>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 7 5 1 2
Top 2D : 07 15 21 32 47
Cadangan 2D : 57 65 71 82 97
TOP SHIO : Kelinci Tikus Naga
COLOK BEBAS : 1 2 5
AS : 0 1 2
KOP : 4 5 6
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Kecil / Genap
Kisahku ini berawal dari kenangan
bersama seoarang gadis yang bernama Lia,
yang berusia 23 tahun
dan berstatus sebagai seorang
mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Saat itu Lia yang sedang
mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal dengan wisata
pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu
dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe.
Pertemuan itu sendiri terjadi di
internet cafe, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu
karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder mailku.
Lia saat itu sedang mencari
informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa
saat sepertinya Lia tidak menemukan apa yang dia cari. Dengan sangat sopan dan
ramah Lia memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di
kunjungi ke padaku.
“Maaf apakah anda tahu
tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?” tanya Lia tiba-tiba.
Aku yang saat itu duduk berjarak
2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan itu.
“Anda bertanya kepada saya?”
tanyaku kemudian.
“Iya, maaf kalau mengejutkan
anda!” Ujarnya kemudian.
Dengan sedikit gugup, kemudian
aku menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan
file-file aku.
“Di daerah ini yang menjadi
primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan
pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata
budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini,” terangku kemudian.
Mungkin karena penjelasan ku
cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di
sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di
depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat
itu sedang aku print.
“Kamu mengarang lagu sendiri
yah?” tanya Lia lagi.
“Iya, kebetulan aja aku pemain
musik di cafe dan suka menulis lirik lagu,” terangku lagi.
“Boleh aku baca lirik lagu-lagu
kamu?” sahut Lia kemudian.
“Silakan, dengan senang hati,”
lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Lia, yang
saat itu sedang berdiri di sampingku.
Setelah beberapa saat Lia membaca
semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Lia berkata, “Kamu menulis
kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?” tanya Lia lagi. Yang kemudian aku
timpali dengan tersenyum kepada Lia.
“Semua lirik lagu-laguku memang
dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa
aku rekam dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat
berharga bagiku nantinya,” jelasku lebih jauh.
“Oh iya, kita sudah lama ngobrol
nih tapi belum mengenal nama masing-masing diantara kita” sahut Lia spontan.
Lia mengawalinya dengan menyodorkan tangannya..
“Lia..” ujarnya pendek. Yang
kemudian giliran aku utuk melakukan hal yang sama.
“Adietya,” sahutku juga.
Dari perkenalan yang singkat itu,
kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia
memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling
di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih.
Waktu menunjukan pukul 08.00
WITA, sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan
kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam.
“Pagi Adiet.. Tunggu bentar yah,
aku sudah siap kok,” Dalam hitungan menit Lia sudah keluar dari kamarnya.
“Ayo kita berangkat!” katanya
kemudian.
Dengan berjalan menyusuri pantai
kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas
perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua
pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya
membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu.
Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas
karena cuaca begitu bagus pagi itu.
Sesampainya di tujuan aku dan Lia
turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri
hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan
hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama
setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaos nya dan
terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat.
Saat itu Lia mengenakan bikini
warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku
tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b. Kemudian
pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki
jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin sempurna. Aku hanya bisa
menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku bisa memeluk tubuh yang sexy
itu betapa beruntungnya diriku.
“Hai.. Kenapa melamun?” tegurnya
mengejutkanku.
“Aku sudah siap nih” sahut Lia
melanjutkan.
“Baiklah kalau begitu” ujarku
menimpali tegurannya.
Ini adalah pengalaman pertama
bagi Lia untuk snorkeling, dan sebelumnya Lia minta di ajarin sampai bisa. Hal
yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh wajah
tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut.
Dengan penuh kesabaran aku
mengajari cara-cara snorkeling yang umum dilakukan. Pertama aku membantunya
memasang masker yang mana saat itu aku berdiri begitu dekat dengan nya, aroma
khas tubuh Lia tercium sesaat, ketika aku membetulkan anak rambut yang menutupi
raut wajahnya.
Kemudian Lia memasang fin
sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk ke
dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Lia menuju ke tengah, yang aku
perhatikan gaya berenang Lia sangat bagus. Setelah pengenalan di air cukup,
akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Lia
melakukan snorkelingnya.
Dari dalam air, beberapa kali aku
sempat memandangi bentuk tubuh Lia yang aduhai dari arah belakang saat dia
berenang, mulai dari belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya
yang menantang.
Kembali aku berenang beriringan
dengan Lia untuk meyakinkan kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita
berenang, tiba-tiba kaki Lia kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar
tidak tenggelam dan membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di
tengah laut. Kita berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian
leher kita yang tidak tenggelam.
“Thanks ya Diet.. Atas
bantuannya,” Ujar Lia sesaat setelah kejadian itu.
“Sama-sama,” timpalku kemudian.
Setelah acara snorkeling yang
melelahkan, kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di
tepian pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing-masing, Lia
meluruskan kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Lia bercerita tentang
kisah asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang
super sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya.
Aku berusaha menghiburnya dengan
mengatakan, kalau seandainya kalian tulus saling mengasihi hal itu tidak akan
terjadi dan yang lebih terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam
menentukan sikap. Sepertinya Lia sangat senang dengan pendapatku yang demikian,
hal itu terlihat dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang.
“Makasih ya Diet.. Kamu sudah mau
menjadi teman curhatku,” sahut Lia kemudian.
Aku hanya tersenyum sambil
mengatakan, “Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum, mungkin saat lain
kamu yang akan membuatku tersenyum.” timpalku pelan.
Tak terasa kedekatan ini membuat
tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan merengkuh tubuhnya untuk
merapat ke pelukanku. Lia hanya diam sambil tersipu malu.
“Betapa bahagianya seorang cowok
jika mendapatkan dirimu Lia,” lanjutku lagi.
“Kamu begitu baik, sabar, cantik
dan memiliki tubuh yang sexy lagi,” tambahku kemudian
Yang di jawab dengan senyumannya
yang mempesona. Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Lia
yang terbuka basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung
sekali suasana pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena
memang lokasi kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir
Lia yang ranum, dan terdengar desahan halus darinya.
“Ohh.. Diet,” desahnya. Sembari
membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku.
“Aku sayang kamu Lia,” bisikku
pelan.
Tanganku juga tak tingal diam,
dengan perlahan aku mengelus punggung Lia yang hanya di lapisi bikini tanpa bra
di dalamnya. Sesaat tindakan ini membuat Lia semakin terangsang yang diiringi
dengan sikap memelukku erat.
“Oh.. Diet teruskan,” desahnya
lagi.
Tanpa menghentikan tindakanku,
tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari luar bikini
yang disambut dengan desahan berikutnya.
“Ohh..” desah Lia kembali.
Perlahan aku mulai membuka bikini
Lia dari bagian atasnya dan berhenti sesaat sampai di pinggangnya, maka
tersembulah payudara Lia yang ranum menggairahkan dengan di hiasi ujung nya
yang merah dan mulai keras.
Sepertinya Lia mulai terangsang
sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan payudar Lia
dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian payudaranya dengan
lincah.
Putingya aku hisap dengan lembut,
sesaat setelah Lia bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku
merebahkan tubuh Lia yang sexy pelan.
Aku melanjutkan kegiatanku dengan
memegang telapak kaki Lia kemudian, sesaat setelah Lia menelentang dan
mencumbui setiap jengkal kakinya. Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya
yang mulus dan jari-jari kakinya yang lentik. Lidahku juga menghisap ujung
jari-jari kakinya, yang membuat Lia semakin menggelinjang lembut.
“Oh.. Diet.. Kamu pintar
menaikkan gairahku,” desahnya pelan.
Berikutnya lidahku berpindah
untuk memberikan kepuasan lagi ke bagian tubuh Lia yang lain. Kali ini adalah
bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu bagian belakang telinganya.
Kembali Lia mendesah pelan..
“Ohh.. Teruskan Diet,” desahnya.
Setelah cukup lama tangan Lia
berdiam diri, akhirnya tergerak juga untuk mengambil bagian di kesempatan ini.
Tonjolan di celana renangku sudah begitu keras, setelah tangan Lia masuk
membelai penisku dengan lembut.
“Oh.. Lia.. Sss..” desahku
kemudian.
Kemudian aku lanjutkan untuk
membuka sisa dari bikini Lia yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai
ke pangkal kaki. Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Lia yang
ternyata dia sedikit kegelian.
“Hek.. Geli Diet,” ujarnya.
Seketika aku menghentikan
menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian
dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi
tertata rapi dan beraroma khas.
Tak lama berselang aku
menjulurkan lidahku ke bibir luar vagina Lia dengan lembut. Hal ini menimbulkan
sensasi tersendiri buat Lia.
“Ohh.. Diet.. Sss..” desahnya
bergetar.
Kemudian aku lanjutkan dengan
menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Lia
semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku.
“Ohh.. Enak.. Sayang..” desahnya
pelan. Lendir di lubang vagina Lia semakin deras keluar, menandakan kalau Lia
begitu terangsang hebat.
“Ohh.. Diet.. Masukin sekarang..
Sayang..” pintanya mesra.
Sambil merangkak aku kembali menciumi
bibir Lia yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan lembut aku
memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Lia pelan. Tanpa
kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Lia, karena lendir Lia
cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya.
“Ohh.. Tekan lebih dalam..
Diet..” pintanya kemudian. Yang diiringi dengan bibirnya mendesis lirih.
“Ssshh..” desis Lia. Perlahan dan
lembut aku memaju mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam
lagi.
Sret.. Sret.., irama penisku
beradu dengan vagina Lia. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa tubuh Lia
bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Lia dengan hangat, menyirami
kepala penisku. Lia mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya yang
menggairahkan.
“Diet.. Aku sampai.. Ohh..”
teriaknya lembut.
Kemudian aku mengecup bibir Lia
dengan lembut, dan kembali memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku
merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku
ke dalam vagina Lia. Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina
Lia. Bergetar tubuhku saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Lia
dengan deras, sambil memeluk erat tubuh Lia yang sexy.
“Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali..”
jeritku sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Lia.
Setelah itu aku kembali mengecup bibir Lia dengan lembut dan membisikkan
kata-kata..
“Makasih yah sayang.. Kamu sudah
membahagiakan aku,” bisikku lembut.
Begitulah seterusnya kisah cinta
antara aku dan Lia yang berujung hubungan lebih serius sepulang nya Lia Ke
Jakarta.
Sampai di sini dulu kisahku,
nantikan kisahku yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar