>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 7 4 6 9
TOP 2D : 07 14 26 39 47
CADANGAN 2D : 57 64 76 89 97
TOP SHIO : Anjing Ayam Monyet
COLOK BEBAS : 4 6 7
AS : 0 1 2
KOP : 4 5 8
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Besar / Ganjil
lidahku terus bergerak menyapu
seluruh permukaan kulit Neng Shinta. Dan begitu sampai ke gundukan bukit
kemaluannya yang membusung, lidahku segera menyeruak masuk ke dalam celah
sempit yang tadi kulihat berwarna merah jingga. Segera lidahku merasakan ada
cairan yang terasa sedikit asin namun nikmat! Tanpa rasa jijik segera saja
kusedot bibir kemaluan Neng Shinta dengan gemas. Kutelan habis cairan yang
keluar membasahi permukaan liang kemaluan Neng Shinta tanpa rasa jijik. Pantat
Neng Shinta terangkat seolah menyambut juluran lidahku hingga wajahku semakin
ketat menempel di selangkangannya.
Lidahku menyusup semakin dalam ke
lubang kemaluan Neng Shinta yang pantatnya terangkat-angkat seolah menyambut
juluran lidahku. Mulut Neng Shinta tak henti-hentinya mendesis-desis dan entah
disadari atau tidak, kedua tangan Neng Shinta mulai menjambak-jambak rambutku
dan kedua kakinya mengait leherku dan menekankannya ke arah selangkangannya.
Pantatnya terus diangkat-angkat seolah-olah memintaku lebih dalam memasukkan
lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Aku yang memang ingin memberikan sensasi
lain kepada majikanku segera bertindak.
Kedua ibu jari tanganku mencoba
membentangkan bibir kemaluan Neng Shinta agar terbuka lebih lebar dan
kugesekkan mulutku dengan liar pada gundukan bukit kemaluan Neng Shinta yang
membusung. Reaksinya sungguh luar biasa. Neng Shinta semakin liar
menggerak-gerakkan pantatnya dan kakinya semakin ketat menjepit leherku.
Erangannya semakin keras dan tubuhnya terhentak-hentak. Tubuhnya terus
berkelojotan selama beberapa saat lalu gerakannya semakin melemah dan akhirnya
kedua pahanya terkulai lemah menyandar di punggungku. Aku tahu kalau Neng
Shinta telah mencapai klimaks yang kedua kalinya di malam menjelang pagi ini.
Aku yang belum mengalami orgasme
segera saja menempatkan diriku sejajar dengan tubuh Neng Shinta. Tubuh
telanjangku menindih tubuhnya. Kontolku yang ukurannya biasa saja seperti
ukuran pria kebanyakan, sudah sangat keras dan siap tempur. Ukurannya
sebetulnya biasa saja, tetapi yang membanggakanku adalah bentuknya yang agak
membengkok saat ereksi. Jadi kalau dilihat sepintas mirip-mirip pisang Ambon
yang bentuknya agak melengkung.
Dengan perlahan kutusukkan ujung
kepala kontolku (palkon) ke tengah-tengah gundukan bukit kemaluan Neng Shinta
yang munjung itu. Lubang kemaluan Neng Shinta yang sudah sangat licin
memudahkan ujung palkonku tergelincir masuk. Napasku terasa sesak saat kepala
kontolku mulai terjepit kehangatan bibir kemaluan Neng Shinta. Sambil menahan
napas, kudorong pantatku pelan-pelan hingga sedikit demi sedikit batang
kontolku melesak ke dalam lubang kemaluan Neng Shinta. Hangat sekali rasanya.
Apalagi lubang kemaluan Neng Shinta sudah basah oleh lendir akibat orgasmenya
tadi.
“Shh.. Ohh.. Mm.. Aangghh” mulut
Neng Shinta tak henti-hentinya merintih saat batang kontolku menerobos lubang
kemaluannya.
Aku tahu Neng Shinta mungkin agak
menyesal karena telah terjerumus dalam jebakan nafsuku. Neng Shinta hanya pasrah
dan dengan terpaksa ia menikmati rahimnya aku tusuk dengan batang kontolku
berulang kali. Aku tahu ia amat menyesali atas apa yang terjadi malam itu,
terlihat dari air matanya yang keluar saat aku berpesta di atas tubuhnya yang
telanjang.
Kulihat air mata mulai mengembang
di pelupuk matanya. Namun semuanya telah terlambat. Kontolku sudah telanjur
memasuki lubang yang seharusnya hanya menjadi hak suaminya. Aku pun tak peduli,
bagiku yang terpenting adalah melepaskan desakan napsu yang terus mendesak-desak
dari dalam tubuhku. Di atas ranjang kamarnya yang mewah itu, aku berhasil
membenamkan kemaluanku yang lumayan masih cukup perkasa ke dalam rahimnya yang
masih sempit itu.
“Hkkhh..” napasku tertahan saat
seluruh kontolku dari ujung hingga pangkal telah terbenam seluruhnya di dalam
jepitan lubang kemaluan Neng Shinta.
Air mata Neng Shinta sudah mulai
jatuh satu persatu. Namun aku tak peduli. Kehangatan yang aku rasakan pada
kemaluanku saat masuk kedalam tubuh Neng Shinta amat membuatku lupa diri.
Perlahan-lahan kutarik pantatku hingga batang kontolku tertarik keluar dan
hanya ujungnya saja yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluan Neng
Shinta. Lalu dengan kuat kudorong pantatku yang otomatis batang kontolku
melesak dalam-dalam ke dalam lubang kemaluannya.
“Ughh..” tanpa sadar Neng Shinta
mendengus saat ujung kepala kontolku seperti menumbuk sesuatu yang empuk dan
hangat di dalam sana.
Aku terus menarik dan mendorong
pantatku di atas tubuh Neng Shinta. Perlahan-lahan kurasakan Neng Shinta mulai
ikut mengimbangi gerakanku. Secara perlahan pantatnya bergerak memutar
mengikuti irama ayunan pantatku. Batang kontolku serasa diurut dan
diremas-remas dalam jepitan lubang kemaluan Neng Shinta yang sempit. Rupanya
Neng Shinta sudah mulai terangsang lagi. Rasa sedih yang ditandai dengan
melelehnya air matanya seakan-akan sirna dengan goyangannya mengiringi ayunan
pantatku.
Bibir Neng Shinta kembali
mendesis-desis dan mengerang. Aku yang sudah tidak tahan segera menyergap
bibirnya yang setengah terbuka dan menyusupkan lidahku ke dalam mulutnya.
Lidahku mengorek-ngorek mulutnya mencari-cari lidahnya. Sungguh sangat segar
rasanya bibir perempuan muda. Aku serasa kembali menjadi muda lagi. Semangat
baru seolah terpompa dalam darahku. Aku semakin bersemangat menggenjot pantatku
menghunjamkan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Gerakan pantat Neng
Shinta semakin kencang. Pantatnya bergoyang ke kanan dan ke kiri seirama dengan
ayunan pantatku.
“Shh.. Mmaangg.. Hh shh.. Oohh..”
antara sadar dan tidak Neng Shinta merintih-rintih menambah gairahku semakin
membara.
Aku merasa betapa jari-jari Neng
Shinta mencengkeram kulit punggungku yang sudah mulai keriput dimakan usia.
Agak sakit memang, tetapi apalah artinya bagiku dibanding keberhasilanku
menggauli dan menikmati kemolekan tubuh anak majikanku itu. Lidahku yang masuk
jauh ke dalam mulut Neng Shinta mulai menemukan perlawanan dari lidah Neng
Shinta. Lidahku didorong-dorong oleh lidahnya.
Perlahan gairah dalam tubuhku
mulai mendesak-desak dan menggelegak. Lalu gerakan ayunan pantatku kuhentikan
sesaat untuk mengambil bantal dan mengganjal pantat Neng Shinta agar lebih
tinggi. Dengan posisi terganjal bantal, batang kontolku terasa masuk hingga
maksimal. Aku juga semakin leluasa menghunjamkan batang kontolku ke dalam
lubang kemaluannya.
Gerakan pantat Neng Shinta seperti
kesetanan. Jeritannya semakin keras dan menggairahkan. Kedua tanganku segera
kutempatkan di bawah kedua bongkahan pantat Neng Shinta dan meremas-remasnya
sambil terus mengayunkan pantatku naik turun. Aku merasa betapa desakan gejolak
meletup-letup dari bagian bawah perutku. Perutku terasa mulai kejang karena
menahan desakan yang terus menggelora.
“Ohh.. Shh.. Nenggh.. Ter..
Ruhhsshh oohh.. Neengghh!”
Tanpa sadar aku menggeram dan
merintih meminta Neng Shinta agar terus menggoyangkan pantatnya kencang-kencang.
Neng Shinta pun rupanya sudah hampir mencapai orgasmenya. Gerakan pantatnya
sudah tidak terkendali. Cengkeraman kuku jarinya semakin kencang di kulit
punggungku.
“Aakhh.. Ouchh.. Shh.. Oohh..”
Dengan diiringi desisan yang
panjang akhirnya tubuh Neng Shinta terhentak. Pantatnya terangkat dan
mengejat-ngejat. Dadanya terguncang hebat menandakan ia sudah tidak mampu
menahan orgasmenya. Kurasakan betapa batang kontolku terjepit kencang dan
lubang kemaluannya mengedut-ngedut. Tubuh Neng Shinta bergetar hebat dan
berkelojotan selama beberapa saat.
“Ter.. Rushh.. Neenghh.. Aarrghh”
Akhirnya tubuhku ikut terguncang.
Seluruh tubuhku terasa kejang dan mataku mulai nanar. Cratt.. Cratt.. Cratt..
Cratt.. Crrt.. Crrtt..!! Akhirnya tanpa dapat kutahan lagi batang kontolku
menyemburkan air maniku yang sangat kental dan banyak sekali ke dalam lubang
kemaluan Neng Shinta hingga sebagian tumpah keluar saking banyaknya. Ya aku
telah mencapai puncak kenikmatanku setelah sekian lama berpuasa dan hanya
onani. Tubuhku berkejat-kejat di atas perut Neng Shinta lalu ambruk menindih
tubuh telanjangnya.
Neng Shinta amat sempurna saat ia
berada di bawah tubuhku saat aku genjot tadi. Memang benar kata orang orang
bahwa seorang wanita baru terlihat cantik dan menawan jika ia telah berada di
bawah tubuh laki-laki saat kemaluannya di masuki kemaluan pria. Keringat kami
pun akhirnya menyatu dan kain sprei yang kami pakai akhirnya lembab karena
basah oleh percampuran keringat dan juga air mata Neng Shinta ditambah lelehan
spermaku yang tumpah tadi.
Aku benar-benar merasa puas
sekali telah berhasil menikmati kemulusan tubuh majikanku yang cantik ini. Neng
Shinta rupanya terlalu capai hingga ia membiarkan saja tubuh telanjangnya
kupeluk. Ia telah tertidur karena kecapaian setelah pergumulan tadi.
Saat itu jam di kamar Neng Shinta
sudah menunjukkan hampir pukul 04.30. Kamar Neng Shinta yang dingin karena AC
membuat tubuhku menggigil soalnya aku tidak terbiasa tidur dengan AC. Apalagi
saat itu aku masih telanjang bulat dan di sisiku tergolek tubuh telanjang Neng
Shinta yang sudah mendengkur halus. Cantik sekali wajah Neng Shinta saat dalam
kondisi tidur seperti itu. Wajahnya kelihatan begitu damai dalam tidurnya. Aku
sendiri sejak tadi belum mampu memejamkan mataku sepicingpun.
Melihat tubuh telanjang Neng
Shinta yang telentang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang mulus,
gairah kelelakianku kembali bangkit. Batang kontolku mulai menggeliat bangun.
Sungguh pemandangan yang terpampang di depanku begitu mempesona. Kulit Neng Shinta
yang putih mulus begitu mengundang gairah lelaki manapun yang memandangnya.
Dadanya yang putih turun naik seiring dengan napasnya yang begitu teratur.
Tanpa dapat menahan diri lagi tanganku segera mengelus kedua buah dada Neng
Shinta yang lembut. Kupermainkan kedua puting payudaranya dengan jemariku
hingga sedikit-demi sedikit mulai mengeras.
“Mmhh..” hanya lenguhan kecil
yang keluar dari mulut Neng Shinta saat tanganku sibuk mempermainkan kedua
puting payudaranya. Lalu setelah tanganku puas bermain-main di kedua bukit
payudaranya, mulutku pun mengambil alih permainan. Kini mulutku mulai mengulum
kedua puting payudara Neng Shinta secara bergantian. Tanganku secara otomatis
bergerak turun ke arah selangkangan Neng Shinta yang terbuka lebar. Tubuh Neng
Shinta mulai menggeliat namun matanya masih tetap terpejam.
Mulutku terus bergerak menyapu
setiap jengkal tubuh Neng Shinta. Mulutku menjalar dari dada terus turun ke
perut dan berakhir di selangkangan Neng Shinta. Kembali lidahku menyeruak masuk
ke dalam gundukan bukit kemaluan Neng Shinta. Kedua pahanya semakin terbuka
lebar seolah mengundangku untuk semakin dalam memasukinya. Pagi itu aku kembali
menyetubuhi tubuh anak majikanku beberapa kali hingga aku benar-benar puas.
Semenjak kejadian di malam itu.
Neng Shinta mulai mengambil jarak dariku dan tampaknya berusaha menghindariku.
Suaminya tidak tahu tentang peristiwa malam itu. Tampaknya Neng Shinta memang
merahasiakannya. Aku tahu diri dan tidak berupaya memperlihatkan kepada Neng
Shinta tentang bagaimana perasaanku padanya. Aku pun bertindak seperti biasanya
seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara aku dengan Neng Shinta.
Kadang saat malam aku rindu untuk
mengulangi lagi saat kebersamaan dengan Neng Shinta namun aku pendam saja. Dan
sebagai pelampiasannya, aku terus mengintip Neng Shinta bersebadan dengan suaminya.
Tampaknya Neng Shinta amat menikmati persetubuhan dengan suaminya itu. Aku jadi
merasa iri.
Suatu hari suami Neng Shinta pun
kembali bertugas keluar kota lagi. Tampaknya Neng Shinta biasa biasa saja. Ia
tidak memberikan tanggapan apa pun saat itu. Dan malam saat suaminya tugas, aku
berusaha mendatangi kamar Neng Shinta dan meminta berbicara. Neng Shinta
memberiku waktu bicara dan dengan kepintaranku, malam itupun akhirnya aku pun
kembali dapat menikmati kehangatan tubuhnya di kamarnya. Neng Shinta pun
semakin larut olehku. Ini terlihat saat suatu malam tanpa aku duga ia
mendatangi kamarku dan kami pun bersetubuh di kamarku hingga beberapa kali
malam itu.
Sampai saat ini pun di saat
suaminya tidak ada di rumah, aku selalu memberinya kenikmatan ragawi yang
mungkin tidak ia dapati dari suaminya. Aku pun setelah menikmati kemulusan dan
kehangatan tubuh Neng Shinta, punya keinginan untuk dapat merasakan kehangatan
tubuh saudaranya Neng Siska.
Itulah pembaca, sekelumit cerita
yang dialami salah satu pembacaku. Aku sangat senang bisa membantu para pembaca
yang mempunyai pengalaman menarik namun sulit untuk menuangkannya agar dapat
berbagi dengan pembaca lain. Kalau ada pembaca yang mempunyai kisah unik dan
merasa kesulitan, kirim saja ke emailku. Aku dengan segala senang hati akan
membantu menuliskannya untuk anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar