>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 7 1 6 9
Top 2D : 09 17 21 36 41
Cadangan 2D : 57 69 71 89 96
TOP SHIO : Kuda Anjing Tikus
COLOK BEBAS : 6 7 9
AS : 0 2 3
KOP : 4 5 8
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Besar / Ganjil
ini terjadi ketika aku masih usia
14 tahun. Aku yang baru saja lulus SD bingung mau kemana, melanjutkan sekolah
nggak mungkin sebab Bapakku sudah satu tahun yang lalu meninggal. Sedangkan
Ibuku hanya penjual nasi bungkus di kampus dan kedua kakakku pergi entah
bagaimana kabarnya. Sebab sejak pamitan mau merantau ke Pulau Bali nggak pernah
ada kabar bahkan sampai Bapak meninggalpun juga nggak tahu. Adik perempuanku
yang masih kelas dua SD juga membutuhkan biaya.
Akhirnya aku hanya bisa main-main
saja sebab meski aku anak laki-laki satu-satunya aku mau kerja masih belum kuat
dan takut untuk pergi merantau tanpa ada yang mengajak. Suatu ketika ada
saudara Bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pamanku dia
membutuhkan orang yang mau menjaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aku
berpikir panjang aku akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan Ibuku.
Berangkatlah aku ke kota Jember
tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan
baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja
namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi Bank ternama di kota Jember, Ia mempunya
dua Anak Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA
namanya Kristin, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha
sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada
satu pembantu perempuan Pak Beni namanya Bik Miatun usianya kira-kira 27 tahun.
Teman Kristin banyak sekali
setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam,
hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Kristin pulang untuk
mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin kacapekan
atau memang ngantuk usai bergadang malam minggu, yang jelas pagi itu kamar Non
Kristin masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku
untuk membuka kamar Non Kristin, aku hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni
dan Istrinya Pergi kerja dan merawat tamannya saja.
Pagi itu Pak Beni dan Istrinya
pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu
tinggal aku, Bik Miatun dan Non Kristin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi
Non Kristin masih belum bangun juga dan Bik Miatun sudah selesai memasak.
“Jono, aku mau belanja tolong
pintu gerbang dikunci.”
“Iya Bik!” jawabku sambil
menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Miatun pergi aku mengunci pintu
gerbang.
Setelah selesai menyiram taman
yang memang cukup luas aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang.
Sesampai didepan kamar mandi aku mendengar ada suara air berkecipung kulihat
kamar Non Kristin sedikit terbuka berarti yang mandi Non Kristin. Tiba-tiba
timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata
tubuh Non Kristin mulus dan susunya sangat kenyal, kuamati terus saat Non
Kristin menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum
beranjak dari tempatku semula. Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan
tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi
penisku yang memang sudah tegang, kulihat Non Kristin membasuh sabun keseluruh
badannya aku nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi
penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab Non Kristin sudah selesai mandinya namun
karena gugup aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan
dengan kamar mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang
dari tadi masih tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC
sambil terus membayangkan yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat
aku tidak tahu kalau Bik Miatun berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik
Miatun menegurku,
“Ayo.. ngapain kamu.”
Aku terkejut cepat-cepat kututup
resleting celanaku, betapa malunya aku.
“Ng.. nggak Bik..” kataku sambil
cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa ngunci pintunnya, gerutuku
sambil cepat-cepat pergi.
Esoknya usai aku menyiram taman,
aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada Bik Miatun
mencuci kuurungkan niat itu.
“Kenapa kok kembali?” tanya Bik
Miatun.
“Ah.. enggak Bik..” jawabku
sambil terus ngeloyor pergi.
“Lho kok nggak kenapa? Sini saja
nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan sudah selesai, bantu saya
menyiramkan air ke baju yang akan dibilas,” pinta Bik Miatun.
Akhirnya akupun menuruti
permintaan Bik Miatun. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Miatun
setiap mencuci baju selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan
seperti itu, jantungku berdegap begitu cepat
“Begitu putihnya paha Bik Miatun
ini” pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa
mengelus-ngelus paha putih Bik Miatun.
“Heh! kenapa melihat begitu!”
pertanyaan Bik Miatun membuyarkan lamunanku
“Eh.. ngg.. nggak Bik” jawabku
dengan gugup.
“Sebentar Bik, aku mau buang air
besar” kataku, lalu aku segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa
untuk mengunci pintunya.
Didalam WC aku hanya bisa
membayangkan paha mulus Bik Miatun sambil memegangi penisku yang memang sudah
menegang cuma waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang
saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik Miatun masih asik dengan cucianya.
“Ngapain kamu tadi didalam Jon?”
tanya Bik Miatun.
“Ah.. nggak Bik cuma buang air
besar saja kok,” jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Miatun.
“Ah yang bener? Aku tahu kok, aku
tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti
kemarin ee..nggak taunya benar,” kata Bik Miatun
“Hah..? jadi Bibik mengintip
aku?” tanyaku sambil menunduk malu.
Tanpa banyak bicara aku langsung
pergi.
“Lho.. kok pergi?, sini Jon belum
selesai nyucinya, tenang saja Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa,
kamu nggak usah malu sama Bibik ” panggil Bik Biatun.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
“Ngomong-ngomong gimana rasanya
saat kamu melakukan seperti tadi Jon?” tanya Bik Miatun.
“Ah nggak Bik,”jawabku sambil
malu-malu.
“Nggak gimana?” tanya Bik Miatun
seolah-olah mau menyelidiki aku.
“Nggak usah diteruskan Bik aku
malu.”
“Malu sama siapa? Lha wong disini
cuma kamu sama aku kok, Non Kristin juga sekolah, Pak Beny kerja?” kata Bik
Miatun.
“Iya malu sama Bibik, sebab Bibik
sudah tahu milikku,” jawabku.
“Oalaah gitu aja kok malu,
sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku
dulu, enak ya?”
“Apanya Bik?” tanyaku
“Iya rasanya to..?” gurau Bik
Miatun tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.
“Sini kamu..” kata Bik Miatun
sambil menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Miatun memegang
penisku.
“Jangan Bik..!!” sergahku sambil
berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus
kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya aku hanya diam saja
ketika Bik Miatun memegangi penisku yang masih didalam celana pendekku. Pelan
tapi pasti aku mulai menikmati pegangan tangan Bik Miatun pada penisku. Aku
hanya bisa diam sambil terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan
Bik Miatun. lalu Bik Miatun mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya
kebawah. Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Miatun Jongkok
dihadapanku dan menjilati penisku.
“Ach.. Bik.. geli,” kataku sambil
memegangi rambut Bik Miatun.
Bik Miatun nggak peduli dia terus
saja mengulum penisku, Bik Miatun berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri
tapi tidak semuanya, kulihat pemandangan yang menyembul didepanku yang masih
terbungkus kain kutang dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik
Miatun membuka tali kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu Bik
Miatun, dia mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu
kuemut pentil Bik Miatun.
“Ach.. Jon.. terus Jon..”
Aku masih terus melakukan
perintah Bik Miatun, setelah itu Bik Miatun kembali memasukkan penisku kedalam
mulutnya. aku hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut Bik Miatun.
“Bik aku seperti mau pipis,” lalu
Bik Miatun segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang basah,
kulihat Bik Miatun nggak memakai celana dalam.
“Sini Jon..,” Bik Miatun
mengambil posis duduk, lalu aku mendekat.
“Sini.. masukkan penismu kesini.”
sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.
Dibimbingnya penisku untuk masuk
ke dalam vagina Bik Miatun.
“Terus Jon tarik, dan masukkan
lagi ya..”
“Iya Bik” kuturuti permintaan Bik
Miatun, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.
Setelah itu aku menyandarkan
tubuhku pada tembok.
“Jon.. gimana, tahu kan rasanya
sekarang?” tanya Bik Miatun sambil membetulkan tali kancingnya.
“Iya Bik..”jawabku.
Esoknya setiap isi rumah
menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan ini dengan Bik Miatun.
Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non Kristin pulang pagi. Saat
kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan Bik Miatun, Non Kristin memergoki
kami.
” Hah? Apa yang kalian lakukan!
Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!”
Melihat Non Kristin kami gugup
bingung, “Jangan Non.. ampuni kami Non,” rengek Bik Miatun.
“Jangan laporkan kami pada tuan,
Non.”
Akupun juga takut kalau sampai
dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non Kristin, mungkin Non Kristin iba
juga melihat rengekan kami berdua.
“Iya sudah jangan diulangi lagi
Bik!!” bentak Non Kristin.
“Iy.. iya Non,” jawab kami
berdua.
Esoknya seperti biasa Non Kristin
selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu Bik Miatun juga sedang belanja
sedang Pak Beny dan Istrinya ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang
kudengar Non Kristin memanggilku,
“Joon!! Cepat sini!!” teriaknya.
“Iya Non,” akupun bergegas kebelakang
tapi aku tidak menemukan Non Kristin.
“Non.. Non Kristin,” panggilku
sambil mencari Non Kristin.
“Tolong ambilkan handuk
dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa,” teriak Non Kristin yang ternyata
berada di dalam kamar mandi.
“Iya Non.”
Akupun pergi mengambilkan handuk
dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya “Ini Non handuknya,” kataku sambil
menunggu diluar.
“Mana cepat..”
“Iya Non, tapi..”
“Tapi apa!! Pintunya dikunci..”
Aku bingung gimana cara
memberikan handuk ini pada Non Kristin yang ada didalam? Belum sempat aku
berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak percaya Non
Kristin telanjang bulat didepanku.
“Mana handuknya,” pinta Non
Kristin.
“I.. ini Non,” kuberikan handuk
itu pada Non Kristin.
“Kamu sudah mandi?” tanya Non Kristin
sambil mengambil handuk yang kuberikan.
“Be..belum Non.”
“Kalau belum, ya.. sini sekalian
mandi bareng sama aku,” kata Non Kristin.
Belum sempat aku terkejut akan
ucapan Non Kristin, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan
Non Kristin, aku hanya bengong ketika Non Kristin melucuti kancing bajuku dan
membuka celanaku, aku baru sadar ketika Non Kristin memegang milikku yang
berharga.
“Non..,” sergahku.
“Sudah ikuti saja perintahku,
kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Miatun pada papa,” ancamnya.
Aku nggak bisa berbuat banyak,
sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non Kristin mengundang birahiku, sambil
tangan Non Kristin bergerilya di bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun
membalasnya dengan ciuman yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Kristin yang
singsat dan padat. Non Kristin mendesah, “Augh..”
Kuciumi, lalu aku tertuju pada
selakangan Non Kristin, kulihat bukit kecil diantara paha Non Kristin yang
ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non
Kristin diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara selakangan Non Kristin.
“Sebentar Jon..,” kata Non
Kristin, lalu Non Kristin mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang
memang cukup luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Kristin memberi
kelaluasaan padaku untuk terus menciumi vaginanya.
Melihat kesempatan itu tak
kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm
vaginanya.
“Augh.. Jon.. Jon,” erangan Non
Kristin, aku merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Kristin.
Melihat erangan Non Kristin kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Kristin,
seperti yang diajarkan Bik Miatun kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non
Kristin. Non Kristin semakin mendesah, “Ugh Jon.. terus Jon..,” desah Non
kristin. Lalu kuarahkan penisku pada vagina Non Kristin.
Bless.. bless.. Batangku dengan
mudah masuk kedalam vagina Non Kristin, ternyata Non Kristin sudah nggak
perawan, kata Bik Miatun seorang dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan
hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya mengeluarkan darah, sedang saat
kumasukkan penisku ke dalam vagina Non Kristin tidak kutemukan darah.
Kutarik, kumasukkan lagi penisku
seperti yang pernah kulakukan pada Bik Miatun sebelumnya. “Non.. aku.. mau
keluar Non.”
“Keluarkan saja didalam Jon..”
“Aggh.. Non.”
“Jon.. terus Jon..”
Saat aku sudah mulai mau keluar,
kubenamkan seluruh batang penisku kedalam vagina Non Kristin, lalu gerkkanku semakin
cepat dan cepat.
“Ough.. terus.. Jon..”
Kulihat Non Kristin menikmati
gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat
menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga merasakan ada yang keluar dari
penisku nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan keringat tubuh kami
bersatu, lalu Non Kristin menciumku.
“Terima kasih Jon kamu hebat,”
bisik Non Kristin.
“Tapi aku takut Non,” kataku.
“Apa yang kamu takutkan, aku
puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang sama papa” kata Non Kristin.
Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa dan gurauan kepuasan.
Sejak saat itu setiap hari aku
harus melayani dua wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Miatun, maka
aku melakukannya dengan Bik Miatun. Sedang setiap Minggu aku harus melayani Non
Kristin, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang Non Kristin
mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ kami melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar