>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 4 2 0 6
TOP 2D : 04 12 20 36 44
CADANGAN 2D : 54 62 70 86 94
TOP SHIO : Naga Babi Anjing
COLOK BEBAS : 0 2 4
AS : 2 4 5
KOP : 6 8 9
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Aku ke Jakarta hanya berbekal
ijazah SMU. Dalam perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu
kegagalan. Apa jadinya aku yang anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau
mengadu nasib di kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang nyaris
tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku
bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu
diajak paman untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga
tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan
setir mobil. Paman yang melatih aku menjadi supir yang handal, baik dan benar
dalam menjalankan kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang teguh pesan
paman, bahwa : mengendarai mobil di jalan harus dengan sopan santun dan
berusaha sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang teguh.
Di Jakarta aku numpang di rumah
sepupu, yang kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo
Gadung. Kami menempati rumah petak sangat kecil dan sangat amat sederhana.
Lebih sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain niatku
untuk bekerja, aku juga berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi.
Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakrta. Lamar sana sini, jawabnya selalu klise,
” tidak ada lowongan “.
Pada suatu malam, yakni malam
minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari luar. Ku
bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi
supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan
dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan itu.
Sepontan aku menyetujuinya. Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta.
Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar
tak karuan. Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di
ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang
tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah
sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, sepontan aku
dan pak RT berdiri memberi salam ” selamat pagi”. Pak RT dipersilahkan kembali
ke kantor oleh wanita itu, dan diruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia
si wanita itu.
” Benar kamu mau jadi supir
pribadiku ? ” tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya. ” Iya Nyonya,
saya siap menjadi supir nyonya ” Jawabku. ” jangan panggil Nyonya, panggil saja
saya ini Ibu, Ibu Maya ” Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju. ” Kamu masih
kuliah ?” ” Tidak nyonya eh…Bu ?!” jawabku. ” Saya baru tamat SMU, tapi saya
berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun” sambungku.
Wanita itu menatapku dalam-dalam.
Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi slah tingkah. Diperhatikannya aku dari
atas samapi kebawah. ” kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa
mau jadi supir ?” tanyanya. ” Saya butuh uang untuk kuliah Bu ” jawabku. ”
Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi haru ready setiap saat. gimana,
okey ? ” ” Saya siap Bu.” Jawabku. ” Kamu setiap pagi harus sudah ready di
rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar
saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh
pulang, gimana siap ? ” ” Saya siap Bu” Jawabku. ” Oh..ya, siapa namamu ? ”
Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan memegang
telapak tangannya, kami bersalaman. ” Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman ”
Jawabku. ” Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? ” Tanyanya seperti
bercanda. ” Tidak Bu ” Jawabku. ” Leman itu artinya Lelaki Idaman ” jawabnya
sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia
menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat majikan seramah dan se
santai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanita diri untuk
bertanya pada beliau. ” Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? ” ”
O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga
sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu
anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih, nah,,,khayalan kamu itu
berupa sesuiatu yang bersifat maya, ngerti khan ? ” Jawabnya serius. Aku hanya
meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti orang pintar.
Jika kuperhatikan, body Ibu Maya
seksi sekali, tubuhnya tidak trlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing,
pinggulnya seperti gitar sepanyol. Ynag lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah
dadanya wah…wah…wah…puyeng aku melihatnya.
Dirumah yang sebesar itu, hanya
tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai anak kedua,
dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP, putriny yang pertama
sekolah mode di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya
juga luar biasa, janda pula !
Ibu Maya memberi gaji bulanan
sangat besar sekali, dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu
aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan agjiku, Katanya dia puas atas
disiplin kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang
kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah
Universitas Swasta. Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar biaya
kuliah empat semster, edan tenan….sekaligus enak…tenan….!!! dasar rezeki, tak
akan kemana larinya.
Masuk tahun kedua aku bekerja,
keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta
jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga
terkadang aku jadi kagok menyetir, eh…lama lama biasa.
Disuatu hari sepulang dari tempat
Fitnes, Ibu Maya minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke
depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika tengah berjalan
kendaraan kami di jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyusuh nemepi
sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar,
jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.
” Man,?, kamu sudah punya pacar ?
” Tanyanya. ” Belum Bu ” Jawabku singkat. ” Sama sekali belum pernah pacaran ?”
” Belum BU, eh…kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu
SMP” ” Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?” tanyanya lagi.
Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih
memegang setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam. ” Saya belum pernah pacaran
serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba” Jawabku menyusul.
” Bagus…bagus…kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur ” ujarnya puas sambil
menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya pertanyaannya rada
aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang
putrinya ? ach….enggak mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya
menantu anak kampung seprti aku ini ?!
Setelah itu kami melanjutkan
perjalanan kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota
Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar kota
saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai pakaian
Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah sempat makan di
rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan kami kembali meneruskan
perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Maya
minta untu berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak
kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap
gulita. Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan mematikan mesin
mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu
Maya menarik lengaku. ” Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?” Pintanya,
aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga….setelah aku merebahkan
kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan keadaan kepala menghadap keatas, kaki
menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ketas. Wow…samar-samar kulihat
buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu
dia berkata ” Cium Man Cium…isaplah, mainkan sayang …?” Pintanya. Baru aku
mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya.
Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan
bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi seperti Bu
Maya.
Kupegangi tetek Bu Maya yang montok
itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah
tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan
menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan
celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak
bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. ” Jilat Man jilatlah, aku
nafsu sekali, jilat sayang ” Pinta Bu Maya agar aku menjilati memeknya.
Oh….memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang
birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti
sudah terhipnotis. Memek Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran
tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke
toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri.
Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia
mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu
Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka
bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas
rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya. ”
Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan kesempatan
ini Man, aku sayang kamu Man ” katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku
hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua
pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya alat
kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap
itu dalam suasana malam yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku
menggenjot memek Bu Maya sekuat mungkin. ” jangan keluar dulua ya ? saya belum
puas ” Pintanya mesra. Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok
dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek
ini, pikirku. Bu Maya pindah posisi , dia diatas, dan bukan main permainannya,
goyangnyanya.
” Remas tetekku Man,
remaslah….yang kencang ya ?” Pintanya. Aku meremasnya. ” Cium bibirku Man..cium
? Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali,
sesekali dia mengerang kenikmatan. ” Sekarang isap tetekku, teruskan…terus…..Oh….Ohhhh…..Man…Leman…Ohhh…aku
keluar Man….aku kalah” Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. ” kamu
curang….aku kalah” ujarnya. ” Sekarang gilirang kamu Man….keluarkan sebanyak
mungkin ya? ” pintanya. ” Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap
bertahan, takut Ibu marah nanti ” Jawabku. ” Oh Ya?…gila..kuat amat kamu ?!”
balas Bu Maya sambul mencubit pipiku.
” Kenapa Ibu suka main di tempat
begini gelap ?” ” Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali.
Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita
naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung.
Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah… terserah kemana kamu mau ya Man
?”
Selesai main, setelah kami
membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari
jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya yang sekarang tidur di
pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama
istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu maya yang
menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku
dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu
Maya membuka celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya
mengocok-ngocok penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh
pasiennya. Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku
semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar
sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya
menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku
kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok. ”
Giaman Man ? enah anggak ? ” ” Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu” jawabku.. ”
Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau kok ?!” . Bu Maya
masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian,
Bu Maya naik keposisi atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya
dimasuki penisku. Digoyang terus…hingga aku merasakan nikat yang luar biasa.
Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :” Rasakan ya Man ?
pasti kamu bakal ketagihan ” Aku membisu saja. dan ternya Ohh….memek Bu Maya
bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang
kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh….nikmat sekali,
ini yang namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh
seksual. ” Enak syang ?” tanyanya. Belum sempat aku menjawab, yah….aku keluar,
air maniku berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu Maya.
” Itu yang namanya empot-empot
Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan senam sex selama ini
” Katanya bangga. ” Sekarang kamu puasin aku ya ? ” Kata Bu Maya seraya
mengambil posisi nungging. Ku tancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam
memek bu Maya, Ku genjot terus. ” Yang dalam man…yang dalam ya..teruskan
sayang…? oh….enak sekali penismu…..oh….terus sayang ?!” Pinta Bu Maya. Aku
masih memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya,
duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati
seluruh tubuhnya. ” kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? ” ” Tidak bu,
refleks saja” Jawabku.
Sebelum kami meninggalkan tempat
itu, Bu Maya masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit
melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian
penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya
sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga
mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil sambil
meng-angkat sedikit kaki kanannya.
Sejak saat malam pertama kami
itu, aku dan Bu Maya sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir
pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari
tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi
gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke
kocekku, tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai
kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar