www.dewalotto.com

www.dewalotto.com
Bandar Online Terbesar Terbonafit Terpercaya dengan Permainan Terlengkap All You Can Play in Dewalotto

Senin, 30 April 2018

Prediksi Togel Senin 30 April 2018.....

>>> SINGAPOREPOOLS <<<

ANGKA MAIN :  5 7 8 0  
Top 2D : 08 10 27 35 48
Cadangan 2D : 57 68 75 80 95
TOP SHIO :  Kerbao Naga Anjing
COLOK BEBAS : 0 7 8
AS : 1 2 3
KOP : 4 6 9
KEPALA  : Besar / Genap
EKOR : Kecil / Genap

Cerita ini adalah sebuah kejadian nyata yang terjadi sekitar 2 tahun yang lalu saat saya masih asyik berkecimpung di dunia pergaulan malam, dunia yang tak jauh dari keremangan lampu diskotik dan cafe, narkoba dan seks bebas. Dumangdati kalau menurut istilah temanteman saya, DUnia MAlam NGgak aDA maTInya.

Waktu itu ibukota kita baru saja dilanda gelombang reformasi dengan gerakan demonstrasi dan kerusuhan terjadi di manamana. Dan kerusuhan itu tidak hanya menghancurkan gedunggedung saja tetapi juga menghancurkan rencana pesta ultah salah seorang teman saya di sebuah diskotik besar di kawasan Ancol.

Padahal rencana pesta itu sudah tersusun dengan rapi, dari transportasi (penjemputan peserta pesta), perizinan (izin pulang pagi untuk beberapa teman kami yang kaum hawa), dan konsumsi (menu utama pesta, narkoba) semuanya sudah tersusun rapi.

Semua berawal saat saya menelepon diskotik yang bersangkutan untuk memesan tempat, karyawan yang berbicara dengan saya memberitahu bahwa diskotik mereka akan tutup selama beberapa hari dengan alasan keamanan yang belum terjamin.

Kontan saya memberitahukan kepada temanteman lainnya untuk melakukan perencanaan tindakan selanjutnya. Hari sudah mulai sore dan belum ada jawaban dari temanteman yang lain, saya sudah mulai berpikir bahwa pesta ini akan dibatalkan sehingga saya mulai menyusun rencana lain untuk pergi nonton dengan Nelly, seorang gadis yang belakangan ini sedang dekat dengan saya.

Tetapi menjelang malam ada berita bahwa pesta tetap akan diadakan, teman saya telah memesan sebuah apartemen di kawasan perumahan yang tidak jauh dari tempat rencana semula. Semua peserta diharapkan dapat berkumpul di sana secepatnya. Saya mulai bimbang karena kami sudah telanjur mau nonton. Akhirnya saya berinisiatif mengajak Nelly untuk bergabung dengan temanteman yang lain setelah selesai nonton, dan dia setuju.

Hari sudah mulai malam saat kami sampai di tempat tujuan, dari luar pintu saja sudah terdengar alunan musik house yang cukup kencang. Dan keadaan di dalam tidak jauh berbeda, tampak beberapa teman kami pria dan wanita sedang asyik bergoyang mengikuti irama house music tersebut.

Sementara beberapa teman lainnya sedang mengelilingi meja makan yang sudah penuh dengan perlengkapan pesta, dari minuman biasa, minuman keras, pil ekstasi, shabushabu dan perlengkapannya, beberapa keping CD dan kaset house music dan beberapa Pak kondom Durex.

Ayo nggak usah malumalu kalian udah telat nih yang laen udah pada terbang tuh, kata Yoke sang yang punya acara sambil memberikan beberapa butir pil ekstasi ke tanganku.

Aku menerimanya dan sambil tersenyum memberikan sebutir kepada Nelly. Kami memang berasal dari dunia yang sama, dunia malam penuh narkoba, jadi hal itu sudah bukan hal yang asing bagi Nelly.

Happy Birthday Bro.

Thanks, kataku membalas Yoke sambil mengambil gelas minuman untuk meminum pilpil tersebut.

Aku kemudian menuntun Nelly untuk bergabung dengan yang lainnya di ruang tengah, aku duduk di sebuah sofa dan Nelly duduk di pangkuanku. Dan tak lama kemudian kami pun sudah ikut terbang bersama kawankawan lainnya diiringi alunan house music.

Lagu demi lagu dan jam demi jam berlalu, kami pun semakin merapatkan tubuh kami saat ruangan menjadi semakin dingin dengan udara malam menjelang pagi ditambah semburan AC. Semakin rapat sampai akhirnya aku dapat merasakan halusnya pipi Nelly menempel di pipiku. Aku pun tak dapat menahan diri untuk tidak mencium pipi halus tersebut, sesuatu yang sudah ingin kulakukan sejak lama.

Nelly tampak terkejut saat bibirku menyentuh pipinya, ia pun menoleh dan memandangiku.

Shit what have I done, kataku dalam hati takut ia marah.

Tetapi sebaliknya, ia malah menjulurkan tangannya ke belakang kepalaku dan mendorongnya maju untuk lebih merapatkan bibirku ke pipinya.

Menitmenit berikutnya ia malah menggeser pipinya dan menggantikannya dengan kedua bibir mungilnya. Kami pun berciuman dengan intens diiringi sedikit permainan lidah. Selang beberapa saat aku sudah mulai berani menjelajahi leher jenjang Nelly dengan lidahku, memberi sedikit kecupankecupan di lehernya dan menggelitik daun telinganya.

Udara ruangan yang saat itu sudah penuh dengan berbagai macam polusi tetap tidak dapat mengalahkan wangi tubuh Nelly. Akupun menciuminya dengan makin bersemangat saat tangan Nelly mengusapusap bagian belakang kepalaku. Kedua tanganku mulai merayap naik ke perutnya yang datar, halus dan indah di balik kaos ketatnya. Badan Nelly memang sungguh indah dan menarik, maklum ia adalah seorang guru senam aerobic dan body language. Proporsinya benarbenar pas dan mantap, ditunjang oleh facenya yang juga manis, jadilah ia seorang dewi di mataku.

Tanganku sudah mulai merayap masuk ke dalam kaosnya dan menyentuh halus kulit perutnya saat tibatiba terdengar pintu kamar terbuka dan sepasang teman kami tampak berjalan keluar sambil berpelukan mesra. Nelly seperti tersadar, ia memegang tanganku dan menghentikan kegiatan kami. Apakah aku sudah terlalu jauh bergerak? Apakah ia akan marah? Menit selanjutnya ia menegakkan badannya meninggalkan badanku dan merapikan kaos ketatnya sambil menebar pandangan ke sekeliling ruangan.

Tampaknya bukan hanya kami berdua yang sedang asyik masyuk, beberapa teman kami pun sudah duduk berpasangpasangan dan asyik dengan kegiatan mereka masingmasing.

Gue pusing nih, katanya tibatiba sambil memegang kepalanya.

Kenapa? tanyaku.

Gak tau, obatnya kali ya gue mau istirahat bentar ah, katanya lagi sambil berdiri meninggalkanku di sofa.

Eh mau ke mana?

Ke kamar tidur sebentar.

Oke jangan lamalama ya tidurnya, kataku sambil membetulkan posisi dudukku di sofa.

Eh temenin dong masa gue sendirian, katanya, kali ini ia meraih tanganku, menarikku bangkit dari sofa dan menuntunku ke kamar yang baru saja ditinggalkan teman kami.

Aku mulai mengerti maksudnya saat kami sudah berada dalam kamar, menguncinya dan mulai berciuman bibir dengan lebih intens lagi, semakin lama pelukan kami pun semakin erat. Aku mulai menggerakkan tanganku ke belakang tubuhnya, merayap masuk ke dalam kaosnya dan mengusapi punggungnya. Ia pun melakukan hal yang sama. Terasa betapa kenyal buah dadanya terhimpit di depan dadaku.

Akhirnya saatsaat yang paling kutunggu beberapa waktu terakhir ini. Bermesraan dan bercinta dengan Nelly. Tanganku semakin bebas bergerak merayapi punggungnya saat aku berhasil melepaskan kaos ketatnya, naik turun melewati seutas tali pengikat bra yang masih terkait kencang. Sementara di bagian depannya kedua belah buah dada Nelly yang kencang semakin nampak menggiurkan untuk dinikmati. Aku mulai menurunkan ciumanciumanku ke arah leher Nelly, berputarputar sebentar di sana dan semakin turun ke lembah halus yang memisahkan kedua belah bukit indahnya.

Sementara tangan Nelly terus mengusapi daerah belakang kepalaku sambil sesekali mendorong kepalaku ke depan untuk lebih merekatkan bibirku ke daerah dadanya. Tangannya yang satu lagi bergerak menyusuri punggungku dari dalam kemeja yang kugunakan.

Akhirnya Nelly menjatuhkan badannya ke ranjang dan memandangku dengan pandangan yang sangat menggoda, pandangan yang tidak dapat kulupakan sampai sekarang. Aku pun ikut menjatuhkan badanku menyusulnya ke ranjang, kedua tangannya bergerak menyusuri dadaku yang cukup bidang, dan mengeluarkan satu persatu kancing kemejaku dari lubangnya, melepas kemejaku dan membuangnya entah kemana.

Aku semakin meningkatkan seranganku ke sekwildanya (sekitar wilayah dada), menyusuri lembah dan bukit indahnya yang masih tertutup bra dengan lidahku dan meremasremas salah satu buah dadanya dengan tanganku. Merasa belum puas, aku pun meraih kaitan bra Nelly di belakang tubuhnya, cukup repot karena ia sedang dalam posisi terlentang di ranjang. Merasa bahwa aku kerepotan, Nelly pun membantu dengan mengangkat badannya sedikit dan menuntun jarijariku untuk menemukan kaitan branya.

Sebentar saja kedua bukit indahnya sudah terpampang jelas di mataku, berlapiskan kulit putih halus dengan kedua puting susu mungilnya berwarna merah muda. Aku pun menemukan daerahdaerah baru untuk dieksplorasi dengan lidah dan jarijemariku (minyak kali dieksplorasi).

Aku menikmati hampir seluruh bagian dadanya dengan lidahku kecuali kedua buah puting susunya, aku membuatnya penasaran. Itu terasa saat ia bergerakgerak sedikit setiap kali ujung lidahku hampir mengenai putingnya, mengharapkanku akan segera melumatnya dengan lidahku, tetapi tidak belum waktunya. Lidahku terus bergerak bolakbalik diantara kedua buah dadanya, naik dan turun tapi tetap berusaha menghindari menyentuh kedua putingnya.

Setelah beberapa menit, aku pun menegakkan kepalaku untuk melihat ekspresinya. Ia tetap memandangiku dengan pandangan yang tidak dapat dilukiskan. Nelly tampak sungguh menggoda dengan salah satu jari di dalam mulutnya. Kurasa ia menghisapinya untuk menambah gelombang rangsangan yang melandanya. Aku pun menurunkan kepalaku lagi, kali ini sasaran lidahku adalah langsung menyentuh putingnya yang kiri. Nelly sedikit terlonjak saat ia merasakan ujung lidahku menyapu halus putingnya dengan tibatiba, ia pun menekan kepalaku untuk semakin dekat dengan dadanya.

Untuk sementara waktu aku memainkan lidahku di sana, berputarputar mengelilinginya dan sedikit menjentikjentiknya, sementara tanganku sibuk memainkan buah dadanya yang kanan. Nelly sudah semakin terangsang karena aku dapat mendengarnya mendesah semakin keras.

Untuk kejutan berikutnya, aku tibatiba menghisap putingnya lembut di saat ia tidak menyangka sama sekali. Kembali ia terlonjak untuk beberapa saat dan kemudian semakin dalam menekan kepalaku agar aku tidak melepaskan putingnya dari mulutku. Hal yang sama kulakukan pada puting kanannya aku sangat menikmati lonjakanlonjakannya saat ia terkejut dengan apa yang kulakukan dengan lidah dan tanganku.

Akhirnya aku dapat dengan bebas menikmati seluruh bagian dadanya, memainkan jarijemari dan lidahku, menjilati dan menghisapi seluruh bagian dadanya bergantian kiri dan kanan, tidak lupa lembah indah di antaranya, lembah yang selama ini hanya bisa kunikmati dari luar saat Nelly berpakaian dengan belahan dada rendah.

Puas dengan kedua buah dadanya, aku mulai memindahkan daerah eksplorasiku turun menuju perutnya yang datar. Lidahku dapat merasakan gerakan halus otototot perutnya menerima rangsanganku. Benarbenar perut yang indah. Terakhir kali aku melihat perut seindah ini adalah saat aku bercinta dengan seorang model yang mungkin wajahnya kurang terkenal tapi cukup beberapa kali menghiasi sampul sebuah majalah remaja Ibukota.

Sebelum lidahku meninggalkan daerah perutnya, aku meluncurkan sebelah tanganku ke daerah pahanya yang masih tertutup celana jeans. Aku menggerakkannya mondarmandir menelusuri bagian depan dan dalam pahanya, berkelebat sekilas di depan bagian kewanitaannya menuju sisi satunya, dan kembali lagi. Sampai akhirnya aku berhenti dan mengusapi daerah pribadinya dari luar celananya.

Nelly seperti mengerti maksudku, ia menegakkan badannya sedikit dan membantuku membuka kaitan dan retsluiting celananya. Sebentar saja celana itu sudah dapat kutarik lepas, meninggalkan sebuah celana dalam super mini berwarna biru muda bermotif garisgaris masih menempel di badan pemiliknya. Dan aku pun kembali menemukan daerah baru untuk diekplorasi.

Aku kembali menggerakkan lidahku menelusuri daerah perutnya dan bergerak turun ke arah daerah kewanitaannya. Tapi aku tidak berhenti di sana, lidahku terus turun menuju paha kanannya, menelusuri hampir seluruh bagiannya dan terus turun ke betisnya. Kemudian lidahku naik lagi untuk kembali menelusuri bagian dalam pahanya dan naik terus sampai ke daerah pangkalnya. Aku mulai dapat melihat mencium bau harum kewanitaannya dari sini, tampaknya daerah tersebut sudah mulai basah dan mulai mengeluarkan baunya yang khas.

Aku berniat menggodanya kembali, lidahku berkelebat cepat dari bagian dalam paha kanannya, melewati daerah kewanitaannya dan sampai di bagian dalam paha kirinya, kembali ke paha kanannya, melewati daerah sensitifnya tanpa menyentuhnya sama sekali, hanya dengan dengusan nafasku saja. Tetapi itu sudah cukup untuk membuatnya terlonjaklonjak terangsang setiap kali mukaku melewati daerahnya.

Lonjakan paling seru adalah saat akhirnya aku menempelkan bibirku dengan bibir kewanitaannya yang masih tertutup celana dalam sambil menjulurkan lidahku menyapu ke kiri dan kanan membasahi kain tipis yang memisahkan bibirku dengan daerah pribadinya yang paling rahasia itu. Keasyikanku terganggu saat terdengar ketukan di pintu kamar, aku pun beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu itu setelah terlebih dahulu membantu Nelly menutupi tubuh seksinya dengan selimut.

Kami samasama tidak mau ada orang lain yang dapat menikmati keindahan tubuhnya. Rupanya salah seorang temanku bermaksud mengambil handphonenya yang tertinggal di dalam kamar. Aku pun mengambilkan barang yang dimaksud sambil kakiku menahan pintu untuk tidak terbuka semakin lebar, memberikan kepada pemiliknya dan kembali mengunci pintu kamar.

Mau menelpon kemana sih di pagipagi buta seperti ini sampai menggangguku, pada saat ayam jago pun masih bermalasmalasan di tempat tidurnya. Ah itu bukan urusanku, saat ini aku masih punya urusan lain yang lebih penting dan jauh lebih nikmat tentunya.

Nelly menggeser duduknya sampai ke tepi ranjang saat aku kembali berjalan mendekatinya, ia memeluk pinggangku sesaat dan kembali memberikan pandangan khasnya. Ia lalu menggerakkan kedua tangannya melepaskan kaitan celanaku dan mendorongnya ke bawah lalu mengeluselus kejantananku yang sudah berdiri tegak siap tempur di balik celana dalam.

Tidak puas hanya mengelus, ia kemudian menarik turun celana dalamku dan menghadapkan kejantananku ke mukanya.

Its my turn now, Dear, katanya sambil mulai mendaratkan ciumanciuman kecil seluruh bagian kejantananku.

Ciumanciuman itu kemudian disusul dengan jilatanjilatan nikmat yang semakin menambah rangsangan di tubuhku. Andaikan aku tidak sedang berada di bawah pengaruh obat, tentu aku sudah dari tadi mencapai titik kepuasan karena rasa nikmat dan sensasi yang dihadirkan Nelly ke tubuhku. Ouah, benarbenar nikmat.

Rangsangan itu terus bertambah dan menjalari setiap senti tubuhku saat Nelly mulai memasukkan kejantananku ke dalam mulutnya dan mulai menghisapinya. Ia menghisap, menyedot dan menjilatinya seperti sedang menikmati sebuah es krim yang tidak akan pernah habis. Aku benarbenar menikmati permainan Nelly selama beberapa menit ke depan, sampai aku sudah benarbenar tidak tahan untuk tidak membalasnya.

Aku kembali merebahkannya di ranjang dan menggerakkan tanganku ke bawah untuk menarik pertahanan terakhir tubuhnya. Kini kami sudah samasama telanjang dan siap untuk melanjutkan pertempuran kami di ranjang. Kembali aku membenamkan kepalaku di antara kedua belah pahanya, menciumi dan menjilati bibir kiri dan kanan kemaluannya. Nelly mendesah setiap kali aku menyentuh kewanitaannya dengan lidahku. Harum kewanitaannya benarbenar tercium menambah keindahan pemandangan di depan mataku, bulubulu kemaluannya tampak tercukur rapi di atas klitorisnya.

Dan ke sanalah aku mengarahkan seranganku selanjutnya, aku mencumbu klitorisnya dengan kombinasi belaian lidah dan jarijemariku. Tubuh Nelly semakin menggelinjang dan bergerakgerak seperti cacing kepanasan. Ia kembali merengkuh kepalaku dan membenamkanya semakin dalam di daerah kewanitaannya sehingga aku susah bernafas dengan bebas.

Menit demi menit berlalu dan aku masih bermain di kewanitaannya, aku memberikan semakin banyak rangsangan kepada Nelly untuk membalas sensasi yang telah ia berikan kepadaku sampai akhirnya ia melonjak, mengejang dan melengkungkan tubuhnya sesaat. Ia telah mencapai orgasme pertamanya. Aku membiarkan ia menikmati gelombang orgasme pertamanya selama beberapa saat dengan terus memainkan lidahku dengan lembut di daerah sensitifnya.

Untuk beberapa menit ke depan ia terbaring lemas karena gelombang orgasme yang telah melandanya.

Wow, you are wonderfull, katanya. Kami memang sering memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi satu sama lain, untuk berlatih memperlancar pemakaian bahasa Inggris kami yang agak jarang dipergunakan.

Aku sendiri hampir dapat berbahasa Inggris dengan lancar karena aku bekerja di sebuah perusahaan asing yang memiliki banyak tenaga dari luar negeri.

Aku merebahkan tubuhku di sampingnya sambil mengecup mesra pipinya. Ia kemudian membalas dan kami pun mulai berFrench Kiss kembali. Ia menjulurkan tangannya ke bawah dan mulai mengusapi kejantananku kembali dan kembali memberikan sensasi yang luar biasa ke dalam tubuhku. Nelly lalu menegakkan badannya, bangkit ke posisi duduk dan kembali mengantar mulutnya untuk bermainmain dengan kejantananku. Aku menikmatinya sesaat sebelum akhirnya menarik tubuhnya ke atas tubuhku. Kami pun bersixty nine.

Kali ini aku mulai memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya, menggerakkannya dengan halus di dalam liang tersebut dan perlahan tapi pasti bergerak menuju titik GSpotnya. Nelly kembali mengejang saat jariku menyentuh GSpotnya, ia berhenti bermain dengan kejantananku untuk beberapa saat untuk menikmati rangsangan yang sedang melanda tubuhnya dari titik GSpot tersebut. Aku dapat mendengarnya mendesahdesah pelan setiap kali aku menggerakkan jariku di dalam liangnya. Dan desahan itu semakin keras saat aku mulai menyertakan lidahku untuk membelaibelai klitorisnya dari luar.

Rangsangan yang menjalari tubuh kami rupanya sudah semakin hebat dan kami pun bergerak lebih lanjut untuk menyelesaikan permainan ini. Theres no way of turning back now Nelly bergulir ke sampingku, memutar posisi tubuhnya sehingga kami dapat berciuman kembali dan kembali menaikkan tubuhnya ke atas tubuhku. Tangannya menjulur ke bawah menggapai kejantananku untuk dibimbing menuju liang kewanitaannya.

Ia mendesah kembali saat ujung kejantananku menyentuh permukaan kewanitaannya, ia menggesekgesekkannya sebentar di bibir kemaluannya dan mulai menurunkan pantatnya menyambut kejantananku saat ia merasa posisinya sudah tepat. Ternyata foreplay yang lama ini belum cukup untuk membuat kejantananku dapat memasuki kewanitaannya dengan lancar tanpa halangan. Dindingdinding kewanitaannya terasa begitu kencang menjepit batangku yang berusaha mencari jalan masuk.

Rupanya Nelly pun merasakan hal yang sama, ia bergerakgerak sedikit untuk mempermudah kejantananku mencari jalan. Dan akhirnya setelah beberapa menit bekerja keras seluruh batangku dapat tertanam dengan mantap di liang kewanitaannya.

Kami mendesah nikmat bersamaan dan terdiam sesaat saat ujung kejantananku terasa menyentuh ujung rahimnya. Kurasakan betapa dindingdinding dalam kewanitaannya begitu erat menjepit dan memijat kejantananku, rupanya inilah gunanya mempelajari senam seks. Nelly pernah menceritakan kepadaku bahwa senam yang satu ini dapat melatih wanita mengatur otototot kewanitaannya untuk menghadirkan sensasi yang luar biasa bagi lawan mainnya.

Sensasi tersebut berganti sensasi lainnya saat Nelly mulai menggerakkan pantatnya naik turun, membuat kejantananku bergerak keluar dan masuk liang kenikmatannya. Aku pun tak mau diam saja, aku mengangkat pantatku naik dan mendorong kejantananku melesak makin dalam saat Nelly menurunkan pantatnya. Aku mencoba menggesek GSpotnya dengan kejantananku, dan rupanya berhasil.

Tidak hanya itu saja, aku juga menggerakkan kedua tanganku untuk meremasremas kedua bukit indah dengan putingnya yang tampak di depan mataku sesekali juga aku menghisap kedua puting itu bergantian untuk menambah rangsangan bagi kami berdua.

Nelly mendesah dan bergerak semakin seru setiap kali kejantananku menghantam ujung rahimnya. Semakin lama gerakan kami berdua semakin cepat dan semakin menguras tenaga, sampai akhirnya Nelly mengejang dan melengkungkan badannya kembali. Gelombang orgasme kedua telah melandanya.

Ia tampak masih berusaha meneruskan gerakangerakan naik turunnya untuk menikmati orgasmenya yang kedua sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya yang lemas di atas tubuhku dan terdiam untuk beberapa saat. Tubuhnya bermandikan keringat, padahal udara ruangan cukup dingin karena hari sudah mulai pagi dan AC yang menyembur kencang. Aku mengambil selimut yang berada di sampingku dan menebarkannya untuk menutupi tubuh kami berdua supaya tidak masuk angin.

Kamu hebat, aku sudah dua kali sedangkan kamu belum juga, katanya memecah keheningan diantara kami.

Mungkin ini karena pengaruh obat, jawabku.

Ya, aku yakin narkoba lah yang telah menambah daya tahanku. Lets do our favorite style, katanya lagi.

Kebetulan kami memang punya gaya favorit yang sama yaitu gaya anjing, kami pernah membicarakan hal ini meskipun kami belum pernah melakukannya bersama. Kami hanya bercerita bahwa pernah melakukannya dengan partner kami sendirisendiri. Dari situlah aku tahu bahwa seks bukanlah hal yang asing baginya. Kami pun mengambil posisi untuk melanjutkan permainan kami (seperti mau lomba lari saja).

Nelly mengambil posisi merangkak di atas ranjang dengan kedua tangan berpegangan pada sandaran ranjang sementara aku mengambil posisi di belakangnya dan mulai mengarahkan kejantananku untuk kembali memasuki liang kewanitaannya. Kali ini aku dapat menanamkan kejantananku di tempat tujuannya tanpa banyak perjuangan, tapi tetap saja terasa betapa otot liangnya meremas dengan kuat setiap senti batangku saat bergerak masuk.

Aku kembali menggerakkannya keluar masuk saat kurasa posisiku sudah mantap. Nelly pun ikut berpartisipasi aktif menggerakkan pantatnya ke kiri, kanan dan berputarputar dengan erotis menyambut gerakanku Setiap gerakan menghadirkan rangsangan dan sensasi yang berbeda bagi kami berdua. Kami tidak bertahan lama dalam posisi ini karena dalam beberapa menit saja aku sudah merasakan gelombang orgasme yang kutunggutunggu akan segera melanda.

Aku semakin mempercepat gerakanku dan membuat Nelly juga semakin mempercepat gerakannya. Akhirnya gelombang orgasme terakhir kami datang bersamaan dan kami masih terus bergoyang untuk menikmatinya sambil aku merasakan kejantananku berdenyutdenyut mengeluarkan lahar panas di dalam kewanitaan Nelly membasahinya sampai ke bibir bagian luar. Kami berdua terkulai lemas sesaat setelah gelombang orgasme itu melanda.

Aku membenarkan posisi tidurku agar tidak menindihnya, mengambil selimut dan kembali menyelimuti badan kami yang basah oleh keringat. Kami pun tertidur berpelukan untuk beberapa saat. Selang beberapa saat kemudian kami pun kembali berpakaian dan keluar dari kamar untuk kembali bergabung dengan temanteman yang lain.

Beberapa teman tampak memandang sesaat saat kami melangkah keluar dari kamar dan kemudian kembali dengan kesibukannya masingmasing. Aku menuju dapur untuk mencari minuman bagi kami berdua, pengaruh obat sudah tidak kurasakan lagi di kepalaku, hanya ada memori indah tentang apa yang baru saja terjadi di antara aku dan Nelly.

Aku bersandar di dinding dapur sambil merengkuh Nelly ke dalam pelukanku. Nelly pun merapatkan tubuhnya ke dadaku sambil sesekali mereguk minuman kaleng yang kuberikan. Kami memandangi sinar matahari yang mulai tampak menghiasi kaki langit. Pemandangan yang begitu indah tapi jauh lebih indah memori yang telah kami ukir semalam.

Memori indah tersebut sampai kini masih ada di kepalaku walaupun aku sudah tidak tahu dimana Nelly kini berada. Kami putus hubungan dan aku kehilangan jejaknya beberapa bulan setelah malam di apartemen itu. Kabar terakhir yang kudengar bahwa ia akan segera menikah di akhir tahun ini, itu berarti tidak ada lagi kesempatan bagi kami untuk mengukir lebih banyak kenangan indah bersama.


Well, tidak untuk bersama Nelly tetapi aku sendiri masih dapat mengukir banyak kenangan indah lain bersama wanitawanita lainnya. Hanya saja apakah kenangan itu akan seindah kenanganku bersama dia? Thats another story guys and I promise to tell you if I have the chance So Well see about that See you later, thanks.

Minggu, 29 April 2018

Prediksi Togel Minggu 29 April 2018

>>> SINGAPOREPOOLS <<<

ANGKA MAIN : 7 1 5 8
Top 2D : 01 17 25 38 41
Cadangan 2D : 58 67 71 85 98
TOP SHIO :  Kuda Tikus Ayam
COLOK BEBAS : 1 5 8
AS : 0 2 3
KOP : 4 6 9
KEPALA  : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Itu adalah bantuan saya melihat pagar Kosku setelah terjebak dalam kemacetan lalu lintas di kampus. Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan di 21:05 yang berarti saya telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam lalu lintas Jakarta mengalir yang begitu mengerikan.

Setelah parkir mobil saya, saya bergegas ke kamarku dan kemudian segera melemparkan penatku tubuh ke tempat tidur tanpa kesempatan lagi untuk menutup pintu kamar tidur.

Baru saja mata tertutup, tiba-tiba aku dikejutkan oleh ketukan di pintu kamarku yang disertai dengan teriakan keras dari suara yang sudah sangat akrab.

“Ko, Anda baru saja pulang juga?” Guntur suara Devi memaksa mata saya untuk melihat asal suara itu.

“Ya, apa yang Memangnya salah berteriak?” Aku menjawab marah sambil mengusap mata saya.

“Saya ingin memberitahu kenalin sepupu saya yang baru tiba dari Bandung” katanya, tangan kirinya menarik tangan seorang gadis ke kamarku.

Aku melihat gadis yang disebut sepupunya Devi, tersenyum Aku mengulurkan tangan kanan saya di “Hai, nama saya Rio” nya

“Desi” katanya sederhana, tersenyum padaku.

Sementara mereka senyum manis saat itu, mataku menemukan sosok setinggi sekitar 167 cm, walaupun dengan perawakan agak gemuk tapi kulit putih bersih yang tampaknya untuk menutupi bagian tersebut.

“Rio adalah teman baik saya sering saya ceritain ke kamu” disalurkan Devi ke Desi.

“Oh ..”

“Nah, sekarang kalian berdua sudah tahu nama masing-masing, jika Anda akan menemukan waktu untuk memanggil satu sama lain, saya ingin mandi dulu dengan baik, Daag ..” Devi berkata sambil berjalan keluar dari ruangan.

Aku merespon dengan kata-kata Devi baru saja kembali tersenyum ke Desi.

“Indah juga merupakan sepupu dari Devi ini” pikirku.

“Desi ke Jakarta untuk liburan yah?” Saya bertanya kepadanya.

“Ya, karena aku bosan di Bandung hanya” katanya.

“Loh, apa yang Anda tidak belajar?”

“Tidak, setelah sekolah tinggi saya hanya membantu-bantu Papa menulis, kuliah malas pula.”

“Rencananya berapa lama di Jakarta?”

“Yah .. sekitar 2 minggu deh”

“Rio ke kamarku Devi pertama dengan baik, mandi terlalu”

“Baik”

Tersenyum lagi dia berjalan keluar dari ruangan. Aku melihat kembali Desi yang berjalan perlahan menuju ruang Devi. Aku menatap bra hitamnya yang terlihat jelas dari balik kemeja putih ketat yang membaluti tempat bertenggernya bongsor bahwa sementara membayangkan yang juga payudara montok.

Setelah menutup pintu kamarku, aku merebahkan tubuhku kembali ke tempat tidur dan hanya langsung aku tertidur.

“Ko, bangun dong”

Saya membuka mata saya dan mendapatkan Devi yang sedang duduk di tepi tempat tidur sambil menggoyangkan lutut saya.

“Ada apa?” Aku bertanya dengan nada marah setelah kedua kalinya dibangunkan.

“Bagaimana marah pula, karena aku baik aku bangunin. Liat sudah pada apa yang mereka belom mandi!”

Aku melirik jam dinding saya sejenak.

“Pada 11, weve mengapa jika saya memiliki mandi?”

“Kan Anda ingin ngetikin tugas janji saya kemarin”

“Oh Devi.. bisa besok ..”

“Aku tidak bisa, kumpulnya tepat besok pagi”

Aku melompat dan mengambil peralatan mandi saya terlepas dari ocehan yang terus keluar dari mulut Devi.

“Baik, aku mandi dulu, Anda mengaktifkan tuh komputer!”

Tulisan di layar komputer tampak kabur di mataku.

“Gila, sudah pada 1, tugas belum selesai betul” gumamku dalam hati.

“.. Tok Tok Tok .. ..” terdengar diketok pintu dari luar.

“Silahkan masuk!” Aku berteriak tanpa menoleh ke arah sumber suara.

Suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras bahwa itu membuat saya akhirnya berbalik juga. Saya menemukan terkejut ketika ternyata bahwa entri Desi.

“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” dengan senyum malu-malu dia membuka percakapan.

“Loh, kenapa tidak tidur?” Aku menatapnya lagi dengan heran.

“Ya ya, tidak tahu mengapa tidak bisa tidur”

“Devi mana?” Aku bertanya lagi.

“Dari awal sudah tidur tetap”

“Saya mendengar dari dia Elo lagi buatin tugasnya dengan baik?”

“Ya ya, tapi tidak selesai, lebih neraka kecil”

“Benar-benar ngetikin neraka?” Dia meminta dia untuk saya dan berdiri tepat di samping kursi saya.

Aku tidak menjawab karena saya menyadari mulutnya dekat dengan wajahku dan posisi saya yang membuat kepala saya duduk di kursi tepat di sebelah dadanya.

dengan menoleh sedikit ke kiri, aku bisa melihat bahwa lengannya lancar karena ia hanya mengenakan model baju tidur tanpa lengan. Saat ia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku bisa melihat terlalu sedikit dari BHnya berwarna krem ​​yang sekarang muda.

“Sialan .. Anda sangat harum, memakai parfum Apa ini?”

“Tidak ada parfum, lotion saya waktu”

“Lotion bercinta, membuat ya terangsang” candaku.

“Body Shop White Musk, benar-benar membuat terangsang sih?” Dia bertanya dengan senyum kecil.

“Ya ya nyata, terangsang saya ya sudah”

“Benar-benar? Berarti sekarang sudah terangsang dong”

Saya juga agak terkejut dengan pertanyaan itu.

“Jangan bilang dia lagi memikat saya ya ..” Saya berpikir sendiri.

“Hanya apa yang Anda tidak takut jika aku berpaling yang sama kepada Anda?” Aku bertanya iseng.

“Tidak, apa yang Anda harapkan jika terangsang sama saya juga berani melakukan?”

“Aku menciummu ntar” aku memberanikan diri.

Tanpa pikir dia melangkah dari kiri ke arah depan saya jadi itu di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputer saya.

“Benar-benar berani menciumku?” Tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.

“Wah kesempatan nih” pikirku lagi.

Aku bangkit dari dudukku, mendorong kursi saya kembali sedikit jadi sekarang aku berdiri tepat di depannya.

Sementara wajah saya lebih dekat ke wajahnya aku bertanya “Bener ya jangan marah jika saya mencium bau?”

Dia hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan saya.

Tanpa pikiran lain saya langsung mencium lembut bibir. Desi menutup matanya ketika dia menerima ciuman. Aku memainkan ujung lidah saya ke mulutnya perlahan untuk menemukan lidahnya yang segera menarik bersama-sama dan bermain dengan satu sama lain ketika mereka bertemu. Eureka sentuhan erotis yang membuat saya bahkan lebih bersemangat dan segera mandi bibir lembut dengan lidah saya. cerita seks ABG BANDUNG

Sambil terus menjajah bibir perlahan membimbing saya Desi tidur. dengan mata masih tertutup dia pikir ketika saya berbaring di tempat tidur. erangan halus Didesahkan yang membuatnya lebih bersemangat dan segera pindah lidahku ke leher dan turun ke daerah dada.

Setelah menanggalkan pakaian, tangan yang kususupkan sibuk melihat ke belakang untuk menghubungkan bra dan segera aku melepas segera setelah saya menemukan.

hanya dengan satu tarikan terlepaslah menutupi dadanya dan dua bukit putih mulus dengan puting merah muda yang segera diposting kecil yang indah di depan saya. Aku meremas susu perlahan dua mulut besar tapi sayg tidak begitu kenyal yang tampak sedikit lembek.

puting kecil yang tak luput serangan lidahku. Setiap saya menjilat puting kecil, Desi mendesah pelan dan itu membuat saya lebih terangsang saja.

Entah bagaimana kata ayam yang sudah dibentuk tapi terjepit antara celana dan selangkangan.

Putingnya kecil yang agak merepotkan bagi saya sebagai payudara mengisap secara bergantian dari kiri ke dada kanan, tidak mendesah dan gerakan tubuhnya yang menyarankan ia juga terangsang saya tidak bisa menahan segera pergi ke lemak perut sedikit.

Tapi ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba ia memegang tangan saya.

“Apakah Doni!”

“Mengapa?”

“Jangan terlalu jauh ..”

“Nah, waktu untuk berhenti setengah jalan, menanggung ya ..”

“Intinya mungkin ada” setengah berteriak Desi bangkit dan duduk di tempat tidur.

Saya melihat dua susu tergantung dengan anggun di depan saya.

“Miskin ama ya, sudah berdiri dari tadi, mengatakan periode bobo lagi?” Aku bertanya, menunjuk ke arah mulut ayam bengkak menonjol dari balik celana pendek.

Tanpa saya pikir lagi, tiba-tiba celana Desi meloroti ditambah semua pakaian saya.

Aku terdiam ketika dia melakukannya, saya pikir mungkin dia berubah pikiran.

Tapi ternyata ia kemudian menggenggam penisku dan perlahan mengocok dengan penisku naik dan turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan diri terhadap dinding ruangan dan masih dengan posisi jongkok di depanku Desi tersenyum sambil terus menggoyang penisku tapi lebih cepat dan lebih cepat.

Nafasku memburu kencang dan saya berdegub jantung semakin tidak menentu membuat, meskipun saya sangat sering masturbasi, tapi pengalaman terguncang oleh seorang gadis adalah yg pertama bagi saya, belum lagi pandangan dari dua susu gemuk yang ikut bergoyg bagi pemilik gerakan yang menocok ayam bergantian dengan tangan kiri dan kanan,

“DESS.. keluar ya ..” kataku pelan, menutup matanya meresapi kesenangan ini.

“Tunggu sebentar, tunggu Ko ..” katanya, melepaskan kocokannya.

“Loh kok dirilis?” Aku bertanya heran.

Tanpa menjawab pertanyaan, Desi dada lebih dekat ke arah penisku dan tanpa kesempatan aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan susu dua besar itu. sensasi luar biasa saya dapatkan dari mulut penisku dijepit oleh dua gunung kembar yang membuat saya terkesiap terengah-engah. Sebelum aku bisa bertindak apa-apa, yang ia kembali mengocok-penisku terjepit di antara dua susu yang sekarang ditahan dengan menggunakan kedua tangan.

Kali ini seluruh tendon dan sendi seluruh saya juga merasa bahwa kesenangan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangan sebelumnya.

“Ini baik bukan Ko?” Dia bertanya lembut padaku dan menatap mataku.

“Gila .. mengerikan Sayg terus mengguncang bahwa ketat .. ..”

Aku pindah tanganku yang masih merokok pahanya menuju balasan halus. Setiap sekarang dan kemudian berbalik ke belakang untuk merasa bahwa keledai lembut.

“Ahh .. ohh ..” desahnya pelan, kembali menutup matanya.

Kocok dan susu penjepit bahwa sulit mendapatkan saya mengigau.

“DESS.. aku keluar ..”

Aku bisa berdiri lagi semprot lahar panas saya yang kental segera menyembur keluar dan membasahi leher dan bagian dari wilayah dadanya. Seluruh tubuhku lemas segera dan hanya bisa bersandar di dinding ruangan.

Aku melihat nanar ke mulut Desi saat itu bangkit dan mencari tisu untuk membersihkan sperma saya. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya

“Kau tidak senang”

Aku mengangguk, tersenyum kembali.

“Jangan bilang siapa-siapa, baik, apalagi sama Devi ” ia memperingatkan sambil meletakkan bajunya kembali bra lampau dan melemparkannya di suatu tempat.

“Kedengarannya .. kali saya mengatakan-katakanlah, maka Anda tidak ingin lagi ngocokin me”

Desi kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjang dia menuju pintu.

“Aku membersihkan sumur pertama, setelah itu akan bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.

“Terima kasih DESS yah yah .. besok di sini lagi” kataku, menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Desi.


Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang baru saja berlalu, mimpi apa aku semalam bisa memiliki keberuntungan seperti ini. Aku menunggu dengan tidak sabar untuk tiba besok, siapa tahu bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin suatu hari nanti aku bisa merasakan kenikmatan dari Desi surga lubang, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku pertama.

Sabtu, 28 April 2018

Prediksi Togel Sabtu 28 April 2018....

>>> SINGAPOREPOOLS <<<

ANGKA MAIN : 6 4 2 7 
Top 2D : 06 14 27 32 46
Cadangan 2D : 57 64 72 86 92
TOP SHIO : Kerbao Kelinci Naga
COLOK BEBAS : 2 6 7
AS : 0 1 3
KOP : 5 8 9
KEPALA  : Kecil / Genap
EKOR : Besar / Ganjil
Pagi itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Pass. Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun pagi. Rumput di halaman villa masih basah.

Di dalam bathtub yang berisi air hangat, Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu, dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni punggungnya.

Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika menggeliatkan badannya. Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin dipenuhi buih-buih sabun.

Pangkal pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh vagina sempit nya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.

“Debby sangat mencintai Theo,” bisiknya.

Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Theo.

Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil menarik nafas panjang.

Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu. Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar tubuhnya.

“Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini..” ujar Theo.

Bola mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.

Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina sempit gadis itu.

Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.

“Theoo.., Theo nakal!” desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.

Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.

Tak lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo. Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.

Karena vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya.

Membakar birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.

“Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali.

Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vagina sempit nya. Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.

Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya.

Dan diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.

Kedua buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.

“Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh..” rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.

Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang.

Diangkatnya tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.

Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya vagina sempit itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.

Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun.

“Aarrgghh..!” rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.

Ia merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.

Ketika menengadah, ia melihat batang kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu. Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.

Setelah puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi ‘cep’ ketika ia melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.

Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang kemaluannya.

Setelah berdiri, Debby merasakan telapak tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di antara bibir vagina sempit nya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali.

Theo agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.

“Argh, aarrgghh.., Theo!” rintih Debby.

“Masih sakit?” tanya Theo.

“Sakit dikit..” jawab Debby.

Theo menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina sempit gadis itu. Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!

“Masih sakit, Sayang?”

“Hmm!”

“Sakit?”

“Enaak.., Theo!”

Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya.

Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya! Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta.

Mungkin muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada.

“Aarrgghh..!” rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.

Ia terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.

Semakin sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya.

Menarik dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar ‘cepak-cepak’ yang merdu setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali mendengar suara ‘cepak’ itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun.

“Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!”

“Theoo.., Debby pipiis..!”

Rintihan itu membuat Theo semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya.

Tapi orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.

“Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!” raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.

“Theoo.., sstt, sstt..” desis Debby berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu ‘menembak’ mulut rahimnya.

‘Tembakan’ yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. ‘Tembakan’ kedua dan ketiga membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Theo.

“Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!” rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu.

“Theoo.., sstt.., sstt..!” desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!

Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya,

di tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina sempit itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!

“Puas, Sayang?” bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.

“Puas banget!”

“Theo sangat menyayangi Debby.”

“Debby juga sangat sayang pada Theo,” kata Debby sambil mencium bibir Theo.

Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina sempit milik Debby.

Kamis, 26 April 2018

Prediksi Togel Kamis 26 April 2018....

>>> SINGAPOREPOOLS <<<

ANGKA MAIN : 7 8 4 1
Top 2D : 07 18 24 31 47
Cadangan 2D : 58 64 71 87 98
TOP SHIO : Kuda Anjing Monyet
COLOK BEBAS : 1 7 8
AS : 0 2 3
KOP : 5 6 9
KEPALA  : Kecil / Genap
EKOR : kecil / Ganjil
Pagi pagi sekali Susilo Bangun. Dia tampak agak terperanjat, sepertinya kaget. Tergagap matanya memandang ke arah jam di dinding kamarnya. Saat itu jam menunjukkan pukul 6.15 menit. Dia kemudian menengok ke samping. Tampak istrinya sudah tak ada disampingnya. Tentulah Nina sudah bangun dari tadi.

Dengan agak malas, Susilo pun turun dari tempat tidur. Menggerakkan bagian – bagian tubuh sambil menguap, kenudian bangun dan menyambar handuk. Lalu melangkah keluar kamar, menuju ke belakang dimana kamar mandi berada.

Di dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi, tampak istrinya yang sedang memasak. Tentunya untuk sarapan pagi.

“Sudah bangun, Mas?” sapa Nina.

“Iya. Hari ini aku harus berangkat lebih awal.”

“Memangnya kenapa?”

“Hari ini di kantor ada acara pergantian pimpinan,” jawab Susilo seraya membuka pintu kamar mandi. Kemudian melangkah masuk dan menutup pintu kamar mandi kembali. “Nin, tolong siapkan pakaianku…”

“Iya. Memangnya mau berangkat sepagi ini?”

“Jam tujuh aku harus sudah sampai di kantor untuk mempersiapkan segala sesuatu keperluan penyambutan pimpinan baru, “ jawab Susilo dari dalam kamar mandi. Dan tak lama kemudian, terdengar suara air bergecipak mengguyur tubuh.

Nina segera meracik kopi dan menyedu dengan air panas. Setelahitu, dibawanya kopi itu ke ruang makan di mana biasanya mereka melakukan sarapan pagi. Setelah itu, Nina menuju ke kamar. Dirapikannya tempat tidur. Dilipatnya selimut. Kemudian dia menuju ke lemari pakaian. Dibukanya lemari, dan di ambilnya sesetel pakaian kerja untuk suaminya. Meletakkannya diatas kasur. Lalu setelah itu, Nina kembali keluar. Langsung menuju ke dapur untuk meneruskan masak. Dia harus mempersiapkan sarapan lebih cepat, agar suaminya bisa sarapan pagi di rumah.

Dari kamar mandi, Susilo keluar dengan tubuh di lilit handuk.

“Sudah kau siapkan pakaianku, Nin?”

“Sudah, Mas.”

“Sudah matang masakannya?” tanya Susilo dengan wajah menunjukkan tak sabar.

“Sebentar lagi, Mas. Tinggal menumis. Kenapa memangnya?”

“kalau masih lama, biar aku sarapan di kantor saja.”

“Nggak kok, Mas. Tak lama. Paling lima menit.”

“Hm, baiklah. Aku berpakaian dulu…”

Susilo meneruskan langkahnya, meninggalkan ruang belakang. Masuk keruang tengah dan melangkah ke kamar tidur untuk mengenakan pakaian. Sedang Nina agak terburu – buru, berusaha menyelesaikan masakannya untuk sarapan pagi suaminya yang tampaknya tak sabar memburu waktu.

Lima menit kemudian, Susilo sudah keluar dari kamar dansudah berpakaian rapi. Siap untuk berangkat ke kantor. Dia menuju ke dapur dimana istrinya masih sibuk memasak.

“Bagaimana, sudah selesai?”

“Belum, Mas. Paling sebentar lagi.”

Susilo memandang ke arlojinya. Saat itu jam sudah menunjukkan angka 6.45, berarti hanya ada waktu 15 menit baginya. Kalau menunggu sampai istrinya selesai memasak, dia kawatir akan terlambat sampai di kantor. Karena itu, akhirnya Susilo memutuskan untuk tidak menunggu sampai istrinya selesai memasak.

“Sebaiknya aku sarapan di kantor saja nanti, Nin.”

“Tap, Mas…”Nina mencegah dengan wajah kecewa. Kalau suaminya tak sarapan di  rumah, berarti sia-sia dirinya memasak.

“Maaf, Nin, waktuku tak ada. Aku harus tiba di kantor jam tujuh. Sedang sekarang sudah jam enam lewat empat puluh lima menit… Oh ya, kau sudah buatkan aku kopi, kan?”

Nina mengangguk, masih dengan wajah menunjukkan kekecewaan.

Melihat istrinya tampak murung dan kecewa karena dia tak bisa sarapan pagi bersama di rumah, Susilo dengan bibir tersenyum menghampiri istrinya. Dipegangnya pundak Nina, lalu dengan lembut berkata : “Aku mengerti perasaanmu, Nin. Kau memang istri yang baik, yang ingin menunjukkan pengabdianmu pada suami. Tapi cobalah untuk mengerti. Aku hanya pegawai kecil yang harus mematuhi perintah atasan. Kalau atasan menyuruhku datang jam tujuh, maka aku pun harus mematuhi perintahnya. Nah, semoga kau mau mengerti.”

Nina akhirnya menyadari keadaan suaminya yang memang hanya pegawai kecil. Yang senantiasa patuh pada atasannya. Dan sebagai istri, dan sebagai istri dia harus bisa memberikan dorongan semangat dan membantu meringankan beban bagi suaminya. Dia pun akhirnya tersenyum, sambil merebahkan kepala di dada Susilo yang menerimanya dengan penuh kasih. Lalu dengan masih berpelukan keduanya melangkah ke ruang makan.

Susilo melepaskan pelukannya, mengambil gelas berisi kopi buatan istrinya. Kemudian setelah membuka penutup gelas, dia pun menyeruput kopi panas itu beberapa kali.

“Aku berangkat dulu, ya?” katanya lembut sambil mengecup kening istrinya dengan kecupan yang tak kalah lembut dan penuh kasih.

“Hati-hati, Mas.”

Susilo tersenyum dan mengangguk. Kemudian dengan di antar Nina sampai di teras rumah kontrakannya, Susilo pun pergi meninggalkan istrinya untuk berangkat kerja.

Setelah suaminya hilang di tikungan gang, Nina pun kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya untuk meneruskan memasaknya. Namun Sesampainya di dapur, Nina jadi termenung sendiri. Untuk apa dia masak, toh suaminya sudah pergi tak sarapan pagi di rumah. Kalau pun untuk makan malam, tentu masakannya akan basi.

Di turunkan sumbu kompor, kemudian Nina pun duduk termenung di kursi dapur. Di helanya nafas panjang dan berat. Ingatannya seketika melayang pada beberapa tahun yang silam, ketika dia masih gadis.

Dulu, banyak pemuda yang tergila-gila kepadanya. Banyak pemuda anak orang kaya yang berusaha untuk mendapatkan dirinya. Namun Nina justru memilih Susilo, yang hanya tamatan SMA dan anak orang tak punya. Bahkan, sudah di tinggal mati oleh ayahnya semenjak masih kelas enam sekolah dasar.

Nina mencintai dan menyukai Susilo, bukan karena semata Susilo memang tampan. Tapi ada yang jauh menarik pada diri Susilo dalam penilaian Nina, yaitu sifat mandirinya. Bayangkan saja, sejak di tinggal mati ayahnya, Susilo berjuang hidup sendiri. Sambil sekolah, dia bekerja menjual koran. Dari hasil menjual koran itu, Susilo bisa membiayai sekolahnya dan juga memberi makan ibunya yang sakit-sakitan yang akhirnya meninggal dunia, saat Susilo baru duduk di bangku kelas tiga SMP.

Setamat SMP, dengan ijazah SMP-nya, Susilo pergi merantau ke Jakarta. Mungkin dia merasa, kalau hanya tinggal dikota kecil madiun, hidupnya kurang bisa berkembang. Dengan modal ijazah SMP-nya, Susilo kemudian melamar bekerja di sebuah perusahaan sebagai pesuruh kantor.

Atas kebaikan pimpinan perusahaan, Susilo diterima. Lagi-lagi, Susilo yang mandiri dan tak mau menyerah, berusaha untuk meningkatkan pendidikannya. Maka sambil bekerja, sore harinya dia pun meneruskan sekolah di sebuah SMA swasta yang dikhususkan untuk orang-orang yang sudah bekerja.

Dan akhirnya Susilo pun lulus dari SMA. Maka seiring dengan peningkatan pendidikannya, kedudukan Susilo pun meningkat pula. Dari pertama hanya sebagai pesuruh kantor, akhirnya setelah mengikuti tes kepegawaian yang diadakan oleh perusahaan, serta di tambah lagi dengan pengabdiannya selama ini, Susilo akhirnya diangkat menjadi staf dengan jabatan kepala staf Umum, yang membawahi para pesuruh, klining service, dan kurier.

Nina mengenal Susilo, bukan tidak lama. Dia dan Susilo adalah teman sekolah dari Sekolah Dasar sampai SMP. Jadi, sembilan tahun lamanya Nia mengenal Susilo.

Mulanya, Nina memang tak begitu perduli apalagi memperhatikan Susilo. Namun semenjak mereka duduk di bangku SMP, Nina mulai mengagumi Susilo. Dia kagum pada keuletan dan kemandirian Susilo. Dan dari rasa kagum itu, tumbuh di hati Nina benih-benih cinta pada Susilo. Dan tampaknya, begitu pula halnya dengan Susilo. Sayang, waktu itu mereka masih belum dewasa. Belum berani mengutarakan cinta. Ditambah lagi, keadaan status ekonomi mereka yang jauh berbeda. Semakin membuat Susilo segan untuk mengungkapkan perasaannya.

Namun, semenjak Susilo berada di Jakarta dan mulai bekerja, perasaan ingin mengungkapkan isi hatinya pada Nina semakin menggembu. Meski hatinya agak sedikit bimbang dan ragu apa mungkin Nina yang cantik dan putri orang kaya mau menerimanya sebagai teman? Tetapi, kenapa tidak dia coba? Diterima syukur, tidak pun tak apa-apa. Susilo harus maklum dan menyadari siapa dirinya dan siapa Nina.

Dengan masih menyimpan keraguan, Susilo pun iseng-iseng mengirim surat ke Nina. Mulanya menanyakan bagaimana kabarnya serta mengingatkan siapa dirinya.

Tak disangka, ternyata Nina masih ingat pada dirinya. Bahkan, tanpa Susilo duga, Nina berkenan membalas suratnya dan balik menanyakan keadaan dirinya. Semenjak itu, mereka pun Saling bersurat-suratan. Mulanya hanya menanyakan kabar, namun lama kelamaan Susilo memberanikan diri menanyakan apakah Nina sudah punya pacar? Yang di balas oleh Nina dengan mengatakan : belum. Bahkan Nina dengan berani balas bertanya : kenapa memangnya? Apa kamu punya keinginan menjadi pacarku ?

Menerima surat itu, Susilo semula masih bimbang dan ragu. Hatinya pun bertanya-tanya : apa pernyataan Nina itu sungguh-sungguh, atau hanya bercanda.

Untuk membuktikan apakah pernyataan Nina sungguh-sungguh atau bercanda, suatu hari setelah tamat SMU dan sudah di angkat menjadi staf perusahaan dan ketika ada waktu cuti, Susilo pulang ke kampunghalamannya di mana Nina tinggal.

Sungguh tak disangka, mendengar Susilo datang, Nina waktu itu duduk di bangku kuliah langsung menemui Susilo dan kemudian, mengajak Susilo pergi jalan-jalan ke pantai.

Di pantai itulah, keduanya saling mengungkapkan isi hati masing-masing. Dan ternyata cinta mereka tak bertepuk sebelah tangan. Baik Nina maupun Susilo, ternyata selama ini menyimpan perasaan cinta.

“Jadi . . . Kau benar mau menerima cintaku?”  tanya Susilo yakin. Matanya menatap lekat ke wajah Nina, seakan berusaha untuk mencari kepastian atas keraguannya.

“Ya,” tegas Nina Mantap, sambil balas menatap lekat ke wajah Susilo yang tampan.

“Tapi… Aku hanya…”

“Aku mencintaimu, bukan karena harta, Sus,”potong Nina. “Kalau aku memandang harta, bukankah sudah dari dulu kuterima saja lamaran Bowo, anak pak camat. Namun aku mencintaimu, karena aku menilai kau lelaki yang bertanggung jawab, yang bisa mandiri. Dan aku yakin, bersamamu aku akan mendapatkan cinta kasih serta perlindungan dan tanggung jawab yang kuinginkan.”

Mengetahui putrinya berhubungan dengan Susilo, orang tua Nina marah. Mereka kemudian berusaha memisahkan cinta Susilo dengan anaknya. Bahkan, karena Nina tetap nekad berhubungan dengan Susilo, kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkan Nina dengan Bowo, putra Pak Camat yang ngebet dan tergila-gila pada Nina.

Tak mau menikah dengan lelaki yang tidak dicintai, Nina pun nekad kabur meninggalkan rumah. Dia minggat ke Jakarta menemui Susilo. Dan akhirnya mereka pun bertemu.

“Nina . . . kapan kau datang?” tanya Susilo waktu mendapatkan kekasihnya sudah berada di dalam rumah kontrakannya.

“Tadi siang.”

“Apa yang terjadi?”

“Aku kabur.”

“Kabur?” kening susilo mengerut. Matanya memandang lekat ke wajah kekasihnya, seakan berusaha untuk mencari tahu apa yang membuat kekasihnhya itu sampai kabur.

“Ya,”desah Nina lirih dan sedih.

“Kenapa?”

Dengan menangis sambil memeluk Susilo, Ninapun menceritakan apa yang terjadi yang sebagian sudah diketahui oleh Susilo, yaitu ketidak setujuan kedua orang tua Nina akan hubungan cinta mereka. Kemudian, karena Nina tetap nekad menjalin hubungan dengan Susilo, kedua orang tuanya bermaksud menikahkan Nina dengan Bowo, anak Pak Camat.

“Sus . . .”

“Ya?”

“Kulakukan semua ini, karena aku hanya mencintaimu. Karena itu, aku pun berharap kau tidak menyia-nyiakan pengorbananku,” pinta Nina.

“Tentu sayang. Aku berjanji akan mencintai dan menyayangimu sepenuh hati. . .”

Meski kedua orang tua Nina tak menyetujui, namun karena saling mencintai, keduanya pun akhirnya sepakat untuk menikah. Tak lupa, mereka tetap berusaha mengundang kedua orang tua Nina datang. Namun kedua orang tua Nina menolak datang, bahkan dengan marah ayah Nina membalas surat mereka yang isinya, sejak saat itu mereka tak lagi mau mengakui Nina sebagai anak mereka.

Nina mulanya menangis sedih setelah membaca surat dari orang tuanya. Namun akhirnya dia pun bisa menerima kenyataan yang ada. Dia sudah mengambil keputusan, maka apapun yang dia terima sebagai buah dari keputusannya, harus dia terima dengan lapang dada. Nina hanya berharap, kiranya Susilo akan senantiasa mencintai dan menyayanginya. Sebab hanya pada Susilo segalanya dia pasrahkan.

Lima tahun sudah mereka menikah, dan selama itu pula Susilo senantiasa tetap menunjukkan cinta kasihnya. Sehingga kesedihan hati Nina karena tak lagi diakui anak oleh orang tuanya, terhibur.


Nina menghela napas panjang, setelah mengingat masa lalunya. Lima tahun sudah dia menjadi istri Susilo –mendapatkan cinta kasih dari Susilo sebagaimana yang dia harapkan. Sayang, wakau sudah lima tahun menikah, di antara mereka belum juga hadir seorang anak sebagai buah dari cinta mereka. Padahal, Nina berharap kiranya Tuhan memberi mereka seorang anak. Karena dengan kehadiran seorang anak, Nina berharap kedua orang tuanya akan mau memaafkannya dan mau menerima dan merestui pernikahannya dengan Susilo.