>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 2 6 3 0
Top 2D : 06 10 22 33 46
Cadangan 2D : 52 60 72 85 96
TOP SHIO : Naga Kelinci Ayam
COLOK BEBAS : 2 3 6
AS : 1 4 5
KOP : 7 8 9
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Kecil / Genap
Nama saya Riana. Saya sedang
bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan
mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi
baru-baru ini.
Saya berumur 27 tahun. Saya sudah
berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria
bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah
seorang pengusaha yang sedang meniti karir.
Karena kesibukannya, dia sering
pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama
anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang
termuda bernama Diko yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami.
Diko adalah seorang mahasiswa
tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga
peristiwa terakhir yang saya alami.
Selama kami menikah kehidupan
seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan
orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat
pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang
dinamakan orgasme.
Saya memang menikmati seks. Saat
kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami
saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja.
Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini
usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.
Di rumah kami tidak mempunyai
pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Diko. Diko
adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu
ketika saat saya membersihkan kamar Diko, tidak sengaja saya melihat buku
Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Diko yang saya kira alim
ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.
Lebih terkejut lagi ketika saya
membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya
adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang
tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup
baik.
Saya tidak menyangka bahwa ada
yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim dari
seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu,
saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Diko untuk mencuri-curi baca cerita
yang ada pada majalah tersebut.
Suatu ketika saat saya sibuk
membaca majalah itu, tidak saya sadari Diko datang ke kamar. Ia kemudian
menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Diko tampak
tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.
Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil
minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada
saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu.
Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya.
Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih
belum saya ketahui.
Tanpa disadari ia telah membuat
saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh
saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia.
Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia
bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan
seks dengan penis pada liang kewanitaan.
Ia kemudian mencium bagian
kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya,
sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan
oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan
saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa
diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.
Tidak lama saya merasakan sesuatu
yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian
dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya.
Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat
keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak
saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.
Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya
tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa
sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia
tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak.
Lama saya berdiam diri.
Ia yang kemudian memulai
pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang
merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia
bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami
adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen
terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.
Hari kemudian berlalu seperti
biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang
tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin
peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.
Saya duduk di sofa dan menunggu
dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan
menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat
berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman
kedalam kamar.
Disana ia duduk di tempat tidur
membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil
meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar,
ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak.
Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara
dengannya.
Tidak saya sadari mungkin karena
saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat
tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya
sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa
hari yang lalu.
Melihat saya terdiam dia mulai
menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah
paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa
nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan
menikmati momen tersebut.
Nafas saya semakin memburu saat
saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya
terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya
terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia
melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.
Tidak tahu apa yang harus
dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah
tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan
kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan
turun menutupi tubuh saya.
Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan
kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya.
Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya
mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.
Saya mendorongnya pelan dan
berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak
akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang
saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah
berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara
tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan
kirinya mengusapi seluruh badan saya.
Selama kehidupan perkawinan saya
dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan
hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya
merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Diko.
Kemudian Diko mulai mencium bibir
saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang.
Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan
kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia
mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.
Kedua tangannya tidak
henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata
saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan
saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta
arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat
saya, bibirnya lantas kembali memagut.
Oh, saya merasakan waktunya telah
tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya
mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju
permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi
berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.
Sejak saat itu, saya dan dia
selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat
mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya.
Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks
kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar
memerlukannya.
Dia juga sangat pengertian.
Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan
oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.
Ceritanya dulu suami saya Niko
punya komputer.
Kemudian oleh Diko disarankan
agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis.
Suami saya setuju saja. Pernah Diko melihat saya memandangi Niko saat dia
menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.
Niko yang mendengar lalu menyuruh
Diko untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya
suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali.
Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.
Saat itulah Diko lalu menunjukkan
ada yang namanya Newsgroup di internet.
Saat pertama kali baca saya
terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya
tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya
sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun
dalam keadaan sedih.
Saya tidak mengerti program ini.
Hanya Diko ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus
begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin
saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya
bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus.
Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.
Kini saya bagaikan memiliki dua
suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat
mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa
melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Diko kepada saya.
Suami saya tidak pernah curiga
sebab Diko tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah
pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan
pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras.
Biar bagaimana saya akan merasa
sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin
hubungan yang berdasarkan cinta. Saya katakan dengan tegas kepada Diko bahwa
dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja.
Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada
seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah.
Benar-benar salah. Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya.
Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya
lakukan atas ‘alat’nya.
Saya menolak, tetapi dia terus
memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia
menyerah. Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah.
Hingga terjadi pada suatu hari
dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks
kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan
oral seks kepada saya terlebih dahulu.
Saya tolak, karena saya pikir dia
tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya
menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan
tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya.
Saya bingung sekali. Saya
membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya,
seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.
Selama beberapa hari saya merasa
seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap
kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya
tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya,
tetapi dia tetap menolak.
Saya bingung, apa saya tidak
cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah,
banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman
wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual
itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti
itu.
Saya tidak diijinkan terlalu
banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun
kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal
ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati
saya.
Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan
aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya
memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum
menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara
merawat diri.
Bila saya berjalan dengan suami
saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa
dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung
memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab.
Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik
seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.
Tetapi Diko sendiri menurut saya
sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang
datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan
rumah kami. Diko selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit
baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.
Saya merasa saya ditinggalkan.
Diko tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia
sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya
yang paling kecil yang dapat menghibur.
Hingga suatu saat saya tidak
dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Diko masuk ke kamarnya setelah
menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu
saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya.
Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus
saya perbuat.
Dengan gesit dia membuka seluruh
celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati
penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti
yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya.
Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan
lidah saya.
Dengan bantuan tangan saya, saya
jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati
es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut
saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam
mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut
melakukan hal yang lebih.
Dia berkata bahwa itu disebabkan
karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah
apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria
menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga
sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha
menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.
Karena khawatir saya tidak
memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya
disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta,
hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang
senggama saya.
Selama beberapa menit saya
melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah
menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium
atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa.
Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau,
seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.
Tangannya mendorong kepala saya
untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan
tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram
pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya
dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama
mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja
dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.
Saat dia sudah tenang, dia
kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena
saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua
usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi
berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia
main paksa lagi saya harus hajar dia.
Sesudah nafasnya menjadi tenang,
dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks
kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme
berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.
Sejak saat itu, oral seks
merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia
melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma
tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah
menyehatkan.
Karena sperma pada dasarnya
protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya
bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.
Tidak lama berselang, sekali
waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya.
Saya tanya apa isinya. Baju
katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar
kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian
dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse.
Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk
memakainya.
Dia tertawa melihat saya
kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia
bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang “No way”.
Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang
menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.
Karena saya pikir toh hanya dia
yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat
sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di
dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar
selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa.
Efeknya sungguh di luar dugaan
saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali. Saya sudah tidak tahan
menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya
melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan
sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan
tidak ada lagi hari esok.
Sejak saat itu, saya lebih sering
lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia
mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang
yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini
dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya,
pakaian ini saya taruh di dalam lemari Diko.
Dia tidak keberatan selama saya
bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari
turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah
muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya
sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan
selera.
Saya mulai menikmati hal-hal yang
diajarkan oleh Diko kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks
yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada
suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai.
Tetapi saya takut bila dia
beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Diko.
Saya tidak ingin rumah tangga
kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan
tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.
Suatu ketika, Diko pulang dengan
membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat
macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya
sedikit terlihat keras dan urakan. Diko memperkenalkan temannya kepada saya
yang ternyata bernama Kevin.
Kami ngobrol panjang lebar. Kevin
sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik.
Menurut penuturannya Kevin memiliki band yang sering main dipub. Ini
dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap
Kevin sebagai teman.
Kevin semakin sering datang
kerumah. Anehnya, kedatangan Kevin selalu bertepatan dengan saat dimana Niko
sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu
sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri
mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.
Ketika saya dekati ternyata
mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya.
Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang
lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit.
Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa
sangat seksi.
Karena saya mulai tidak kuat
untuk membuka mata, Diko lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya
menurut. Diko lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya
tidak merasa malu digendong oleh Diko dihadapan Kevin. Padahal Kevin sudah tahu
bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar
lagi.
Kata Diko, kamar saya terlalu
jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak,
tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan
rasanya lemas semua.
Sesampainya dikamar, Diko mulai
melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak
mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya,
perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.
Kini saya berada diatas tempat
tidur dengan keadaan telanjang. Diko mulai membuka pakaiannya. Saya mulai
merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main
didaerah selangkangan saya.
Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia
melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat.
Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya.
Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.
Kini kami melakukannya dalam
‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah
tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali.
Tetapi ia malah menghentikan permainan.
Sebelum saya sempat mengeluarkan
sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat
sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam
posisi seakan hendak merangkak.
Sebenarnya saya ingin tiduran
saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap
kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya
walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap
bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya.
Tangannya memegang erat pinggang
saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai
kembali rupanya. Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali
ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya
kebelakang.
Penisnya terasa menghunjam-hunjam
kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.
Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak
memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan.
Saya masih ingin menggali
kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Diko juga
mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama
tampaknya.
Sesekali tubuhnya dibungkukkannya
kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu
tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi
payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu.
Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.
Saya hampir mencapai orgasme saya
yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia
langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri
saya ditempat tidur.
Jari tangan saya saya selipkan
dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan
saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Diko.
Tiba-tiba tubuh saya diangkat
kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung
menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum
sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh
saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas
tempat tidur.
Rambut saya dijambak kebelakang
sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah
keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya.
Dari mulut saya keluar erangan
pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi
dengan posisi seperti ini.
Semua ini dilakukannya tanpa
berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa
penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar
mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat
sangat.
Yang membuat saya terkejut ketika
tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya
mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian
tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya.
Kini saya dapat melihat bahwa
Diko berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya. Jadi,
yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Kevin…!!! Kevin
tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya.
Saya membuang muka, saya marah
sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini.
Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi Kevin menahan saya. Tangannya
mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Diko
memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.
Saya merasa diperalat. Ya, saya
hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat
dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya
sudah semakin terjerumus.
Diko bergerak mendekat hingga
tubuhnya menekan saya dari depan sementara Kevin menekan saya dari belakang.
Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak
membuatnya berhenti menikmati bibir saya.
Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya.
Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Kevin memeluk kami
bertiga. Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka.
Tampaknya ini yang diinginkan
mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan
kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak
berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas
imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti.
Orgasme saya datang dengan
beruntun. Tetapi Diko tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali
pada ‘dog style position’. Diko menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak
mau membuka mulut.
Tetapi Kevin menarik rambut saya
dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Diko memanfaatkan
kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya. Kemudian mereka mulai
menyerang tubuh saya dari dua arah.
Dorongan dari arah yang satu akan
menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin
menghunjam. Saya hampir tersedak. Diko yang tampaknya mengerti kesulitan saya
mengalah dan hanya diam saja. Kevin yang mengatur segala gerakan.
Tidak lama kemudian mereka keluar.
Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah
tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti,
saya merasa sangat lelah.
Walupun dengan terhuyung-huyung,
saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke
kamar saya. Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi
air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa
kini.
Yang membuat saya benci kepada
diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu,
namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan
saya.
Malam itu, saat saya menyiapkan
makan malam, Diko tidak berbicara sepatah katapun. Kevin sudah pulang. Saya
juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.
Sejak saat itu, Kevin tidak
pernah datang lagi.
Saya sebenarnya malas bicara
kepada Diko. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan
caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri
bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan
Diko.
Hingga pada suatu kesempatan,
Diko berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya.
Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya
mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur.
Kenapa harus menjebak saya. Dia
bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ’someone special’. Saya tidak tahu
harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak
peduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali
dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.
Selama dua bulan, ada saja yang
diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan
untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat
saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan
sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.
Itu adalah ‘candle light dinner’
saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk
melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar
mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus
bagaimana.
Saya merasa saya tidak akan
pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu
indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar