>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 2 4 0 6
Top 2D : 03 12 24 30 46
Cadangan 2D : 52 64 70 86 91
TOP SHIO : Naga Anjing Ayam
COLOK BEBAS : 4 0 6
AS : 2 3 7
KOP : 4 5 1
KEPALA : Kecil / Genap
EKOR : Besar / Ganjil
Namanya Wulandari, anak cantik
bintang SMA di kotanya. Gadis ini tinggi dan bertubuh aduhai sekali. Setiap
mata pria yang memandangnya pasti langsung tertuju pada matanya yang indah
dengan bulu mata yang lentik lalu turun kearah bibirnya yang memang sensual itu
dan terakhir adalah pada buah dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMA
Ujian akhir sudah dekat, dan
gadis yang tergolong otaknya encer ini langsung mengikuti bimbingan belajar
yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional tiba. Hasilnya pun tidak
mengecewakan karena setelah pengumuman hasil ujian diberitakan, dia menempati
urutan ke 15 dari SMAnya dan itu sudah tergolong sangat baik mengingat SMA
tempat Wulan belajar adalah SMA favorit di kota itu.
“Hai Lan. Gimana hasil ujianmu?
Pasti dapat peringkat yang tinggi yah?” Tanya seorang teman pria-nya.
Pemuda ini bertubuh kecil dan
merupakan mantan dari Wulan, mereka pernah pacaran waktu masih SMP kelas dua
dan putus setelah lulus SMP karena ketidak-cocokan dan terang saja pemuda ini
tersingkir karena di SMA yang baru Wulan sudah menjadi kembang sekolah yang
baru dan bahkan banyak kakak kelas yang rela berantem untuk memperebutkan
cintanya. Gadis ini akhirnya menetapkan pilihannya pada seorang bernama Putra
setelah gonta-ganti pacar hingga dikelas tiga SMA, adapun nama dari mantannya
adalah Agus.
Wulan hanya tersenyum kecut
setelah tahu pemuda yang menyapanya barusan adalah mantan kekasihnya. Memang
dia sangat tidak suka dengan pemuda ini karena sekarang pemuda yang dulunya
simpatik ini telah berubah menjadi seorang pemabuk yang tidak jelas masa
depannya lagi, walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada.
Agus tertunduk menahan sakit hati
dan malu ketika pertanyaannya tidak dijawab oleh Wulan dan bahkan gadis ini
ngeloyor pergi tanpa peduli dengan perasaan temannya itu. Gadis cantik namun
sedikit congkak walaupun dia punya alasan untuk itu.
Wulan berjalan mendekati
kerumunan anak lelaki dan langsung menuju kesamping Putra, kekasihnya. Beberapa
teman pemuda itu bersiul-siul menggoda, Putra tahu kalau sebenarnya
teman-temannya itu selalu bermimpi bisa berpacaran dengan kekasihnya sekarang
ini, mereka pasti memikirkan bagaimana bentuk tubuh gadis cantik itu saat
telanjang. Segala pikiran kotor seolah dibenarkan dengan cara para anak lelaki
itu menatap pantat, perut dan bahkan buah dada Wulan yang sudah tumbuh itu.
“Gimana rencana buat perpisahan
sama teman-teman?” Tanya Wulan kepada Putra, dan pemuda ini memberikan kode
kepada salah satu temannya untuk bicara.
“Jangan khawatir, semua udah kita
urus kok cantik. Kita bakalan ajak pacar kita masing-masing untuk bernostalgia
sekaligus piknik di hutan wisata diluar kota.” Sahut salah seorang teman Putra
yang bernama Rino. Rino ini berbadan gemuk dan tidak begitu tinggi namun
walaupun begitu dia adalah anak seorang pengusaha yang lumayan sukses.
“Kamu bisa ikut kan Lan?” Tanya
Putra kepada gadis cantik itu, dan Wulan menjawabnya dengan anggukan gembira.
Dia teringat dengan perkataan
Putra bahwa dia akan mendapatkan kejutan pada acara perpisahan dengan
teman-teman kumpulnya selama ini. Dia selalu menebak-nebak apa yang akan
diberikan pemuda ini kepadanya.
Akhirnya hari yang ditentukan
untuk acara perpisahan datang juga. Sabtu siang Putra, Wulan dan 3 pasang anak
SMA yang lain berangkat untuk menuju keluar kota, ke sebuah hutan wisata yang
letaknya tidak begitu jauh dari batas kota. Dalam waktu kurang dari setengah jam
mereka tiba di kawasan hutan lindung itu dan segera saja mereka menyusuri jalan
kecil yang membelah hutan itu untuk menemukan lokasi yang sesuai untuk
berkumpul. Akhirnya setelah beberapa saat mencari, Rino memberikan komando
bahwa dia telah menemukan spot yang asyik untuk mereka berdelapan.
“Kok lewat jalan kecil?” Tanya
Wulan ketika Putra melajukan sepeda motornya menembus rimbunnya hutan dengan
sepeda motor miliknya dan melewati jalan setapak yang belum diaspal, jalan ini
lebih kecil dibandingkan dengan jalan utama yang membelah hutan yang barusan
mereka lewati.
Putra memperlambat laju kendaraan
bermotornya dan akhirnya berhenti ketika Rino dan temannya yang lain juga
berhenti. Mereka telah tiba di daerah perbatasan antara hutan dengan perkebunan
strawberry dan perkebunan kajuput (bahan pembuat minyak kayu putih). Dari
kejauhan tampak sungai membelah kawasan hutan itu dan hanya di hubungkan dengan
sebuah jembaan kecil yang hanya mampu dilewati satu sepeda motor secara
bergantian saja.
Lokasi ini cukup datar dan
semaknya sedikit dimana terdapat dua gazebo tua yang tak terawat yang dulunya
diperuntukkan sebagai lokasi peristirahatan wisata namun karena anggaran
pemerintah kota tidak mencukupi maka proyek dihentikan sementara gazebo dan
perlengkapan lainnya ditinggal begitu saja tanpa diurus sehingga sekarang
terlihat tak terawat padahan gazebo itu cukup besar dan nyaman.
Di tiang-tiang gazebo ini
terdapat coretan tangan-tangan jahil yang kebanyakan adalah anak sekolah yang
dulunya menggunakan tempat itu untuk indehoy bersama dengan pasangannya
masing-masing. Tapi sepertinya Wulan belum paham dengan situasi tempat itu dan
maih adem ayem saja.
“Disini yah?” tanyanya lagi
kepada kekasihnya dan Putra mengangguk lalu mengajak Wulan untuk menuju
kesebuah gazebo dan membersihkan kursi dari semen yang kotor akan daun-daunan
itu sehingga mereka dapat duduk disana.
“Kamu cantik sekali hari ini
sayang.” Perkataan manis itu meluncur begitu saja dari mulut Putra yang sedetik
kemudian dia merangkul Wulan dan memangkunya dipahanya. Sementara Wulan tidak
berusaha untuk melepaskan dekapan Putra dari belakang walaupun dalam hati dia
malu tapi dia juga mau.
“Kita mau apa sih sebenarnya
kemari? Nggak ada apa-apa disini sayang.” Ucap Wulan memecah kebuntuan
pembicaraan antara mereka berdua.
Putra yang asyik membelai-belai
rambut gadis cantik ini kemudian menjawabnya, “Aku ingin berdua saja denganmu,
lagipula nanti kalau kamu memutuskan untuk kuliah, aku kan susah untuk ketemu
kamu lagi karena ayahku tidak memiliki biaya untuk mengantarkan aku ke jenjang
mahasiswa.
Lihat saja Rino dan Agung, mereka
juga berperasaan sama denganku. Rino akan disuruh kuliah diluar kota sementara
Agung udah didaftarkan ke sebuah institut terkenal di Jogja. Kita nggak akan
ketemu lagi dalam waktu yang lama sayang. Aku cuma ingin untuk melepaskan
waktu-waktu terakhir kita sebagai orang bebas. Kamu mau kan?” rajuk pemuda ini
kepada Wulan dan gadis ini tersenyum lalu mengangguk. Dalam hati Wulan, dia
sangat yakin bahwa kekasihnya ini benar-benar mencintainya.
Hari mulai sore dan matahari
mulai memerah pertanda akan segera tenggelam. Seolah tidak rela dengan
kepergian sang mentari, Wulan memeluk kedua tangan Putra yang kali ini masih
merangkulnya dari belakang. Seolah tahu kalau gadisnya itu masih ingin berdua
saja dengannya, Putra menyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu
ketika mereka mengajak Putra dan Wulan untuk pulang. Sekarang tinggal berdua
sendiri ditengan hutan wisata itu.
“Aku tidak ingin berpisah
denganmu bidadariku.” Putra membisikkan kata-kata itu sembari mendekatkan
bibirnya kearaha telinga Wulan dan sedetik kemudian dia mengecup pipi dan leher
Wulan lembut.
Gadis ini menoleh ke belakang
untuk mengatakan sesuatu tetapi langsung dibungkam mulutnya dengan ciuman mesra
dari Putra. Ciuman pertamanya dalam sejarah hidup seorang Wulandari. Entah
karena terbawa oleh situasi yang sejuk dan sepi, Wulan membalas ciuman Putra
itu dengan tak kalah mesranya dan dengan posisi masih dipangku kekasihnya dan
membelakangi Putra, Wulan tak lepaskan ciuman pacarnya itu.
Jemari nakal Putra mulai
meraba-raba payudara Wulan yang masih terbungkus baju sekolah itu dan satu
persatu kancing bajunya mulai terbuka hingga sekarang baju sekolah itu terbuka
lebar mempertontonkan payudara putih Wulan yang dibalut dengan bra warna krem.
Seperti tersihir saja, Wulan sepertinya tidak sadar bahwa sekarang buah dadanya
nyaris telanjang.
Merasa mendapatkan lampu hijau,
Putra lalu mengarahkan tangannya yang sudah mulai lebih nakal itu kearah
punggung Wulan dan melepaskan kaitan bra gadis cantik itu sehingga dengan mudah
sekarang Putra dapat menguak bra milik pacarnya itu keatas dan sekarang
terlihat sudah payudara Wulan tanpa penutup apapun lagi. Ini adalah kali
pertamanya bagi Wulan menunjukkan buah dadanya didepan pemuda yang bukan
keluarganya.
Sembari kedua mulut pasangan itu
saling berpagutan satu sama lain, kedua tangan Putra mulai menjelajahi bukit
kembar gadis ini untuk mendapatkan kepuasan sebagai seorang pria. Buah dada
ranum milik Wulan diremasnya berulang-ulang hingga kedua putingnya mengeras.
Dan tak hanya itu saja, pemuda ini juga memilin-milin puting Wulan dengan
gemasnya hingga sesekali gadis ini harus menghentikan ciumannya untuk mendesah,
entah karena rasa sakit ataupun rasa nikmat yang tiada tara.
“Aaachh… Putra, udah! Aku nggak
mau nanti kita kebablasan.” Seru Wulan mencergah tangan Putra yang menyelusupi
pahanya dari balik rok seragam abu-abunya.
Namun Putra tak peduli dan
menepiskan tangan Wulan yang mencekal tangannya dan langsung mengarahkan ke
pangkal paha gadisnya itu sehingga menyentuh bagian vital Wulan yang masih
terbungkus celana dalam warna putih itu. Bagian vital yang belum pernah dia
tunjukkan kepada siapapun juga bahkan kepada kekasihnya yang terdahulu.
Jemari Putra merasakan adanya
cairan yang membasahi celana dalam kekasihnya itu. Walaupun masih perawan
tetapi Wulan tetaplah seorang gadis normal biasa yang tidak bisa menahan godaan
sensasi apabila terus dirangsang habis-habisan oleh pacarnya. Sekarang vagina
gadis cantik ini sudah basah akan cairan kewanitaannya sendiri. Wulan sadar
bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh dan berusaha untuk membebaskan dirinya
dari rangkulan Putra namun gagal karena Putra sudah tidak dapat lagi melepaskan
momen yang ditunggu-tunggunya selama ini.
Dengan setengah memaksa, pemuda
ini melepaskan bra dan baju seragam SMA yang dikenakan oleh Wulan dari arah
belakang lalu membuangnya jauh-jauh agar tidak dapat direbut lagi oleh Wulan.
Rasa malu pun mendera wajah Wulan yang sekarang berubah merah padam melihat
dirinya sekarang nyaris telanjang dengan payudara yang menggelantung bebas
walaupun dia berusaha menutupinya dengan menyilangkan kedua lengannya tetapi
tetap saja pandangan mata liar Putra dapat menembus sela-sela lipatan tangan
itu.
“Putra! Apa-apaan kamu ini?
Katanya kamu sayang sama aku, kok gini jadinya?” gadis cantik ini mulai
meneteskan air matanya memohon agar Putra mau berhenti dan tidak memaksanya
lagi.
“Lha inilah bukti sayangku
kepadamu Lan. Aku sayang sama kamu dan aku butuh kamu selalu menjadi milikku
selamanya.” Sahut Putra lalu mendekap Wulan dari depan dengan erat.
Berbagai ucapan manis dilontarkan
oleh pemuda ini dan akhirnya Wulan luluh juga hatinya dan membuka silangan
tangannya hingga sekarang payudara montok itu terlihat kembali.
“Kamu benar-benar sempurna
sayang. Buah dadamu benar-benar sangat indah luar biasa.” Ucap Putra lalu
meremas-remas lagi buah dada Wulan dengan mesra dan mulutnya pun tak mau
ketinggalan.
Jilatan dan sedotan juga pilinan
jemari nakal Putra seolah membuat Wulan terbang ke angkasa. Dia yang sebelumnya
anti dengan hal semacam ini sekarang menjadi menikmati. Hilang sudah rasa takut
dan rasa malunya yang tadi sempat mendera hatinya dan berganti sudah dengan keinginan
untuk merasakan kenikmatan total bersama dengan pacarnya sekarang ini.
“Aaachh… Putra… eemhhh…” desahan
demi desahan Wulan yang seksi itu membahana di sekeliling gazebo tanpa takut
bahwa akan ada orang yang menyaksikan perbuatan kedua sejoli itu karena memang
lokasi itu berada ditengah hutan sementara perkebunan yang berada didekat
mereka masih belum waktunya panen sehingga jarang dikunjungi petani.
Tak butuh waktu lama bagi Putra
untuk melancarkan aksi susulan. Ketika Wulan masih dibuai dengan kenikmatan
cumbuannya terhadap buah dada gadis cantik itu, Putra mengarahkan jemarinya
yang sudah terampil itu menelusuri paha Wulan dan mengaitkan jemari kedua
tangannya ke celana dalam kekasihnya itu dan menariknya kebawah. Dalam hitungan
detik saja, celana dalam Wulan sudah jatuh ketanah. Gadis ini kaget tapi belum
sempat dia protes, Putra kembali mencumbu bibirnya sehingga membuat Wulan tak
dapat berkata apa-apa lagi.
Sembari menciumi Wulan, salah
satu tangan Putra meremas-remas payudaranya sementara tangan yang lain
menelusuri vagina gadis cantik ini yang sudah basah. Sesekali Wulan merintih
sakit apabila tusukan jemari Putra terlalu dalam sehingga menyentuh bagian dalam
labia minora gadis cantik ini.
“Jangan Putra! Aku masih
perawan.” Seru Wulan tapi sekali lagi bujuk rayu Putra nampaknya cukup ampuh
untuk membendung penolakan Wulan terhadap perlakuannya itu.
Diturunkannya resleting celana
abu-abu pemuda ini lalu dipelorotkan kebawah beserta dengan celana dalamnya
sendiri dan saat itu juga terpampang dengan jelas dimata Wulan penis seorang
pemuda remaja yang sudah ereksi sedari tadi. Bahkan diujungnya sudah
mengeluarkan cairan pelumas siap untuk mengendarai liang kewanitaan gadisnya
itu.
“Aachhh.. Putra. Kamu mau apa?”
serunya ketika melihat batang kejantanan itu disodorkan kearah Wulan dan
memaksa kedua tangan Wulan itu untuk memegangnya.
Awalnya agak grogi dan risih juga
ketika Wulan menyentuh benda asing milik pria itu, namun setelah beberapa saat
dia sudah mulai biasa bahkan mulai menuruti kata-kata Putra untuk mengocoknya.
Dengan servis tangan sepertinya
Putra masih merasakan kurang puas, lalu dengan sigap dia menarik rok abu-abu
milik Wulan kearah atas sehingga vagina gadis itu terlihat olehnya dengan
jelas. Bulu-bulu lembut dan jarang menghiasi vagina gadis cantik ini. Putra
lalu mengarahkan batang kejantanannya kearah lubang kenikmatan itu dengan
posisi setengah berdiri sementara tangannya yang lain mendorong tubuh Wulan
agar bersandar ke tiang utama gazebo yang berbentuk kotak besar itu.
Pemuda ini menggesek-gesekkan
penisnya ke bibir vagina Wulan sehingga sesekali bibir kemaluan gadis cantik
itu terbuka dan ketika sudah cukup basah, pemuda ini mendorongkan batang
kejantanannya itu kearah vagina Wulan dan menguak menerobos bibir kemaluan
pacarnya tersebut.
“Sakit… aduh… Putra! Hentikan!
Sudah! Aku sudah tidak tahan… sakittt… aaachh…!” racau Wulan sembari berusaha
melepaskan diri dari dekapan Putra namun sia-sia.
Pemuda kekasihnya itu sudah lebih
mirip binatang ketika memaksakan penisnya untuk melabrak lubang senggama gadis
cantik ini.
“Aachhh… sakit! Sudah hentikan!
Sakit…” desak Wulan.
Tapi apa daya karena Putra sudah
kesetanan dan dengan teganya dia melakukan penetrasi paksa kepada liang vagina
yang masih perawan tersebut hingga dalam satu sodokan kasar akhirnya batang
kejantanannya sudah berhasil merobek selaput dara Wulan dan membenamkan seluruh
penisnya kedalam liang senggama gadis cantikitu. Seiring dengan lolongan sakit
Wulan, benda haram yang tumpul itu telah berhasil terbenam didalam liang
kewanitaan dara manis ini.
“Wulan. Kamu benar-benar cantik.
Memang rasanya luar biasa kalau ngentotin cewek secantik kamu” ucap Putra yang
kemudian tanpa memberikan waktu untuk Wulan mengambil nafas langsung saja
melakukan sodokan-sodokan liarnya memompa liang kewanitaan gadis malang ini.
Wulan menangis tersedu setelah
mengetahui dirinya sudah tidak lagi perawan bahkan kekasihnya sepeti lebih
memperdulikan kenikmatan bercintanya dibandingkan perasaannya pacarnnya
sendiri.
Selama sepuluh menit, penis Putra
menyodoki lubang vagina Wulan tanpa ampun walaupun seringkali gadis cantik ini
meminta agar Putra berhenti sejenak karena dia merasakan rasa sakit namun tidak
digubris oleh pemuda ini dan terus melakukan pompaannya tanpa lelah.
Tubuh Wulan yang setengah berdiri
bersandar di balok kayu besar yang menjadi penyangga utama gazebo itu,
terhentak-hentak tiap kali Putra mempercepat goyangan pinggulnya dan sekarang
tubuh molek gadis cantik ini seolah tak bernyawa saja. Payudaranya yang
berulang kali diciumi Putra secara kasar sudah mulai memerah karena perlakuan
kasar kekasihnya itu.
Tak ada lagi desahan kenikmatan,
yang ada hanyalah rintihan tiap kali Putra melakukan sodokan kasar kepadanya.
Dirinya diperlakukan Putra tak ubahnya seperti barang atau benda mati yang
hanya dibutuhkan vaginanya sebagai alat pemuas nafsu pemuda ini saja.
“Wulan! Ahh… sayang… aaahh…” seru
Putra yang lalu mengejang tubuhnya.
Sperma miliknya membasahi liang
senggama Wulan dan menetes keluar seiring dengan saat dia mencabut batang
kejantanannya tersebut dari vagina kekasihnya itu.
“Kamu benar-benar memuaskan Lan.
Kapan-kapan lagi yah. Sekarang kamu kan udah nggak perawan jadi kalo mau
bercinta berapa kali nggak apa-apa.” Ucapnya sembari membelai rambut panjang
kekasihnya yang masih terduduk lemas itu.
Wulan hanya diam saja, dia tahu
kalau belaian itu adalah tipuan, tapi walau begitu dia masih berharap bahwa ini
hanyalah mimpi atau setidaknya dia ingin agar Putra tidak meninggalkannya.
Akhirnya setelah bermesraan
selama satu setengah jam lebih, mereka berdua berboncengan kembali kerumah
masing-masing. Wulan yang baru saja kehilangan keperawanannya menjadi susah
untuk berjalan karena jalannya menjadi agak ngangkang akibat perlakuan kasar
dari Putra pada vagina yang selama ini dijaganya dengan hati-hati. Yang tersisa
sekarang hanyalah gazebo tua yang menjadi saksi percintaan mereka berdua yang
di bangkunya tercecer noda darah perawan seorang Wulandari dan sperma milik
Putra.