>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 2 6 9 0
Top 2D : 03 12 26 39 40
Cadangan 2D : 52 66 79 80 91
TOP SHIO : Anjing Babi Ayam
COLOK BEBAS : 6 9 0
AS : 2 5 4
KOP : 6 7 8
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Kecil / Ganjil
Dan aku mesti tanggap akan
desahan macam itu, Hal itu terutama karena aku maupun istriku meyakini bahwa
desahannya itu tak mungkin aku penuhi. Penisku yang, yahh.., sedang-sedang saja
mungkin jauh dengan khayalan kami, aku dan istri, yang selama ini juga termasuk
senang nonton BF baik VCD maupun via internet.
Kita semua tahu tontonan fantasi
itu banyak memicu libido kami yang memang sering kami perlukan untuk mencari
variasi dalam hubungan seks kami. Dan di sana kita menyaksikan betapa para
cantik dan tampan plus perlengkapan mereka yang nempel sebagai bagian tubuhnya
seperti penis, buah dada dan pantat maupun yang palsu seperti “dildo” dan
sebagainya ukurannya sungguhlah ideal fantastis.
Dan itu akhirnya yang menjadi
obsesi kami, termasuk yang akhirnya tersalur dalam desahan istriku tadi. Suatu
malam ketika kami dalam keadaan asyik masyuk, pada saat-saat menghadapi
puncak-puncak gairah birahi, kudengar kembali desahan itu,
“Mas, gede-in dongg.., ayyoo,
mass.. Gedeinn.., aku pengin yang gedeeii.. Mass..”.
Ah, Surti.., benarkah ucapanmu
itu..?? Benarkah ke-inginan kamu itu..?? Aku setengah bertanya dalam bisu. Aku
tidak berani bertanya secara langsung.
Aku belum tahu akan risikonya
apabila dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku juga takut kalau dia benar-benar
menginginkan dan aku tidak mempedulikan. Aku merinding dan gemetar kalau
membayangkan dia sendiri yang mencari jalan diluar pengetahuan saya. Aku sangat
takut dia melakukan selingkuh. Aku sangat mencintainya. Aku percaya, kalau dia
mau, dengan gampang mendapatkan lelaki macam manapun yang dia inginkan.
Kecantikan dan sensualnya akan dengan cepat membuat setiap lelaki siap
memuaskan syahwatnya.
Aku sangat menderita apabila
memikirkan semuanya itu. Aku demikian gelisah dan gundah hingga sering terbawa
dalam mimpi-mimpiku. Hanya pada mimpiku terakhir beberapa malam yang lalu dari
tidurku yang sama sekali sulit untuk nyaman, aku mendapatkan perasaan yang
aneh.
Sepertinya aku sedang menyaksikan
istriku digauli dan berhubungan seks dengan seorang pria yang sangat tampan.
Yang aneh adalah aku merasakan birahi saat menonton Surti yang berteriak
histeris dilanda nikmat syahwatnya. Sayang aku terbangun sebelum mimpiku
selesai. Penisku ngaceng dan birahiku yang masih menyala-nyala mendesak-desak
untuk diselesaikan. Pagi itu aku melakukan onani tangan dengan mengingat-ingat
bagaimana istriku dengan penuh nafsu secara aktif meladeni segala kemauan
pasangannya sebagaimana yang kusaksikan dalam mimpiku. Aku merasakan kepuasan
yang amat sangat saat spermaku muncrat-muncrat..
Yaa.., aku merasakan kepuasan
syahwat yang luar biasa dengan mengingat gambaran istriku digauli orang lain.
Sejak saat itu, aku sering onani dengan membayangkan istriku Surti, digauli
lelaki lain.
Pada suatu hari saat aku beranjak
pulang dari kantor, saat aku bosan dengan berbagai hal aku iseng beli “koran
got”. Aku suka sebut dengan “koran got” itu karena isinya memang pantes untuk
dicemplungkan ke-got saja. Isi koran itu hanya penuh berita kriminil,
kecelakaan yang serem-serem atau cerita hantu atau penyelewengan suami istri
yang diungkapkan secara vulgar. Tetapi koran itu sangat laris. Pembacanya
adalah masyarakat kelas bawah yang memang haus hiburan seperti tukang ojek,
supir metro-mini atau pedagang K-5.
Singkat cerita sesudah membaca
“head line”-nya aku langsung aku membuka-buka halaman bergambar untuk sekedar
pelipur lara dan tak kulewatkan juga membaca larik-larik iklan mini.
Pada kelompok iklan Panti Pijat
aku baca sederet iklan.
Ternyata banyak informasi yang
membuat libido bergoyang. Antara lain, lihat, Panti Surgawi, buka 24 jam, sedia
pemijat cantik dan ganteng. Hubungi no. HP xx8907. Kemudian lainnya, Pijat
Gairah untuk suami istri, ditanggung memuaskan, hubungi 021-8877xx. Dari sekian
iklan itu tiba-tiba ada iklan yang menarik bagiku, bunyinya begini, Pijat Sehat
hubungi Pria, Ramon, usia 28 tahun, turunan Arab, tinggi 175 cm, berat 65 kg,
tampan, berkumis dan bulu dada, size 18/5, ditanggung memuaskan. Bisa dipanggil
ke rumah atau hotel. Hubungi 24 jam, HP no. 0818xx.
Ah, aku jadi langsung ingat
istriku. Aku mau tunjukkan padanya iklan macam itu. Aku pengin tahu, adakah
macam itu yang memang dia butuhkan. Yah, tetapi aku tetap harus hati-hati, agar
tidak meninggung perasaannya. Cari” timing”-lah.
Tadi malam aku kembali mendengar
desahan itu. Saat-saat aku konsentrasi untuk melepas spermaku dia kembali,
“Gede-in Mas, ayoo.., gede-in
dulu Mas.. Yang gede yang enak, Mas..”.
Bagaimana mungkin? Dan aku terus
saja mengayunkan kemaluanku yang pas-pasan ukurannya ini hingga spermaku tumpah
ke liang vaginanya.
Tetapi kali ini ada yang aku
cemaskan.
Kali ini dia, Surti istriku ini
mengakhiri hubungan seks tanpa mendapatkan orgasmenya sama sekali. Aku tahu
itu. Aku tahu apabila dia mendapatkannya dia akan menunjukkan luapan emosi
syahwat yang nyata banget. Tetapi kali ini tidak. Dan itu nampak membuatnya
kecewa dan menderita. Dan akhirnya kami tidak bisa tidur hingga larut malam.
Pada kesempatan itulah aku tunjukkan padanya koran yang kubeli dan kusimpan
untuknya.
“Bagaimana, Ma, kalau itu kita
coba saja? Mama percaya nggak ada iklan ini?”
Istriku ini sesungguhnya sangat
pemalu, termasuk di depan aku suaminya. Walaupun dia baca juga iklan itu dia
nggak akan menjawabnya untuk tawaranku macam ini. Dan akulah yang harus
mengerti sendiri jawabannya. Dan ada satu hal lagi, yang rasanya kini justru
datang dari aku sendiri. Kebiasaanku onani dengan membayangkan lelaki lain
menyetubuhi istriku Surti mendorong syahwatku untuk melihat secara nyata
kejadian itu.
Aku ingin mimpi-mimpiku itu
menjadi kenyataan. Duhh.. Gigiku gemelutuk menggigil dan gemetar dengan apa
yang mungkin akan terjadi..
Aku jumpa istriku saat sama-sama
kuliah di UKI. Dia adalah yuniorku dengan selisih 3 tahun kuliah. Surti,
demikian panggilannya, memiliki postur tubuh yang langsing dan getas. Dengan
warna kulitnya yang coklat kuning, dia masih termasuk punya darah biru.
Kecantikannya dikenal di seputar kampus. Dari sekian pesaing, akulah yang
beruntung menjadi pemenangnya untuk mengajak ke pelaminan.
Orang tuanya masih ada hubungan
sebagai cucu raja Jawa, entah dari permaisuri atau selir yang ke sekian. Dengan
tinggi yang 167 cm dan berat 55 kg, dia nampak sangat sportif dan lincah.
Sepintas posturnya mengingatkan figure Dyah Permatasari yang bintang sinetron
itu. Dua orang anak hasil perkawinan kami dibesarkan di Solo sesuai dengan
keinginan mertua kami agar lebih mengenal tradisi dan budayanya.
Di Jakarta kami masing-masing
punya kegiatan dan bekerja. Kami memiliki cukup materi dan lingkungan social
yang baik. Kami sama-sama sepakat bersikap demokrat dan liberal dalam memandang
liku-liku kehidupan ini. Kami terbiasa berfikir positip dalam banyak hal. Dalam
hal hubungan seks, saat ini kami lakukan sebagai penyaluran kebutuhan biologis
semata. Dan itu kami lakukan dengan semangat rekreasi dengan penuh kesenangan.
Dan untuk masalah iklan tadi kini
aku nggak akan tanya untuk yang ke 2 kali. Aku cukup lihat cahaya di matanya.
Aku tahu aku harus mengambil inisiatip. Artinya dia mempercayakan padaku dan
aku bertanggung jawab atas apapun risiko yang akan dihadapi. Saat itu pula, jam
23.35 WIB, tanpa ambil risiko memakai nomer telpon rumah, aku putar no. HP-nya
melalui HP-ku.
Sesaat kemudian ada jawaban.
Ternyata aku berhadapan dengan mesin rekaman yang minta agar aku merekam
pesanku pada HP-nya. Aku lakukan dengan cukup mengatakan, “Hubungi kami segera”.
Ternyata tidak sampai 10 menit
HP-ku bergetar. Aku memandang istriku, tetapi dia nampak acuh saja. Kuraih HP
dan kubuka jawaban, “Hallo”.
Benar, aku menghadapi dan
berbicara dengan Ramon. Dia minta maaf tidak segera membuka HP-nya karena
kebetulan sedang membereskan buku-bukunya. Dia ceritakan bahwa saat ini sedang
melanjutkan kuliah untuk meraih S2-nya. Dia seorang arsitek. Dia memang
memerlukan dana untuk kelanjutan kuliahnya. Dia menyerahkan padaku di mana dan
kapan kami sama-sama jumpa. Dan dia sangat tahu problem macam kami. Dia akan
berusaha sebisanya untuk menolong kami, katanya. Ah, kedengarannya santun dan
intelek banget. Benarkah?
Aku ceritakan pembicaraanku
dengan Ramon pada istriku. Dia tetap saja menunjukkan ke-acuhannya. Tidak
menolak dan tidak meng-iya-kan. Mungkin dia malu untuk menunjukkan girangnya.
Siapa tahu.
Aku janji besok untuk mendapatkan
konfirmasi tempat di mana yang paling nyaman dan aman. Kami tidak ingin hal
macam ini mesti ketemu orang lain yang kami kenali.
Hotel IBS, kamar 534 & 535
Sesudah berpikir-pikir dan
berputar-putar akhirnya aku memilih yang paling aman dan nyaman, Hotel IBS
berbintang 4, yang terletak di seberang perempatan Manggala Wana Bhakti. Hotel
itu merupakan group hotel Internasional. Hotelnya tersebar di seluruh dunia.
Di Jakarta mungkin ada 3 atau 4
hotel dari group dan nama yang sama. Sesudah konfirmasi dengan istriku, OK atau
tidak nya, kemudian dengan Ramon untuk menetapkan waktu dan tempatnya, aku
pastikan untuk booking 2 kamar connecting door dengan no. 534 & 535. Ini
sebetulnya permintaan istriku, yang akhirnya keluar juga omongannya, alasannya
nanti dia akan ceritakan saat ketemu sore nanti.
Dengan cara rasional dan praktis
saja, aku dan istriku sepakat ketemu di restoran hotel jam 19.00 wib. Kupikir
ada baiknya si Ramon juga kami temui dulu di tempat tersebut. Jadi kami
sama-sama makan malam sekalian.
Ternyata aku dan Ramon datang
lebih dulu. Istriku belakangan karena terjebak macet dari kantornya yang di
jalan Sudirman. Sementara menunggu aku sempat sedikit memberikan introduksi
kepada Ramon bagaimana kami sebagai suami istri. Aku tidak tahu apakah hal ini
ada gunanya. Dan yang lebih penting lagi, ternyata Ramon ini orangnya sangat
“handsome” dan nampak cerdasnya.
Dari ceritanya yang tak terlampau
banyak, aku tahu bagaimana dia memandang hidup ini juga pragmatis dan positip
saja. Jadinya tidak begitu beda dengan kami. Mengenai usia istriku yang hampir
38 tahun, lebih tua 10 tahun dari dia, bagi Ramon nggak masalah.
Mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan jasa untuk Ramon tidak ada masalah. Dia akan tidur menemani istriku
hingga besok pagi. Dan, sesuai dengan yang tersebut dalam iklannya, dia juga
tawarkan kepadaku kemungkinan untuk “threesome”, bersama bertiga dalam satu
ranjang. Jawabanku adalah, untuk yang pertama ini biarlah aku menyaksikan saja
dari balik pintu kamar sebelahnya.
Nampak istriku di ambang pintu
restoran mencari kami dan kemudian mengajukan langkahnya. Duh, cantik benar
Surtiku ini. Mungkin dia datang terlambat untuk ke salon mempercantik diri
dulu. Lihatlah, lantai granit restoran yang mengkilat ini membuat bayangan
tubuhnya bak peragawati sedang melangkah-langkah di “catwalk”-nya. Dia
benar-benar bidadari.
Dan sesaat sesudah istriku datang
dan sejenak duduk, sambil bersalaman kenalan dengan spontan penuh kekaguman
Ramon membisikkan padanya bahwa “Jeng Surti” amatlah cantik. Hal ini menjadi
sangat penting dalam perjalanan petualangan ini selanjutnya.
Sikap istriku langsung cair yang
ditunjukkan dengan senyumannya yang sangat menawan itu. Panggilan “jeng” yang
lekat dengan budaya Solo ini membuatnya langsung akrab antara ke-duanya. Ramon
ini sangat paham psikologi orang rupanya. Tentu saja, walaupun kobaran
cemburuku menyala, hatiku gembira melihat perkembangan yang terjadi.
Syahwatku mengaliri urat-urat
darahku. Kini aku sangat ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istriku ini
digauli orang lain. Aku pengin melihat bagaimana dia menerima kenikmatan
syahwat yang akan diberikan Ramon padanya. Aku pengin lihat bagaimana wajahnya
yang terhanyut dalam ayunan gairah libido bukan dengan aku, suaminya. Dan aku
pengin lihat, bagaimana istriku menikmati kemaluan Ramon yang gede itu. Ahh..,
rasanya celana dalamku menyesak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar