>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 7 4 1 0
TOP 2D : 07 14 21 30 47
CADANGAN 2D : 57 64 71 80 97
TOP SHIO : Anjing Ayam Kerbau
COLOK BEBAS : 0 1 4
AS : 0 1 2
KOP : 3 4 5
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Kecil / Ganjil
kegiatan ini semua tentunya juga
rapi karena ku nggak kepingin istriku tahu hal ini. Suatu ketika aku
diperkenalkan pada teman-teman diana satu kelompok, dan pinter sekali diana
bersandiwara dengan berpura-pura telah bertemu denganku pada suatu pesta pernikahan
seseorang sehingga temannya tidak ada yang curiga bahwa aku telah berhubungan
dengan diana.
Hari ini, seusai senam jam 08.30
aku harus langsung kekantor untuk mempersiapkan pertemuan penting nanti siang
jam 14.00. Kubelokkan kendaraanku pada toko buku untuk membeli perlengkapan
kantor yang kurang, saat aku asyik memilih tiba-tiba pinggangku ada yang
mencolek, saat kutoleh dia adalah fifi teman diana yang tadi dikenalkan.
“Belanja Apa De, kok serius
banget.” Tanyanya dengan senyum manis.
“Ah enggak cuman sedikit untuk
kebutuhan kantor aja kok.”
Akhirnya aku terlibat percakapan
ringan dengan fifi. Dari pembicaraan itu kuperoleh bahwa Fifi adalah keturunan
cina dengan jawa sehingga perpaduan wajah itu manis sekali kelihatannya.
Matanya sipit tetapi alisnya tebal dan, Aku kembali melirik kearah dadanya..,
alamak besar sekali, kira-kira 36C berbeda jauh dengan diana sahabatnya.
“Eh.., De aku ada yang pengin
kubicarakan sama kamu tapi jangan sampai tahu diana ya”, pintanya sambil
melirikku penuh arti.
“Ngomong apaan sih.., serius
banget Fi, apa perlu?”, tanyaku penuh selidik.
“Iya perlu sekali, Tunggu aku
sebentar ya, kamu naik apa..”, tanyanya lagi.
“Ada kendaraan kok aku” timpalku
penasaran. Akhirnya kuputuskan Fifi ikut aku walaupun mobilnya ada, nanti kalau
omong-omgngnya sudah selesai Fifi tak antar lagi ketempat ini.
“Masalah apa Fi kamu kok serius
banget sih.”, tanyaku lagi.
“Tenang De, ikuti arahku ya,
santai saja lah”, pintanya.
Sesekali kulirik paha Fifi yang
putih itu tersingkap karena roknya pendek, dan Fifi tetap tidak berusaha
menutupi. Sesuai petunjuk arah dari Fifi akhirnya aku memasuki rumah besar
mirip villa dan diceritakan oleh Fifi bahwa tempat itu biasa dipakai untuk
persewaan.
“Ok fi sekarang kita kemana ini
dan kamu mau ngomong apaan sih”, tanyaku tak sabar, setelah aku masuk ruangan
dan Fifi mempersilahkan duduk.
“Gini De langsung aja ya, Kamu
pernah merasakan Diana ya..?”, tanyanya.
Deg, dadaku berguncang mendengar
perkataan Fifi yang ceplas ceplos itu.
“Merasakan apaan sih Fi?”, tanyaku
pura-pura bodoh.
“Alaa De jangan mungkir aku
dikasih tahu lho sama Diana, dia menceritakan bagaimana sukanya dia
menikmatimu, Hayooooo masih mungkir ya”.
Aku hanya diam namun sedikit
grogi juga, nampak wajahku panas mendengar penuturan Fifi yang langsung dan
tanpa sungkan tersebut. Aku terdiam sementara Fifi merasa diatas angin dengan
berceloteh panjang lebar sambil sesekali dia senyum dan menyilangkan kakinya
sehingga nampak pahanya yang mulus tanpa cacat. Aku hanya cengar cengir saja
mendengar semua omomgannya.
“Gimana De masih mau mungkir nih,
Bener semua kan ceritaku tadi?”, Tanyanya antusias.
Aku hanya tersenyum kecut.
Kuperhatikan Fifi meninggalkan tempat duduknya dan tak lama kemuadian dia keluar
sambil membawa dua gelas air minum. Fifi kembali menatapku tajam aku seperti
tertuduh yang menunggu hukuman. Tak lama berselang kembali Fifi berdiri dan
duduk disampingku.
“De”, sapanya manja.
Aku melirik dan, “Apa?”, jawabku
kalem.
“Aku mau seperti yang kau lakukan
pada Diana De”, aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya dan tanpa membuang
waktu lagi kudekatkan bibirku pada bibirnya.
Pelan dan kurasakan bibir Fifi
hangat membara. Kami berpagut bibir, kumasukkan lidahku saat bibir Fifi
terbuka, sementara tanganku tidak tinggal diam. Kusentuh lembut payudaranya
yang kenyal dia tersentak kaget. Bibirku masih bermain semakin larut dalam
bibirnya. Fifi kelihatan menikmati sekali sentuhan tanganku pada payudaranya.
Sementara tangan kananku mengusap lembut punggungnya. Fifi semakin menjadi
leherku diciumi dan tangan Fifi berada dipunggungku. Tanganku beroperasi
semakin jauh dengan meraba paha Fifi yang mulus dia semakin menggelinjang saat
tangan kananku mulai masuk dalam payudaranya. Tanpa menunggu reaksi lanjutan
aku menaikkan BH sehingga tanganku dengan mudah menyentuh putting yang mulai
mengeras.
Kudengar nafas Fifi memburu
dengan diselingi perkataan yang aku tak mengerti. Fifi mulai pasrah dan kedua
tangaku menaikkan kaos sehingga kini Fifi hanya memakai rok mini yang sudah
tidak lagi berbentuk sedangkan BH hitam sudah tidak lagi menutup payudaranya.
Kudorong perlahan Fifi untuk berbaring di Sofa, Aku terkagum melihat putihnya
tubuh yang nyaris tanpa cacat. Kuperhatikan putting susunya memerah dan kaku,
bulu-bulu halus berada disekitar pusar menambah gairahku. Fifi hanya terpejam
dan aku mulai menurunkan rok mini setelah jariku berhasil menyentil pengait
dibawah pusar. Kini Fifi hanya tinggal memakai CD dan BH hitam kontras dengan
warna kulitnya. Aku bergegas mempreteli pakaianku dan hanya tinggal CD.
Cepat-cepat kutindih tubuh mulus itu dan Fifi mulai menggelinjang merasakan
sesuatu mengganjal dibawah pusarnya. Aku turun menciumi kakinya sesenti demi
sesenti.
“Enggghh hhss”, hanya suara itu
yang kudengar saaat mulutku beraksi di lutut dan pahanya.
Penisku terasa sakit karena
kejang. Mulutku mulai menjalar di paha.., benar-benar kunikmati sejengkal demi
sejengkal. Tanganku mencoba menelusuri daerah disela pahany, Dan kudengar suara
itu semakin menjadi saat tanganku berhasil menyusup dari pinggir CD hitam dan
berhasil menemukan tempat berbulu dengan sedikit becek didalamnya. Tanganku
terus membelai bulu-bulu kaku dan tangan satunya berusaha mempermudah dengan
menurunkan CD didaerah pada berpapasan dengan mulutku. Kusibak semua penghalang
yang merintangi tanganku untuk menjamah kemaluan, dan kini semakin nampak wajah
asli kemaluan Fifi indah montok putih kemerahan dengan bulu jarang tapi teratur
letaknya. Mataku terus mengawasi kemaluan Fifi yang menarik, kulihat
klitorisnya membengkak keluar merah muda warnamya…, aku semakin terangsang
hebat.
Mulutku masih disela pahanya
sementara tanganku terus menembus liang semakin dalam dan Fifi semakin
menggelinjang terkadang mengejang saat kupermainkan daging kecil disela gua
itu. Kusibakkan dua paha dengan merentangkan kaki kanan pada sandaran sofa
sedangkan kaki kiri kubiarkan menyentuh lantai. Kini kemaluan Fifi semakin
terbuka lebar. Mulutku sudah tak sabar ingin merasakan lidahku sudah berdecak kagum
dan berharap cepat menerobos liangnya beradu dengan daging kecil yang manja itu
dengan bulu yang tidak banyak. Kumisku bergeser perlahan beradu dengan bulu
halus milik Fifi dan dia hanya bisa terpejam dengan lenguhan panjang setengah
menjerit. Kubirakan dia mengguman tak karuan. Lidahku mulai menjilat dan
bibirku menciba menghisap daging kecil milik Fifi yang menjorok keluar. Kuadu
lidahku dengan daging kecil dan bibirku tak henti mengecup, kurasakan kemaluan
semakin basah.
Fifi berteriak semakin keras saat
tangaku juga mengambil inisiatif untuk meremas payudaranya yang bergerak kiri
kanan saat Fifi bergoyang kenikmatan. Aku juga tidak tahan melihat semua ini.
Kutarik bibirku menjauh dari kemaluanya dan kulepas Cdku sehingga nampaklah
batang penisku yang sudah tegak berdiri dengan ujung merah dengan sedikit
lendir. Kusaksikan Fifi masih terpejam kudekatkan ujung penisku sampai akhirnya
menyentuh kecil kemaluan Fifi. Jeritan Fifi semakin menjadi dengan mengangkat
pantatnya supaya penisku menjenguk lubangnya. Kujauhkan penisku sebentar dan
kulihat pantat Fifi semakin tinggi mencari. Kugesek gesekkan lagi penisku
dengan keras, aku terkejut tiba-tiba tanfan Fifi menagkap batang penisku dan
dituntun menuju lubang yang telah disiapkan. Denga lembut dan sopan penisku
masuk perlahan. Saat kepala penis masuk Fifi menjerit keras dan menjepitkan
kedua kakinya dipinggangku. Kupaksakan perlahan batang penisku akhirnya
berhasil menjenguk lubang terdalam milik Fifi. Kaki Fifi kaku menahanku dia
membuka mata dan tersenyum.
“Jangan digoyang dulu ya De…”,
pintanya dan dia terpejam kembali.
Aku menurut saja. Kurasakan
kemaluan Fifi berdenyut keras memijit penisku yang tenggelam dalam tanpa gerak.
Akhirnya Fifi mulai menggoyangkan pantatnya perlahan. Aku merasakan geli yang
luar biasa. Kuputar juga pantatku sambil bergerak maju mundur dan saat penisku
tenggelam kurasakan bibir kemaluan Fifi ikut tenggelam dengan kulit penisku.
Tak seberapa lama aku merasakan penisku mulai panas dan geli yang berada
diujung aku semakin menekan dan manarik cepat-cepat. Fifi merasakan juga
rupanya, dia mengimbangi dengan menjepitkan kedua kakinya dipinggangku sehingga
gerak penisku terhambat. Saat penis masuk karena bantuan kaki Fifi semakin
dalam kurasakan tempat yang dituju.
Aku tidak kuat dan, “Fi aku mau
keluar”, lenguhku.
Fifi hanya tersenyum dan semakin
mempererat jepitan kakinya. Akhirnya, Kutekan semua penisku dalam-dalam dan
kusaksikan Fifi terpejam dan berteriak keras. Kurasakan semprotan luar biasa
didalam kemaluan Fifi. Dan aku terus menggoyangnya, tiba-tiba Fifi berteriak
dan tangannya memelukku kuat-kuat. Bibirnya menggigit dadaku sementara
pantatnya terus mengejang kaku, aku hanya terdiam merasakan nikmatnya semua
ini.
Aku menindih Fifi dan penisku
masih kerasan didalam liang sanggamanya. Fifi mengelus punggungku perlahan
seolah merasa takut kehilangan kenikmatan yang sudah direguknya. Perlahan
kujauhkan pantatku dari tubuh Fifi dan kurasakan dingin penisku saat keluar
dari liang kenikmatan. Aku terlentang merasakan sisa-sisa kenikmatan. Fifi
kembali bergerak dan berdiri. Dia tersenyum melangkah menuju kamar mandi.
Kudengar suara gemericik air mengguyur…,
Fifi kembali mendekatiku, aku
duduk diatas karpet untuk berdiri hendak membersihkan penisku yang masih
belepotan, aku terkejut saat Fifi kembali mendorongku untuk tidur.
“Eh fi aku mau ke kamar mandi
dulu.., bersih- bersih nih…”
Tapi tak kudengar jawaban karena
Fifi menunduk di sela pahaku dan kurasakan mulut Fifi kembali beraksi
memanjakan penisku dengan lidahnya. Aku geli menggelinjang merasakan nikmatnya
kuluman mulut Fifi ke penisku. Telur penisku dijilat dan dihisap perlahan.
Serasa ujung syarafku menegang.
Kujepit kepalanya dengan dua
pahaku, Aku mulia menggumam tak karuan tapi Fifi semakin ganas melumat penisku.
Ujung penisku dihisap kuat-kuat kemudian dilepas lagi dan tangnnya mengocok
tiada henti. Akhirnya aku menyerah untuk merasakan kenikmatan mulut Fifi yang
semakin menggila. Kulihat kepala Fifi naik turun mengelomoh penisku yang
menegang. Saat mulutnya menghisap kusaksikan pipi Fifi kempot seperti orang
tua. Penisku dikeluarkan dari mulutnya dan kusaksikan kepala penisku sudah
memerah siap untuk menyemprotkan air kehidupan. Fifi kembali menggoyang
mulutnya untuk penisku tiada henti. Kepala penisku mendapat perlakukan istimewa.
Dihisap dan dikulum. Lidahnya menjilat dan mengecap seluruh bagian penisku.
Tangan Fifi membantu mulutnya yang mungil memegangi penisku yang mulai tak
tentu arah. Aku kegerahan, kupegang kepalanya dan kuataur ritme agar aku tidak
cepat keluar.
Hanya suara aneh itu yang sanggup
keluar dari mulutku. Aku mencoba duduk untuk melihat seluruh gerakan Fifi yang
semakin liar pada penisku. Kepala Fifi tetap dalam dekapan tangaku, kuciumi
rambutnya yang halus dan kobelai punggungnya yang putih licin, dia mulai berkeringat
mengagumu penisku. Mulut Fifi berguman menikmati ujung penisku yang semakin
membonggol. Tanganku kuarahkan untuk meremas payudaranya. Saat kegelianku
datang, payudaranya jadi sasaran amuk tanganku. Kuremas kuat Fifi hanya
mengguman dan melenguh. Gila, Sayang aku tidak berhasil mengatur waktu yang
lebih lama lagi untuk tidak mengeluarkan cairanku. Mulut Fifi sekain ganas
melihat tingkahku yang mulai tak karuan. Lenguhku semakin keras. diluar dugaan
Fifi semakin kuat melakukan kuluman dan hisapan peda penisku. Akhirnya aku
tidak tahan merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Kuangkat pantatku tinggi
– tinggi, rupanya Fifi mengerti maksudku, dimasukkannya dalam-dalam penisku dan
kurasakan Fifi tambah kuat menghisap cairanku aku jadi merasa tersedot masuk
dalam mulutnya.
Tak seberapa lama setelah
cairanku habis, Fifi masih mengulum dan membersihkan sisa-sisa dengan mulutnya.
Aku hanya bisa tengadah merasakan semuanya. Setelah itu Fifi mulai melepas
mulutnya dari penisku. Kulihat semuanya sudah bersih dan licin. Fifi tersenyum
dan dia mengelus dadaku yang masih telanjang. Aku baru bisa berdiri dan menuju
ke kamar mandi saat Fifi beranjak dari duduknya untuk membuatkan aku minuman.
Kubersihkan diriku. Aku minum sejenak, dan Fifi hanya diam saja memandangiku.
“Kenapa Fi…?”, tanyaku.
Dia memandangku dan berkata,
“Maaf ya De sebenarnya aku tadi hanya memancingmu saja kok, aku nggak tahu kamu
udah pernah main ama Diana atau belum, abisan aku lihat tatapan mata Diana sama
kamu kadang mesra sekali sih aku jadi curiga”
“Gila, kupikir”, tapi aku hanya
senyum saja mendengarnya.
Tak terasa waktu sudah
menunjukkan jam 12.45 aku harus bergegas untuk menyiapkan rapat. Kami berdua
menuju ke toko tempat Fifi memarkir mobilnya. Selama diperjalanan kami semakin
mesra dan berkali-kali kudengar lenguh manja Fifi seakan masih menikmati
sisa-sisa orgasmenya. Tangankupun sekali-kali tidak lagi takut menelungkup
disela pahanya atu penggelayut dipayudaranya yang besar. Bahkan Fifi semakin
membiarkan pahanya terbuka lebar dengan rok terangkat untuk mempermudah
tanganku mengembara dikemaluannya. Fifipun tak mau kalah penisku jadi sasaran
tangannya saat tangaku tidak menempati kemaluannya. Kurasakan penisku tegang
kembali. Fifi hanya tersenyum dan meraba terus penisku dari luar celana.
Akhirnya sampai juga ditempat Fifi memarkir mobil dan kami berpisah, Fifi
memberikan kecup manja dan ucapan terima kasih.
Aku hanya tersenyum dan bergumam,
“Besok aku mau lagi..”
Fifi mengangguk dan berkata
“Kapanpun Ade mau, Fifi akan layani”
Hati setanku bersoak mendengar
jawaban yang mengandung arti kemanjaan sebuah penis dan keganasan kemaluan
memerah dengan bulu halus. Diana tidak mengetahui kalau aku sering merasakan
kemaluan Fifi yang putih dan empuk itu. Mereka masih tetap akrab dan berjalan
bersama seperti biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar