnisnya.
“Ya nanti setelah dipijet,” jawab
suamiku.
Malam minggu ini aku semakin
yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Agus.
“Ma… saya nanti setelah diurut
akan pergi ke luar kota,” kata suamiku padaku.
“Jadi, saya tidak usah dipijat,
habis tidak ada Mas.”
“Tidak apa-apa pijet saja, Pak
Agus orangnya baik, aku sudah percaya kok.”
Mendengar pernyataan suamiku,
hatiku girang karena sebentar lagi pasti aku disetubuhi oleh Pak Agus yang
berhari-hari aku membayangkannya.
Setelah suamiku selesai diurut ia
mandi. Dan Aku bilang pada Pak Agus, “Tunggu dulu ya pak, minum-minum dulu
kopinya. Aku mau menyiapkan pakaian bapak untuk ke luar kota.” Setelah suamiku
menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, ia pamit ke Pak Agus. Aku
mengantarkan sampai pintu gerbang.
Begitu Bapak berangkat hujan
turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan bilang sama Pak Agus, “Tunggu
dulu ya pak, aku pakaian dulu.” Aku memakai sarung dan kaos… dan sengaja aku
tidak memakai BH dan celana dalam.
Begitu aku keluar, sorotan mata
Pak Agus menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku
bayangkan bahwa Pak Agus duda selama 4 bulan, berarti ia tidak berhubungan
selama 4 bulan. Aku yakin ia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam
minggu ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin
sekali berhubungan badan sepuas-puasnya.
Sekarang aku memilih kamar untuk
urut di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh
siapapun. Aku mengajak Pak Agus ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras
sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa
pun kecuali jeritanku, bunyi cipokan yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku
yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras.
Kini aku beduaan yang sama
mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Agus membuka kain
sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Ia meremas-remas pahaku.
Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Agus membuka celananya. Rudalnya
tegang, membesar dan memanjang.
Uratnya mengeras dan kepala
rudalnya membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah
tidak tahan karena mulai tadi sudah merangsang karena membayangkan kenikmatan
yang sebentar lagi akan aku rasakan.
Ia membuka bajunya dan kaosku.
Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan
23.00. Ia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.
“Pak, masukkan… aku sudah tidak
tahan.”
“Aku juga tidak tahan, aku sudah
4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam minggu ini benar-benar
puas, mungkin aku main sampai pagi,” timpal Pak Agus.
“Aku juga pak… Aku serahkan semua
tubuhku pada Pak Agus. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke
lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak merasakan sakit.”
Aku siapkan parfum dan minyak
pelumas yang harum.
“Bu… lobang Ibu kecil sekali,”
katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.
Kini Pak Agus mengangkangkan
pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia menindihiku. Aduh rasanya berat sekali. Ia
arahkan rudal besar dan panjang itu lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak
berhasil masuk. Kedua kalinya ia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk,
aku menjerit kesakitan.
“Pertama rasanya agak sakit,
karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak
ngimbang,” katanya merayuku.
Ketiga kalinya ia mengolesi
lobangku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku,
ia campur air ludahnya. Ia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya,
kemudian ia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya
dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku
pun menjerit kesakitan.
Ia terdiam, menahan sejenak,
sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.
“Ditahan sakit dahulu ya, nanti
Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.
“Tahan ya, Bu, aku akan tekan
lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang
keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku
tertahan sambil menggigit bibir.
Akhirnya barang itu trot… bleees…
masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih
dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa.
“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin ganaslah Pak Agus
menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar
biasa. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil,
meraung-raung kenikmatan.
“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau
mencapai puncak, Pak…”
Pak Agus menekan keras-keras. Aku
pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan
sebelumnya. Pak Agus sangat kuat dan bertahan lama, ia belum mencapai orgasme.
Aku sudah lemas, tapi karena Pak Agus meremas-remas kembali tetekku dan
menjelati vaginaku, aku mulai merangsang lagi.
Pak Agus menyuruhku nungging. Ia
menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang,
bunyinya semakin keras, ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia mengelus-ngelus
lobang anusku. Ia ngambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku,
jarinya ditusukkan ke lobang anusku.
“Aduh… Pak!” jeritku.
Tapi ia pintar sekali menciptakan
rangsangan baru. Ia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama
aku merasakan nikmat.
“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”
Akhirnya Pak Agus menambahi
minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, ia
oles-oleskan kepala rudalnya ke pintu anusku.
“Hangat rasanya, nikmat Pak,
nikmat Pak.”
Kemudian menusukkan tepat ke
lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret… prot…
ia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu. Ia mendorongku agar aku
tengkurep. Begitu tengkurep ia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya.
Aduh nikmat sekali rasanya di anus.
Sampai terasa ada cairan muncrat
dari dalam lobang anusku. Ia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku
merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas
ia menggenjot sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Agus mencapai
puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.
Malam minggu itu aku benar-benar
merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Agus sampai 4
kali hingga pagi.
Pak Agus guru olah raga yang
humoris. Setelah kejadian yang pertama itu aku masih sering ke sekolahan tapi
aku sering menghindar untuk ketemu Pak Agus karena malu dengan kejadian yang
kualami itu, kecuali banyak teman-teman.
Pada suatu ketika aku duduk
berjauhan dari tempat olah raga, tapi aku melihat Pak Agus memperhatikan aku
dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak
Agus memandangi aku, aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di sebelahku
dan bertanya.
“Bagaimana, Bu… Masih terasa
sakit dan nyelunya. Maafin aku ya, Bu..”
“Enggak kok udah enggak… Memang
sehabis berhubungan badan dengan Pak Agus itu terasa lobang vaginaku terganjal
oleh sesuatu sampai dua hari,” jawabku sambil tersenyum malu.
Pernah suatu malam aku diajak
nonton film BF oleh suami, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa
dengan merayuku.
“Bagus kok filmnya dan agar kita
nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita
Jepang.”
Ketika melihat kemaluan orang
hitam aku terbayang barang Pak Agus.
“Pa.. besar dan panjang sekali
anunya… sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan
ngerinti-rintih, sakit kali ya, Pa ..” bisikku pada suamiku.
“Tidak justeru itu ia merasakan
puncak kenikmatan.”
“Kalau punya Papa… seperti itu
asyik ya, Ma ..” bisik suamiku.
“Ah, mana mungkin. Papa kan
orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.”
Suamiku berbisik lagi sambil
meraba barangku: “Mungkin punya Pak Agus seperti itu ya, Ma..”
“Enggak tahu ya, Pa.. Kok Papa
bilang begitu?” jawabku dengan perasaan terangsang.
“Ya soalnya dia pernah cerita
pada saya.”
“Apa ceritanya, Pa ..?”
“Dia kalau berhubungan badan
dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya sampai sambat-sambat. Padahal
isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti kamu?”
“Papa… kok isterinya Pak Agus
dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.
“Orang hitam itu kuat dan ganas
mainnya, lihat tu Ma..”
“Papa…” aku jadi merangsang
suamiku.
Kemudian filmnya dihentikan kami
main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Agus.
Besok harinya aku semakin ingin
dipijet lagi oleh Pak Agus. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang
hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari.
Pikiranku membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah
aku dipijet oleh Pak Agus.
Aku masih terbayang ketika barang
Pak Agus yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki pintu kemaluanku. Aku
rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan
hangat.
Aku masih terbayang waktu ia
mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang
kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. srook…
Belum hilang dari bayanganku
barang yang kepala lebih dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika
dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya
dimasukkan lobang anusku yang awalnya terasa sakit lalu dengan pandainya
permainan Pak Agus rasa sakit itu rasa nikmat yang sulit kubayangkan.
Kini tibalah malam minggu, malam
yang kunanti-nantikan. Suamiku, sebagaimana biasanya, mempersilakan Pak Agus
masuk. Sebelum memulai memijet, Pak Agus ngobrol dulu dengan suamiku. Sementara
itu aku membuatkan kopi untuk mereka berdua.
Tak lama kemudian suamiku mulai
diurut. Sedang enak-enaknya diurut, tiba-tiba ada telpon dari Bosnya. Aku pun
memanggil suamiku.
Setelah berbicara di telepon
beberapa lama dengan bosnya, ia berkata padaku bahwa ia diajak ke luar kota
untuk urusan bisnis. Lalu ia memberiku uang agar diberikan ke Pak Agus nanti
setelah aku selesai diurut.
Dalam hati sebetulnya aku merasa
sangat terangsang. Pikiranku membayangkan bahwa aku dan Pak Agus sebentar lagi
akan melakukan sesuatu yang kenikmatannya sulit aku bayangkan.
Setelah selesai diurut, suamiku
mandi, sementara aku mempersiapkan pakaian untuknya. Aku mengantarkan suamiku
sampai di pintu melepas keberangkatannya. Setelah itu aku menutup dan mengunci
pintu.
“Sebentar ya Pak, teruskan dulu
minum kopinya, aku mau ganti baju,” kataku pada Pak Agus.
Aku memakai sarung dan kaos yang
tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan
melakukan hubungan badan yang luar biasa.
“Gaya apa saja malam minggu ini
yang akan dilakukan oleh Pak Agus terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil
berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku.
Aku keluar dari kamar utamaku
kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Agus. Pak Agus tersenyum. Aku pun
membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang ia pahami maksudnya.
Kemudian Pak Agus mengajakku ke
kamar tempat urut biasanya. Sepertinya Pak Agus sudah tidak sabar lagi. Aku
mulai tengkurep. Pak Agus tidak mengurutku seperti biasanya karena nafsunya
yang sudah sangat menggelora.
Ia menyingkap sarungku sampai ke
panggulku. Ia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Ia ciumi pahaku
dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu
birahi.
“Pak .. malam ini aku ingin
benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang
hitam di dalam film BF,” rintihku.
Pak Agus dengan nafsu yang
menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.
“Ibu nonton film BF? Bagaimana
ceritanya?”
“Laki-lakinya seperti Pak Agus,
barangnya sangat besar dan panjang. Ia dengan ganasnya mengocok perempuan
Jepang sampai berkali-kali. Ia merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan
memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Agus.. Aku juga malam minggu ini ingin
seperti perempuan Jepang itu.”
Kemudian Pak Agus membalikkan
tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Agus dengan mudah membuka sarung. Memang
aku sebelumnya tidak memakai CD. Ia mengangkangkan kedua kakikuku, lalu ia
menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku.
Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak.
Pak Agus membuka baju kaosnya dan
celana dan CD-nya. Barang Pak Agus luar biasa tegak dan keras, besar dan
panjang. Kemudian ia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan
sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Agus yang
siap menerjang lobang kemaluanku.
Pak Agus merebahkan tubuhnya
kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya,
sementara penisnya dijepitkan ke antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal
kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Agus sudah tidak sabar
lagi, akupun juga. Pak Agus menindihku.
“Aduh… Pak… berat sekali badan
Bapak,” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.
Pak Agus mengangkangkan pahaku
seperti V. Ia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya. Begitu
banyak Pak Agus meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu lobang anusku.
Pak Agus mengarahkan barangnya
yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi
montok. Ia menekannya tapi pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.
“Aduh.. Pak.. Pelan-pelan, Pak,”
jeritku.
“Katanya ingin puas ngerasain
keganasan barangku?” Pak Agus berbisik dengan suara terengah-engah.
“Nanti, Pak.. kalau sudah masuk
semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”
Ketika ia menekan kembali,
akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Croook… Trooot…
Bleees… Kemudian ia menindihiku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu
menindihi diriku yang kecil mungil. Ia mulai menggenjotku.
Mula-mula ia mengayunkan
pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan.
Ketika ia dengan ganasnya menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut,
sambil memelukku dengan gemes dan ganas.
“Aduh.. Pak!” aku berteriak
kecil.
Ia terus menggenjotku dengan
tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku terkentut karena menahan genjotannya.
Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil
merintih dan menjerit. Sroot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Agus kuat
sekali, ia belum juga orgasme.
“Udah dulu, Pak…” kataku dengan
suaraku terengah-engah.
“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk
ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu,” bisiknya
padaku.
Aku mulai tengkurep, dan Pak Agus
mulai menindihku. Ia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh
rasanya… Kemudian ia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali
tekan baru bisa masuk.
Ia menggenjot dengan ganasnya.
Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah air hangat ke
dalam lobang anusku. Aduh… nikmat lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar