>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 2 1 4 3
TOP 2D : 02 11 24 33 42
CADANGAN 2D : 52 61 74 83 92
TOP SHIO : Ayam Kerbau Kuda
COLOK BEBAS : 1 2 3
AS : 2 4 5
KOP : 6 8 9
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Kecil / Ganjil
Ini berawal ketika di usiaku yang
masih terbilang muda, 19 tahun, papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang
pemuda yang usianya 10 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan
saudara dengan keluarga mamaku.
Memang usiaku saat itu sudah
cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku
terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih,
tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di
tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda
asli dari Bandung.
Sehingga kadang banyak
pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang
bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang
selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang
agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku
duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal
yang namanya cinta.
Sebenarnya dalam hatiku aku
menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih
ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku
sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi
keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke
perguruan tinggi.
Karena ke-3 orang adikku yang
semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus
bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka
dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi
membahagiakan kedua orangtuaku.
Begitulah sampai hari pernikahan
tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini
dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama
proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan
tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua
belah pihak.
Maka masa-masa perkenalan kami
yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan rutin calon
suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan
biasanya aku ditemani papa atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya.
Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang
berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.
Yang disebut malam pengantin atau
malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar
aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin
karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu.
Suamiku pada waktu itupun rupanya
belum terlalu “mahir” dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga
malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun
kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa
risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang “belum” aku cintai,
karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas
perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.
Barulah pada malam kedua suamiku
mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan
mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu
tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun
mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku.
Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya,
kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat
sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Kemaluanku mulai mengeluarkan
cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin
bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak
bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang.
Aku sudah tidak ingat lagi berapa
kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan
nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan
menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.
Dengan perasaan tidak sabar,
kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku
lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang
batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu.
Perlahan-lahan kutuntun kepala
kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa
nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok
bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil
menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.
Untuk pertama kalinya vaginaku
ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang
seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan
pengalaman malam pertama mereka.
Memang ada sedikit rasa sakit
yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam
vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah
sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat
suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku
terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat
yang tidak dapat aku ceritakan di sini.
Sementara kedua tanganku memegang
tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul
suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat
nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari
lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang
besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua.
Sementara suami masih terus
berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya
sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam
lubang vaginaku ini.
Belakangan baru aku ketahui
cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang
kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak
pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku
membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai
lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan
hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang
masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme
untuk yang ketiga kalinya.
Luar biasa memang sensasi yang
aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan
di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap
kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang
hanya mampu melakukannya sekali.
Aku membutuhkannya lebih dari
sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya
terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku.
Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai
menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang
namanya hypersex itu?
Setelah 2 tahun kami menikah aku
bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di
rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di
sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan
urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri
simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri
simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun
menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.
Tak rela berbagi suami dengan
wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini
seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu,
dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya
yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku
itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku
ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan
suamiku, begitu katanya.
Lima tahun sudah aku hidup
menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di
pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di
sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri.
Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku
baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku
yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan
saat-saat indah bersama suamiku dulu.
Terkadang sering pula aku
membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman kerjaku, sehingga setiap
malam hanya onani saja yang dapat kulakukan. Tidak ada keberanian untuk
menceritakan hal ini kepada orang lain apalagi pada teman-teman kerjaku,
bisa-bisa aku diberi julukkan yang tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku
ini kuelus-elus bibir vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan
seorang laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat
lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.
Para netters sekalian, aku
memberanikan diri menceritakan Cerita Dewasa seperti di atas kepada Anda semua
mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat tak tertahankan lagi saat
ini. Dan mungkin ada di antara anda yang dapat membantu dan mungkin akan
menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di
atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar