>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 2 9 8 4
Top 2D : 02 19 28 34 42
Cadangan 2D : 52 69 78 84 92
TOP SHIO : Naga Tikus Kelinci
COLOK BEBAS : 2 4 8
AS : 0 1 2
KOP : 4 5 6
KEPALA : Besar / Genap
EKOR : Besar / Genap
Kurasa tidak perlu aku ceritakan
tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang
sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah
punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun
aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang
menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di
lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.
Isteriku bernama Resty. Ada satu
kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang
tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari
selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk
melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya.
Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku
pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap
saat.
Kegilaan ini dimulai saat
hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau
mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka.
Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya,
woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah
bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.
Mereka pun sama seperti kami,
belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang
ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan
isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak
tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena
hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau
sebaliknya.
Pada suatu malam, saya seperti
biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku
nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak
menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti
biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget,
tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.
Waduh, gimana ini Gus..? Nggak
enak nih..!
Nggak apa-apalah Mas, toh itu
tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak
sekalian. katanya menyebut isteriku.
Aku tersinggung juga waktu itu.
Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk
memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.
Gila kamu..! Apa enaknya nonton
gituan kok sama tetangga..? kata isteriku ketika kuajak.
Akhirnya aku malu juga sama
isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung
tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena
sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya
sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku
bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.
Mataku jelalatan menatapinya.
Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak
dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku
sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah
menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik
isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes.
Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan
isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan
kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal
hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.
Isteriku sampai terengah-engah
menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku
dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak
dapat kuceritakan.
Mas.., sekarang Mas..! pinta
isteriku memelas.
Akhirnya aku mendekatkan
kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.
Setelah kami berdua sama-sama
tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?
Aku diam saja karena malu
mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.
Sorenya Agus datang ke rumahku,
Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..? tanyanya setelah kami
berbasa-basi.
Maksudmu apa Gus..? tanyaku
heran.
Isteriku tadi cerita, katanya
tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.
Loh, aku heran, dari mana Rini
nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami
saling berhadapan.
Agus langsung menambahkan, Nggak
usah malu Mas, saya juga maniak Mas. katanya tanpa malu-malu.
Begini saja Mas, tanpa harus
memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, Aku punya ide, gimana kalau
nanti malam kita bikin acara..?
Acara apa Gus..? tanyaku
penasaran.
Nanti malam kita bikin pesta di
rumahmu, gimana..?
Pesta apaan..? Gila kamu.
Pokoknya tenang aja Mas, kamu
cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain.
Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah
mencobanya..?
Malamnya, menjelang pukul 20.00,
Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami
ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu
menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh
isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan
perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.
Tiba-tiba saja nafsuku bangkit,
aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu
kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik
isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin
bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama
Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa
bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal
itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak
mengalahkan pikiran normalku.
Kuperhatikan Agus perlahan-lahan
mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan
isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin
tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi
itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga
tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas
meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.
Perlahan-lahan Agus membuka BH
Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya
terbuka.
Kegilaan apa lagi ini..? batinku.
Seolah-olah Agus mengerti, karena
selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang
masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal
menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku
digantikan oleh Agus.
Kemudian kudekati Rini yang kini
tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena
memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya
yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas
menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.
Perlahan-lahan jari-jemariku
mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana
dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut
sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati
sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu
panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.
Peluklah aku Mas, tolonglah
Mas..! erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi aku tidak melakukannya.
Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam
ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna.
Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang
pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini
suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
Kemudian kujilati seluruhnya
tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu
hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali,
mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke
dalam.
Sshh.., akh..! Rini menggelinjang
nikmat.
Kuteruskan melakukannya, kini
lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.
Kini mulutku menuju dua bukit
menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas.
Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya
seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku
berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati
kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.
Rini memasukkan kemaluanku ke
dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa
enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa
Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum
kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat
saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan.
Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.
Kini tiga jari kumasukkan ke
dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari
mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti
terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku
sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di
dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini
terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera
memasukkan kemaluanku ke lubangnya.
Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya
dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar
supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan
kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.
Ketika kepala kemaluanku memasuki
lubang itu, Rini mendesis, Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas,
masukkan lagi akhh..!
Dengan pasti kumasukkan lebih
dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan
luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku
hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah
kurasakan sebelumnya.
Tanganku sekarang sudah meremas
payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti
megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat
bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku
semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi
seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan
sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya.
Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.
Luar biasa kemaluan Rini ini,
seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam.
Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek
menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan
napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang
membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia
berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan
kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar,
lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.
Kukangkangkan kaki Rini dengan
cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan
senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan
kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali.
Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku
hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit.
Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun
menikmati gaya ini.
Buah dada Rini bergoyang-goyang
juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada
itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa
itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini
semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari
dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku.
Aku masih berusaha menahannya.
Segera aku mencabut kemaluanku
dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang
di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya
sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan
Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku
kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.
Pantatku kembali naik turun
berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara
yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap
sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya.
Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu
keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut
bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar
hebat.
Mulutku terasa asin, ternyata
bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah
terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku
ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara
Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit
kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar
dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.
Perlahan-lahan otot-ototku
mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum
puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga
tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju
kamar mandi.
Hingga saat ini peristiwa itu
masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke
Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan
pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah
kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku.
Seandainya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar