>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 1 4 5 6
Top 2D : 01 14 25 36 41
Cadangan 2D : 56 65 74 81 95
TOP SHIO : Kelinci Kambing Kuda
COLOK BEBAS : 1 4 5
AS : 0 2 3
KOP : 7 8 9
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Kedua barbel kecil masing-masing
seberat 5 kilogram terasa telah kian berat saja kuayun-ayunkan bergantian.
Keringatku telah sejak tadi berseleweran membasahi seluruh tubuhku yang
kuperhatikan lewat cermin sebesar pintu di depanku itu telah tambah mekar dan
kekar.
Kalau dibandingkan dengan atlet
binaraga, aku tak kalah indahnya. Aku hanya tersenyum sambil kemudian menaruh
kedua barbelku dan menyeka keringat di dahi. Kuperhatikan jam telah menunjukan
pukul 22:39 tepat.
Ya, memang pada jam-jam seperti
ini aku biasa olahraga berat untuk membentuk otot-otot di tubuhku. Suasana sepi
dan udara sejuk sangat aku sukai. Kamar kost-ku di pinggiran utara kota Jogja
memang menawarkan hawa dinginnya. Itulah sebabnya aku sangat betah kost di sini
sejak resmi jadi mahasiswa hingga hampir ujian akhirku yang memasuki semester
delapan ini.
Sudah jadi kebiasaanku, aku
selalu berolahraga dengan telanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku
sendiri lewat cermin itu yang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit
sawo matang gelap. Rambut kasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan
dan kaki serta dadaku yang membidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah
kemaluanku.
Rambutnya tumbuh subur dengan
batang zakarnya yang selalu terhangati olehnya. Kuraba-raba batang kemaluanku
yang mulai beranjak tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali. Air
keringatku turut membasahi batang zakar dan buah pelirku.
Dengan sambil duduk di kursi
plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorang wanita.
Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 16 centimeter dengan
garis lingkar yang 5 centimeter! Mataku hanya merem melek saja menikmati
sensasi yang indah ini.
Perlahan-lahan aku mulai melumuri
batang zakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil menggenggam batang zakar,
aku terus menerus melakukan mengocok-ngocok secara lembut yang berangsur-angsur
ke tempo cepat.
Aku tengah menikmati itu semua
dengan sensasiku yang luar biasa ketika tiba-tiba pintu kamar kost-ku diketok
pelan-pelan. Sial, aku sejenak terperangah, lebih-lebih saat kudengar suara
cewek yang cukup lama sekali tak pernah kudengar.
“Mas, Mas Andi? Ini aku, Netty!”
Netty? Adik sepupuku dari Pekalongan?
Ngapain malam-malam begini ini datang ke Jogja? Gila! Buru-buru aku melilitkan
kain handuk kecilku sambil memburu ke arah pintu untuk membukakannya. “Netty?”
ucapku sambil menggeser posisiku berdiri untuk memberi jalan masuk buat adik
sepupuku yang terkenal tomboy ini.
Netty terus saja masuk ke dalam
sambil melempar tas ranselnya dan lari ke kamar mandi yang memang tersedia di
setiap kamar kost ini. Sejenak aku melongok keluar, sepi, hanya gelap di
halaman samping yang menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututup dan kukunci.
Aku hanya menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tas ransel Netty.
Tak berapa lama Netty keluar
dengan wajah basah dan kusut. Rambutnya yang lebat sebahu acak-acakan. Aku agak
terkejut saat menyadari bahwa kini Netty hanya memakai kaos oblong khas Jogja.
Rupanya ia telah melepas celana jeans biru ketatnya di kamar mandi.
Kulit pahanya yang kuning langsat
dan ketat itu terlihat jelas. “Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat nilai jelek
lagi di sekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu?” tanyaku sambil mendekat dan
mengelus rambutnya, Netty hanya terdiam saja. Anak SMU kelas dua ini memang
bandel. Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya begitu.
Tak mudah diatur dan maunya
sendiri saja. Jadinya, aku ini yang sering kewalahan jika ia datang mendadak
minta perlindunganku. Aku memang punya pengaruh di lingkungan keluarganya.
Netty hanya berdiri termangu di
depan cermin olah ragaku. Walau wajahnya merunduk, aku dapat melihat bahwa dia
sedang memandangi tubuhku yang setengah telanjang ini.
“Lama ya Mas, Netty nggak ke
sini.”
“Hampir lima tahun,” jawabku
lebih mendekat lagi lalu kusadari bahwa lengan dan tangannya luka lecet kecil.
“Berantem lagi, ya? Gila!” seruku
kaget menyadari memar-memar di leher, wajah, kaki, dan entah dimana lagi.
“Netty kalah, Mas. Dikeroyok
sepuluh cowok jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, jangan bilang sama Bapak Ibu ya,
kalau Netty kesini. Aduh..!” teriak tertahan Netty mengaduh pada dadanya.
“Apa yang kamu rasakan Ir? Dimana
sakitnya, dimana?” tanyaku menahan tubuhnya yang mau roboh.
Tapi dengan kuat Netty dapat
berdiri kembali secara gontai sambil memegangi lenganku.
“Seluruh tubuhku rasanya sakit
dan pegal semua, Mas, ouh!”
“Biar Mas lihat, ya? Nggak
apa-apa khan? Nggak malu, to?” desakku yang terus terang aku sudah mulai
tergoda dengan postur tubuh Netty yang bongsor ketat. Netty hanya mengangguk
kalem.
“Ah, Mas Andi. Netty malah pengin
seperti dulu lagi, kita mandi bareng.. Netty kangen sama pijitan Mas Andi!”
ujar Netty tersenyum malu.
Edan! Aku kian merasakan batang
kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelas sekali terlihat pada bentuk handuk
kecil yang menutupinya, ada semacam benda keras yang hendak menyodok keluar.
Dan Netty dapat pula melihatnya! Perlahan kulepas kaos oblong Netty.
Sebentar dirinya seperti
malu-malu, tapi kemudian membiarkan tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B
serta CD krem berenda ketatnya. Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di
tubuh mulusnya yang indah itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari
tubuh telanjangnya.
Dengan gemetaran, jemariku
menggerayangi wajahnya, bibirnya, lalu leher dan terus ke bawahnya. Cukup lama
aku meraba-raba dan mengelus serta meremas lembut buah dadanya yang ranum ini.
“Mas Andi.. enak sekali Mas, teruskan yaa.. ouh, ouh..!” pinta mulut Netty
sambil merem-melek. Mulutku kini maju ke dada Netty. Perlahan kuhisap dan
kukulum nikmat puting susunya yang coklat kehitaman itu secara bergantian kiri
dan kanannya.
Sementara kedua jemari tanganku
tetap meremas-remas kalem dan meningkat keras. Mulut Netty makin
merintih-rintih memintaku untuk berbuat lebih nekat dan berani. Netty
menantangku, sedotan pada puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingi
dengan memilin-milin puting-puting susu tersebut secara gemas.
“Auuh, aduh Mas Andi, lebih
keras.. lebih kencang, ouh!” menggelinjang tubuh Netty sambil berpegangan pada
kedua pundakku. Puting Netty memang kenyal dan mengasyikan. Kurasakan bahwa
kedua puting susu Netty telah mengeras total. Aku merendahkan tubuhku ke bawah,
mulutku menyusuri kulit tubuh bugil Netty, menyapu perutnya dan terus ke bawah
lagi.
Rambut kemaluan Netty rupanya
dicukur habis, sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging lembut yang
terbelah celah sempitnya yang rapat. Karuan lagi saja, mulutku langsung
menerkam bibir kemaluan Netty dengan penuh nafsu. Aku terus mendesakkan mulutku
ke dalam liang kemaluannya yang sempit sambil menjulurkan lidahku untuk
menjilati klitorisnya di dalam sana. Netty benar-benar sangat menggairahkan.
Dalam masalah seks, aku memang
memliki jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalau
dibandingkan, Netty lebih unggul dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak hanya
melumat-lumat bibir kemaluan Netty, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan ganas,
menggigit kecil serta menjilat-jilat.
Tanpa kusadari kain handukku
terlepas sendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk
menerjang liang kemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan meminta
Netty untuk jongkok di depanku.
Gadis itu menurut saja. “Buka
mulutmu, Dik. Buka!” pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam mulut
Netty. Gadis itu semula menolak keras, tapi aku terus memaksanya bahwa ini
tidak berbahaya. Akhirnya Netty menurut saja. Netty mulai menyedot-nyedot keras
batang kemaluanku sembari meremas-remas buah zakarku.
Ahk, sungguh indah dan
menggairahkan. Perbuatan Netty ini rupanya lebih binal dari Sinta. Jemari Netty
kadangkala menyelingi dengan mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya
dan melumat-lumat dengan girang.
“Teruskan Dik, teruskan, yeeahh,
ouh.. ouh.. auh!” teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Aku
turut serta menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Netty, sehingga
gadis cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini aku
tak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku muntahkan
spermaku di dalam mulut Netty yang masih mengulum ujung batang kemlauanku.
“Croot.. creet.. crret..!”
“Ditelan Dik, ayo ditelan habis,
dan bersihkan lepotannya!” pintaku yang dituruti saja oleh Netty yang semula
hendak memuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Netty telah menjilati
dan membersihkan lepotan air maniku di sekujur ujung zakar.
“Maass, ouh, rasanya aneh..!”
ujar Netty sambil kuminta berdiri. Sesaat lamanya kami saling pandang. Kami
kemudian hanya saling berpelukan dengan hangat dan mesra. Kurasakan desakan
buah dadanya yang kencang itu menggelitik birahiku kembali.
“Ayo Dik, menungging di depan
cermin itu!” pintaku sambil mengarahkan tubuh Netty untuk menungging. Netty
manut. Dengan cepat aku terus membenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan
Netty lewat belakang dan melakukan gerakan maju mundur dengan kencang sekali.
“Aduuh, auuh.. ouh.. ouh.. aah..
ouh, sakit, sakit Mas!” teriak-teriak mulut Netty merem-melek. Tapi aku tak
peduli, adik sepupuku itu terus saja kuperkosa dengan hebat. Sambil berpegangan
pada kedua pinggulnya, aku menari-narikan batang kemaluanku pada liang kemaluan
Netty.
“Sakiit.. ouhh..!”
“Blesep.. slep.. sleep..” suara
tusukan persetubuhan itu begitu indah.
Netty terus saja menggelinjang
hebat.
Aku segera mencabut batang
kemaluanku, membalikkan posisi tubuh Netty yang kini telentang dengan kedua
kakinya kuminta untuk melipat sejajar badannya. sementara kedua tangannya
memegangi lipatan kedua kakinya. Kini aku bekerja lagi untuk menyetubuhi Netty.
“Ouuh.. aahhk.. ouh.. ouh..!”
Dengan menopang tubuhku
berpegangan pada buah dadanya, aku terus kian ganas tanpa ampun lagi
menikam-nikam kemaluan Netty dengan batang kemaluanku.
“Crroot.. cret.. creet..!”
Menyemprot air mani zakarku di
dalam liang kemaluan Netty. “Maas.. ouuh.. aduh.. aahk!” teriak Netty yang
langsung agak lunglai lemas, sementara aku berbaring menindih tubuh bugilnya
dengan batang kemaluanku yang masih tetap menancap di dalam kemaluanya.
“Dik Netty, bagaimana kalau adik
pindah sekolah di Jogja saja. Kita kontrak satu rumah.. hmm?” tanyaku sambil
menciumi mulut tebal sensual Netty yang juga membalasku. “Netty sudi-sudi saja,
Mas. Ouh..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar