>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 1 6 5 8
Top 2D : 08 16 21 38 45
Cadangan 2D : 55 61 78 81 96
TOP SHIO : Naga Kuda Anjing
COLOK BEBAS : 1 5 8
AS : 1 2 4
KOP : 7 8 9
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Udara pagi ini terasa sejuk
sekali, seakan menyambut baik datangnya hari Minggu ini. Secerah wajah tante
Ivone yg tengah bercengkrama dengan bunga bunga ditaman. Meskipun nampak
angkuh, namun kecantikan wajahnya tak dapat disembunyikan.
Aku baru saja selesai mandi dan
berniat ngeteh diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi
mataku melihat tante Ivone tengah asyik menikmati keindahan bunga ditaman depan
rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone nampak serius
memperhatikan tanaman itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ” balasnya tanpa
berpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda tan!? ” tanyaku lagi
setengah menawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya juga seraya membelakangiku.
Aku tak melihat tante Rita, Hendri ataupun Nita pagi ini. ” Ach, pada lari pagi
kali? ” fikirku dalam hati.
Aku kembali memperhatikan tante
Ivone yg membelakangiku. Mulai dari betisnya yang putih mulus meskipun nampak
kurus, pahanya yang lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun terbalut
celana pendek, namun terlihat jelas lekukannya. ” Coba dia bisa aku tiduri
seperti tante Rita ya? ” gumanku dalam hati. Belum habis lamunanku, tiba tiba
kulihat tubuh tante Ivone terhuyung lemah ingin tersungkur. Dengan cepat aku
meloncat dan memegangi tubuhnya yangg nyaris tersungkur itu, meninggalkan sisa
lamunan cabulku.
Kurangkul tubuhnya yangg mulus
dan terlihat lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir,
seraya memapah tubuh tante Ivone. “Kepalaku terasa pusing Fad” jawab tante
Ivone lemah. “Ya udah, istirahat aja didalam” saranku sambil terus memapahnya
ke dalam rumah. “Akhirnya aku bisa merangkulmu Vone” ucapku dalam hati. Ada
sejuta kebahagian dihatiku karna mampu merangkul tubuh si angkuh tersebut.
Setelah berada didalam rumah,
dengan perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu. Dengan menarik nafas
tante Ivone duduk dan bersandar di sandaran sofa. Setelah itu aku melangkah
meninggalkannya sendiri. Tak berapa lama aku kembali dengan segelas air hangat
dan mnghampiri tante Ivone yg tengah bersandar disandaran sofa. “Minum dulu
tan, biar enakan!” ujarku sambil mnyerahkan gelas berisi air hangat yangg
kubawa. Tante Ivone pun meminum air hangat yang kuberikan. “Makasih ya Fad”
ucapnya lemah sambil meletakan gelas dimeja yang ada didepannya.
“Kepalanya masih pusing ga tan!?”
tanyaku. Tante Ivone hanya menganggukan kepalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku
lagi. “E, em” jawab tante Ivone prlahan seakan tengah menahan sakit. Aku pun
sgera memijat mulai dari kepalanya dengan perlahan lahan, kemudian dahinya yang
dia bilang merupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, kenapa tante Fad!?” tanya Nita
yang baru saja pulang. “Tadi si tante hampir jatuh, kepalanya pusing Nit!”
jawabku. ” Terlalu capek kali!? ” ujar Nita sambil melangkah kedapur. “Dah agak
mendingan Fad” jelas tante Ivone dengan mata terpejam, menikmati pijatan
pijatan jariku. Terasa hangat dahinya bersamaan dengan rasa hangat yang
menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Ivone terasa menusuk kedua lobang
hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat dengannya.
“Masuk angin kali tan, dahinya
agak anget ne!? ” jelasku, berupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali?
“ujarnya pula, seakan mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani lebih
jauh. “Mau dikerikin ga!?” tanyaku dengan penuh haraf kepadanya. “Memang kamu
bisa!?” tante Ivone balik bertanya. Membuat hatiku terasa brdebar tak karuan.
“Ya bisa… ” jelasku dengan cepat, takut tante Ivone brubah pikiran lagi. “Ya
udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Ivone. Membuat hatiku
berdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah dia melangkah menuju kamarnya.
Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat
dan pikiran kotorku.
Setelah brada didalam kamar,
kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Ivone pun mrebahkan tubuhnya
seraya bernafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg dibawanya. Aku segera
mengambil obat gosok dan coin untuk mengerik tubuh tante Ivone. Setelah
kudapati semua yg kubutuhkan, aku kembali menghampiri tante Ivone yg tengah
menanti. Dengan memberanikan diri aku memintamya agar dia melepaskan pakaian yg
dipakainya. Dia pun perlahan melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya.
Sehingga tante Ivone kini hanya
mngenakan bra yg brwarna pink dan celana pendek saja. Ada getaran hangat
mnjalari sluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Ivone mmbuka bajunya. Hingga
membangunkan kejantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mngendap dibenakku
sejak awal, ketika memperhatikan dia ditaman.
Dengan perasaan yang tak menentu
dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap-usap punggung mulus yg
membelakangiku, dengan hati hati sekali. “Tali branya dibuka aja ya tan??”
pintaku penuh haraf sambil trus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku.
“Iya… ” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli
aku tak tau. Yang pasti tanganku segera melepaskan kait tali branya, sehingga
mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti
payudara milik gadis kebanyakan. Setelah tiada lagi penghalang dipunggungnya,
akupun membalurinya dengan minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari membentuk
garis dipunggung tante Ivone.
Sambil sekali kali mataku melirik
kearah payudaranya yang berusaha ditutupi dengan bra dan kedua telapak
tangannya. Tapi hal trsebut mmbuatku semakin terangsang didorong rasa penasaran
yang teramat. Sementara tante Ivone hanya terdiam seraya memejamkan matanya
yang bulat dan indah. ”
Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya
masih dengan mata yg terpejam. Tiba tiba pintu kamar perlahan terbuka, nampak
Nita tengah brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah teman dulu ya!?” ujar Nita
berpamitan seraya matanya melirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante Ivone tanpa
berpaling kearahnya.
Kemudian secara perlahan Nita
menutup pintu kembali dan berlalu pergi.
Jari tanganku mulai nakal
terhadap tugasnya, jariku terkadang nyelinap dibawah ketiaknya berusaha meraih
benda yg bulat dan padat berisi yang ditutupinya. Tapi tangan tante Ivone
terkadang berusaha mnghalanginya, dengan merapatkan pangkal lengannya. “Jari
kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone setengah berbisik seraya mlirik ke
arahku. Membuatku tersipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur. Tapi
tante Ivone malah melepaskan branya sehingga kini payudaranya nampak polos
tanpa plindung lagi.
Dan langsung menjadi santapan
kedua mataku tanpa brkedip. Langsung membuat hatiku brdebar debar mnyaksikan
pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu plototin se puas dech!!” ujar tante
Ivone tak lagi menutupi buah dadanya dengan kedua telapak tangannya lagi.
Jantungku terasa begitu cepat berdetak dan mmbuat lemas seluruh persendianku.
Kontolku perlahan tapi pasti mulai berdiri tegak mengikuti dorongan hasratku.
“Memang dah selesai ngeriknya
Fad!?” tegur tante Ivone mngingatkanku. Membuat aku segera melanjutkan
prkerjaanku yang tertunda sesaat. Hampir seluruh bagian belakang tubuh tante
Ivone telah kukerik dan berwarna merah bergaris garis. Hanya bagian bokongnya
yang luput dari kerikanku karna terhalang dengan celana pendek serta CD yg
dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.
Akhirnya pekerjaanku selesai
juga. Kemudian dengan prlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Ivone
menundukan kepalanya, sekali sekali terdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah
Fad!” printahnya, agar aku menyudahi pijatanku.
Dengan perasaan malas akupun
menghentikan pijatanku dan segera membrsihkan sisa sisa minyak dikedua telapak
tanganku. ” Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Ivone sekaligus
perintah. Akupun branjak pergi kekamar mandi yang memang ada didalam kamar
tersebut. Stelah usai mncuci sluruh tanganku hingga benar benar bersih. Akupun
kembali menghampiri tante Ivon yg tengah telentang diatas ranjang masih dengan
keadaan separuh bugil. Seperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga
payudaranya yg bulat dan berisi nampak membusung besar didadanya, dengan puting
yang berwarna coklat susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”. “Aku juga mau
kok!?” ucap tante Ivone sambil meremas salah satu payudaranya hingga putingnya
mnonjol kearahku. Akupun mendekat menghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat
kontolku kian berdiri dan mengeras kencang dibalik celanaku.
Akupun tak mnunggu lebih lama,
segeraku remasi payudaranya yg menantang. Tante Ivone bergelinjang saat telapak
tanganku mendarat dan meremas kedua payudaranya. ” Achh.., iya Fad trussss ”
rintihnya prlahan. Jari jemariku kian liar meremasi seluruh daging bulat yg
padat brisi. Jariku juga memainkan putingnya yg mulai mngeras. ” Iya,.., ayo diisep
Fad.., aaaayooo “pinta tante Ivone dngn nafas tak tratur.
Akupun segera menjilati dan
mengisapi puting payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Ivone
seraya memegangi kepalaku. Aku semakin bernafsu dengan puting yg kenyal seperti
urat dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah tak karuan. Tangan
kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk diantara
clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku trasa mnyentuh rumput halus yg
cukup lebat didalamnya. Tante Ivone mmbuka pahanya tak kala jari tlunjukku
brusaha masuk kedalam lobang yg ada ditengah bulu bulu halus miliknya. “Aowww…”
jerit kecil tante Ivone saat tlunjukku brhasil memasuki lobang memeknya. Dia
pun mnggeliatkan tubuhnya penuh gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras
hendak kluar dari bahan yg mnutupinya.
Cukup lama jari tlunjukku kluar
masuk didalam memek tante Ivone, hingga lobang itu mulai trasa basah dan
lembab. Sampai akhirnya tangan tante Ivone menahan gerakan tanganku dan mminta
mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Ivone. Akupun
menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan putingnya dari mulutku
“Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru
tante Ivone sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil
dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok obok.
Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya.
Dengan senyum manis kearahku,
tante Ivone mendekat dan brjongkok tepat didepan slangkanganku. “Aouw, gede
banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak tangannya mraih kontolku yg telah
brdiri dan keras. Dngn tangan kanan dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan
tlapak kirinya mngelus elus kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut
hangat. Kmudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke
arahku. “Agghhh… “aku mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam
mulutnya. Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat
memegangi kpala tante …
Ivone, mremas serta mngusap usap
rambutnya yg ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar mngulum dan
mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih buas dari
tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang kencing dikpalanya.
” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat. Trasa tubuhku melayang
jauh tak menentu.
Entah brapa lama tante Ivone
mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku brgetar
dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin memekmu! ” rengekku,
hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan keluar sebanyak
banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air maniku.
Tante Ivone sgera bangkit brdiri
meninggalkan kontolku yg masih brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk
dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu
lebatnya. Kedua kaki tante Ivone trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai
mnjarah memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang
memek yg brwarna merah dan lembab.
Lidahku pun mulai mnjelajahi dan
mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah
tante Ivone saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya. “Aduuuhh,…, truuusss,
lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula sambil
mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku. Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk
lebih dalam lagi. “Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh”
suara tante Ivone tak karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek,
kini brpindah pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg
brwarna merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku.
“Aughh…..” suara tante Ivone
sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit leherku, ketika
ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Ivone lirih. ”
Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone sraya mndorong kpalaku dngn
kakinya yg trkulai lemas dibahuku.
Akupun mlepaskan isapan mulutku
pada itil tante Ivone dan bangkit brdiri dihadapannya dngn kontol yg masih
tegak dan keras. Kemudian mminta tante Ivone agar bangkit dari duduknya. Kini
aku yg mnggantikan posisinya duduk dikursi.
Tante Ivone naik keatas pahaku
dan tubuhnya mnghadap kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian
tante Ivone mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ”
Aagghhsss.. ” rintih kecil tante
Ivone ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak lama kmudian bokongnya mulai
turun naik, mngesek gesek kontolku didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn
mmegangi pinggulnya mmbantu bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh,
enaaak Fadd “. ”
Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa
” racau tante Ivone tak karuan jika tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku
dimemeknya.
” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…,
aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan bokongnya dngn cepat.
Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya
.”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone sambil mnekan bokongnya lebih rapat dengan
slangkanganku.
Akupun mengejang mnahan tekanan
bokong tante Ivone. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung cairan
kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat beberapa saat
dngn brcampur peluh masing masing.
Stelah cukup lama kami brpelukan,
kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg ada. Stelah itu
kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dngn peluh syurga.
Akhirnya aku bisa menidurimu dan
menaklukan keangkuhanmu Ivone Gienarsih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar