>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 9 0 7 1
TOP 2D : 09 10 27 31 49
CADANGAN 2D : 59 60 77 81 99
TOP SHIO : Kelinci Ular Tikus
COLOK BEBAS : 0 1 7
AS : 0 1 3
KOP : 4 5 7
KEPALA : Besar / Ganjil
EKOR : Kecil / Ganjil
Keahliannya sangat tersohor, dari
pelet sampai santet, Dari pengelaris sampai jabatan, dia tiada bandingannya.
Ruang prakteknya yang dipenuhi oleh benda-benda pusaka, dan segenap wewangian
kemenyan serta sesaji bagi iblis sesembahannya menambah keangkeran dukun
berusia 60 tahun dengan jambang lebat memenuhi wajahnya. Pasien berikutnya
adalah Nyonya Restuwati dan diantar oleh puterinya Lisa.
Nyonya Restuwati adalah wanita
berusia 45 tahun yang sangat anggun. Dia sengaja datang ke Jawa Timur selain
untuk menghadiri resepsi karibnya kemarin, juga mengunjungi Sang Dukun yang
sakti mandraguna ini. Sengaja dia minta antar puterinya, karena kesibukan
suaminya sebagai pengusaha yang mengharuskan melakukan perjalanan bisnis ke
Eropa.
Jilbab kuning yang membungkus
kepalanya menambah kanggunan wanita berparas cantik ini. Di sampingnya adalah
puteri sulungnya Lisa yang tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta. Menurun dari ibunya, Lisa yang masih 18 tahun ini
juga memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan Sang Ibu. Gadis ini tampil
santai dengan kaos merek Zara yang ketat lengkap dengan jeans hitam yang lekat
dengan pahanya yang ramping.
“Silahkan duduk Nyonya Restuwati
dan Dik Lisa….” ujar Mbah Sukmo mempersilahkan kedua pasien terakhirnya ini
untuk duduk di karpet tepat di depan meja praktiknya.
Mata sang dukun yang tadinya
lelah sontak kembali berbinar. Amboi, cantik benar 2 makhluk ini. Mulus,
berdada montok, dan ah….ternyata tidak cuma mata sang dukun yang berbinar,
penis Mbah Sukmo pun ikut memberikan sinyal soal santapan malam yang indah dari
dua wanita cantik ini. Belum sempat dua pasiennya menyembunyikan kekagetan
dengan kemampuan Sang Dukun menebak nama-nama mereka.
Mbah Sukmo kembali berujar,
“Nyonya Restuwati tidak usah
kuatir. Nyonya pasti bisa jadi anggota dewan tahun ini….Bukankah begitu yang
nyonya inginkan?”
“Be..benar…Mbah Dukun. Gimana
Mbah bisa tahu maksud saya?” tanya Nyonya Restuwati makin kaget sekaligus makin
percaya pada kesaktian sang dukun.
Nyonya Restuwati memang salah
satu caleg dari parpol pada pemilu tahun ini. Dan di saat peraturan bukan lagi
pada nomor urut, melainkan suara terbanyak, membuat sang nyonya menjadi
ketar-ketir.
“Hahahaha…iblis, setan dan jin
mengetahui semua maksud di hati.” ujar Mbah Sukmo bangga.
“Tapi, ini tidak gampang,
Nyonya….” ujarnya lagi.
“Maksud Mbah Dukun? Bagaimana
caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk itu Mbah.” ujar Nyonya Restuwati
tidak sabar.
“Aura kharisma Nyonya tertutupi
oleh tabir gelap sehingga tidak keluar. Harus ada banyak pengorbanan, dan
sesembahan agar itu semua keluar. Tapi itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya
tidak perlu kuatir.” Kali ini Mbah Sukmo mulai ngawur.
Semua kalimatnya sengaja
dirancang untuk mendapatkan keuntungan dari dua wanita cantik ini. “Kamu dan
puterimu harus total mengikuti ritual yang akan saya siapkan. Sanggup?”
“Sanggup,Mbah” “Dik Lisa sanggup membantu Mama?” tanya dukun yang sedang horny
ini pada puterinya.
“Sanggup,Mbah.” Sahut Lisa demi
sang mama tercintanya.
Mulailah Mbah Sukmo komat-kamit
sambil melempar kemenyan pada pembakarannya. Matanya tiba-tiba melotot. Dan
suaranya menjadi parau.
“Kalian berdua ikut aku ke ruang
sebelah….Sebelumnya Nyonya minum air dalam kendi ini. Air suci dari negeri jin
Timur Tengah.” Mbah Sukmo menyodorkan kendi yang memang disiapkan khusus,
dengan rerempahan yang mengandung unsur perangsang yang sangat kuat.
Niat kotornya sudah mulai
dijalankan. Di sebelah ruang praktik utama terdapat gentong besar berisi
bunga-bunga aneka macam. Dan sebuah dipan kayu, serta meja kecil di dekatnya.
Lebih mirip kamar mandi. Mbah Sukmo menyuruh Nyonya Restuwati masuk mendekati
gentong. Dan memberi perintah agar Lisa melihat dari depan pintu ruangan.
“Kita mulai dengan pembersihan
seluruh tabir itu, Nyonya. Rapal terus mantra ini dalam hati sambil aku
mengguyur badan Nyonya….Mojopahit agung, Ratu sesembahan jagad. Hong
Silawe,Hong Silawe. ” lanjut Sukmo.
Tangannya mengambil gayung di
gentong dan mengguyur pada tubuh Nyonya Restuwati. Air kembang pun dalam
sekejap membasahi jilbab dan gamis hitam Nyonya Restuwati. Semakin
memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh Nyonya ini yang masih ramping dan terjaga.
“Edan..ngaceng kontolku rek.” batin
Mbah Sukmo.
Tangannya yang satu bergerak
menggosok tubuh yang sudah basah itu. Dari ujung kepalan Nyonya Restuwati yang
masih terbalut jilbab kuning, dahi, hidung, bibir, leher, dan merambat ke dua
gundukan di dada Nyonya Restuwati. Sempat Nyonya Restuwati terkaget dengan
sentuhan tangan kasar sang dukun, tapi buru-buru dia konsentrasi lagi dengan
rapalannya.
“Bagus terus konsentrasi Nyonya.
Jangan sampai gagal, karena akan percuma ritual kita…Sekarang lepas baju Nyonya
biar reramuan kembang ini meresap dalam kulit Nyonya.” Perintah Mbah Sukmo yang
langsung dituruti oleh Nyonya yang sudah ngebet jadi anggota dewan ini.
Nyonya Restuwati benar-benar
telanjang bulat sekarang. Tubuh putih mulus dengan kulit yang masih kencang.
Melihat mangsanya dalam kendali, Mbah Sukmo semakin berani. Badannya
dirapatkan, agar penisnya menempel di belahan pantat Sang Nyonya yang montok.
Jemarinya semakin nakal memainkan puting Nyonya Restuwati. Terus turun ke
sela-sela paha Nyonya Restuwati, memainkan vagina Sang Nyonya. Setelah 5 menit,
tampak tubuh Nyonya Restuwati bergetar, tanda-tanda bahwa ramuan perangsang
sudah mulai bekerja.
Mbah Sukmo menuntun Nyonya
Restuwati ke dipan kayu yang ada di ruangan itu dengan semua letupan birahi
yang semakin tidak tertahankan. Perhitungannya, tak lama lagi, Sang Nyonya akan
tidak mampu berdiri karena melayang di antara alam sadar dan bawah sadarnya.
Setelah membaringkan mangsanya, Mbah Sukmo meneruskan rangsangannya.
Bibir tebalnya terus mencium
seluruh tubuh Sang Nyonya. Wewangian kembang membuat nafsunya semakin tidak
tertahankan lagi. Bibir dan lidahnya menyerbu bibir vagina Sang Nyonya. Edan,
orang kaya emang beda. Jembutnya aja ditata. Wanginya juga beda, batin Mbah
Sukmo sesaat setelah melihat vagina Nyonya Restuwati. Nyonya anggun ini mulai
terangsang hebat.
Tubuhnya menggeliat-geliat setiap
sapuan lidah Sukmo memutar-mutar klitorisnya. Pantatnya naik turun seakan ingin
lidah Mbah Sukmo tertancap lebih dalam.
“Eeeemmm….”Desah Nyonya Restuwati
penuh kenikmatan.
“Ini saatnya.” Pikir Mbah Sukmo
membuka pakaian dan celananya dengan buru-buru lalu naik ke atas dipan,
mengambil posisi di sela paha Restuwati.
“Apa yang Mbah lakukan pada
Mama?”Tiba-tiba semua perhatian Mbah Sukmo terbelah oleh pertanyaan Lisa.
Iya, ada anaknya yang nonton dari
tadi. Beda ama ibunya, Lisa tentu saja masih sangat sadar.
“Tenang cah ayu. Mamamu harus
melakukan ritual tertinggi kharisma asmaradana. Aku harus menyatu lewat
persenggamaan untuk membongkar tabir jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong.
Kamu mau pengorbanan Mamamu tidak sia-sia bukan,Nduk?”
“Iya,Mbah.” “Sekarang diam di
situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan tadi….” perintah Mbah
Sukmo sambil mengembalikan konsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri
tegak.
Urat-urat penisnya semakin
membesar, pertanda sudah sangat siap untuk melakukan penetrasi. Kepala penis
Mbah Sukmo yang mirip jamur raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di
bibir vagina Nyonya Restuwati.
Bibir vagina yang sudah basah
karena cairan itu merekah saat kepala penis Sang Dukun mulai membelah masuk.
Mbah Sukmo mengatur napasnya. Perjuangannya untuk menembus vagina Nyonya satu
ini ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu besar untuk vagina Nyonya
Restuwati. Baru kepala penisnya yang mampu masuk.
“Aaaaah…seret juga
milikmu,Restuwati sayang. penis suamimu payah rupanya. Tahan sedikit ya. Mbah
akan beri kenikmatan hebat…” bisik Sukmo pada telinga Restuwati.
Di lingkarkannya tangan gempal
Sang Dukun pada pantat montok Nyonya Restuwati. Dadanya bersandar pada dua
payudara Restuwati. Dan dengan hentakan keras, dibantu tekanan tangannya, penis
Sukmo melesak masuk.
“Eeeeemmmphmm,…mm..mm.”Desah
Restuwati sambil merem melek. Pengaruh ramuan perangsang plus hentakan tadi
rupanya membuat sensasi luar biasa bagi Restuwati.
Sukmo pun merasa nikmat luar
biasa. Dibanding milik istri mudanya pun, milik Restuwati masih lebih legit.
Mungkin karena orang kota pandai merawat diri, pikir Sukmo sambil menikmati
pijatan vagina Restuwati.
“Plok…plok…plok…plak…plak…plak..”
suara perut Mbah Sukmo bertemu kulit putih Restuwati.
Sesekali Mbah Sukmo menelan
ludahnya sendiri melihat batang besarnya yang hitam pekat keluar masuk vagina
Restuwati yang putih mulus. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa. “Ooooh…Mbah.”
Restuwati mengeluh panjang.
Tubuhnya mengejang hebat. Orgasme
melanda wanita molek ini rupanya, batin Sukmo. Terasa cairan hangat mengalir
deras membasahi batang penis Sukmo. Sukmo mengejamkan matanya menikmati sensasi
hebat ini. Ia sengaja membiarkan Restuwati menggelinjang dalam orgasmenya.
“Sekarang saatnya,sayang. Jurus
entotan mautku. 6 isteriku sendiri tidak ada yang bisa tahan…”Bisik Mbah Sukmo
sambil tersenyum setelah melihat orgasme Restuwati sudah reda.
Sukmo mulai mempercepat
genjotannya. Naik turun tanpa lelah. Pantat Restuwati pun mengikuti irama
genjotan Mbah Sukmo. Sesekali sengaja dia tarik penisnya hingga hanya
menyisakan kepalanya.
Membuat pantat Nyonya Restuwati
terangkat seakan tidak rela barang besar itu keluar dari vaginanya. Mbah Sukmo
menarik tubuh Restuwati hingga mengubah posisi menjadi duduk. Sambil memeluk
pinggul Restuwati, Sukmo meneruskan sodokannya.
Restuwati pun mengimbangi dengan
meliuk-liukkan pinggulnya. Gerakan pantat Restuwati membuat penis dukun tua itu
seperti diremas-remas. Karena hasratnya yang sudah memuncak. Nyonya Restuwati
mendorong Sukmo rebah. Dan kini Nyonya anggun itu mengambil kendali dengan
liarnya. Rambut panjangnya terurai berkibar-kibar. Peluhnya membuat kulit putihnya
seakan mengkilap.
“Hong
Silawe,…uuuggh…mmm..mmmph…Hong Silawe…aaaaahhh…” Dalam gerakan liarnya pun
Restuwati tidak lupa membaca manteranya.
Mbah Sukmo tersenyum dan
menikmati itu sebagai pemandangan yang begitu erotis. Dua tangannya meraih dua
payudara Restuwati yang terayun turun naik. Meremasnya dengan gemas. Sesekali
tubuhnya terangkat untuk memberi kesempatan bibirnya mengulum dua puting yang
menggoda itu. Nyonya Restuwati mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan
yang hebat ini mungkin baru kali ini dia alami seumur hidupnya.
“Ooooohh….ooohh…uuuggh.Hong….aaaaah…Silawe..Ratu…j
agaaaad…aaaah” Restuwati semakin meracau tak karuan.
Tubuhnya mulai tak kuasa kembali
menahan kenikmatan dahsyat ini. Restuwati terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun.
Pantatnya mengayun dengan irama yang semakin kacau. Dan, kedua tangannya
memegang rambut panjangnya.
“Bagus, sayang…terus
rapal.rapal…aaah…rapal..kita sampai bareng, Restuwatiku….hhhhmmpphh..”Mbah
Sukmo pun merasakan penisnya mulai berkedut.
Sambil mencengkram keras pinggul
Nyonya Restuwati. Mbah Sukmo membantu mempercepat kocokan dari bawah. Tubuh
Mbah Sukmo mulai menegang. Dan sambil bangkit mendekap Nyonya Restuwati, Mbah
Sukmo mengeluh keras,
“Aaaaaaaaagghhh…ghh…Restuwati…”
“aaaaagggh….mmmmph…mmmp…aaaaah.”Nyonya Restuwati pun menyambut pelukan Sang
Dukun.
Tubuhnya bergetar untuk kedua
kalinya. Rupanya inilah kali kedua Restuwati mendapat orgasme hebat di dipan
kayu ini. Badan seksi Nyonya yang anggun ini pun ambruk didekapan Sukmo yang
masih merem melek menikmati sisa orgasmenya dari caleg cantik ini. Dua-tiga
menit ia memeluk Restuwati, membiarkan penisnya menikmati hangatnya liang
peranakan Restuwati. Setelah menidurkan Nyonya Restuwati yang kelelahan di
dipan, Sang Dukun melepaskan penisnya dari vagina Nyonya Restuwati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar