>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 6 9 2 8
Top 2D : 06 19 28 32 46
Cadangan 2D : 59 62 78 86 99
TOP SHIO : Tikus Ayam Babi
COLOK BEBAS : 6 8 9
AS : 0 1 3
KOP : 4 5 7
KEPALA : Kecil / Genap
EKOR : Besar / Genap
Toni adalah
pria awal 30-an berpenghidupan lumayan dgn pekerjaan sebagai seorang pialang di
suatu perusahaan sekuritas sedang. Tidak ada yang aneh dgn kehidupannya. Semua
berjalan lancar. Bila ada tekanan-tekanan dlm pekerjaan bahkan membuatnya
merasa bergairah untuk menjalaninya. Ini hidup katanya dlm hati. Kehidupan
seks-nya juga demikian, hampir tidak ada masalah. Ia bisa mendapatkan apabila
ia mau, tentunya dgn proses yang wajar, sebab Toni sangat menghindari ‘sex
shopping’ atas alasan-alasan tertentu. “Biar cinta berjalan semestinya, ”
yakinnya.
Sore itu
market mendekati closing hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar
meregangkan otot. Hari ini ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dgnnya.
Sejumlah keuntungan berhasil dibuatnya dlm one day trade. Sebagian masuk ke dlm
rekening pribadinya. “Aku memang patut mendapatkan, ” pikirnya, tidak ada yang
merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya terangsang
secara seksual.
Dipandangnya
sekitarnya. Ada beberapa wanita rekan kerja yang masih berkutat. Ia segera
memalingkan wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari
mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik aku
pulang batinnya. Ada sesuatu yang mengingatkan untuk menunda jam kepulangannya,
ia tidak mempedulikan. “Cerita Sex: Rani Gadis Pelajar SMU ”
Dikemudikan
mobilnya keluar dari basement perlahan-lahan. Beberapa anak pelajar SMU tampak
bergerombol di halte dekat gedung kantornya. “Ahh..” kernyitnya. Ia terjebak di
kemacetan rutin sore hari. Dirinya sdh mengingatkan supaya menunda. “Instingku
semakin bagus saja, ” senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar jendela mobil.
Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak bergerak sama sekali.
Dilihatnya ke belakang dgn putus asa. Keadaan di belakang sama buruknya dgn
pemandangan di depannya.
Toni menarik
nafas dalam-dalam. Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. “Tenang Ton, ini
bukan alasan yang bagus untuk merusak 1 hari tenangmu, ” katanya sambil
membenarkan letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca
mobilnya. Dgn segan ditekannya switch jendelanya. Petugas itu memberitahu kalau
terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu lintas baru dapat lancar
paling cepat 30 menit.
Dihempaskan
tubuhnya ke kursi mobil. “Bagus!” ia menutup wajahnya. Itulah alasan yang
paling tepat untuk merusak moodnya. Dibukanya TV mobil. Dipilihnya satu film
porno kesayangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dgn hambar. “Huh!
Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah, ” sungutnya
sambil mematikan. Toni menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari menatap ke arah
kiri.
Tampak di
luar gadis-gadis berseragam SMU masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa
di antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. “Dasar gadis
remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya, ” katanya dlm hati. Tiba-tiba
darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yang sangat muda.
Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yang bertumpu dgn tangannya di belakang
sesampai dadanya membusung ke depan. Wajahnya begitu bersih dan muda. Rambutnya
sebahu dgn leher yang jenjang. Toni mulai termakan fantasinya sendiri. Ia
memang tidak pernah bercinta dgn gadis belia. Itukah yang dimaukannya saat ini?
“Tidak, ” sahutnya sendiri, “Itu terlalu gila. ” sambil menatap ke depan ia tak
dapat menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dgn
seksama lekukan pantat yang padat itu dgn lutut indah dan kulit yang bersih.
Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke otaknya dlm format
gerakan erotis.
Tiba-tiba
salah seorang dari mereka tersingkap roknya. Toni bersorak dlm hati.
Diperhatikannya dgn seksama paha bagian dlmnya.. begitu kencang, dan perlahan
ia mulai ereksi. Kaca film mobilnya membuatnya sangat aman dlm bereksplorasi.
Ia mulai menurunkan reitsleting celananya. Dibelainya lembut batang
kejantanannya tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak
kencang. Imajinasinya meluapkan perasaan baru yang sangat dahsyat, bercinta dgn
belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar tissue
apabila ia orgasme nanti.
Tiba-tiba
para gadis itu berdiri dan berjalan menjauhi halte sebab beberapa orang
berkulit gelap berbadan besar memasuki halte itu. Toni meraung keras sekali.
“Arrgh!” Ditatapnya para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar
daripada manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu
kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. Dgn mengumpat
ia merapatkan reitsleting celananya kembali. Langit semakin gelap. Rupanya awan
berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat dan guntur bersahutan,
diakhiri oleh curahan air yang berirama semakin cepat dan lebat.
Di dlm mobil
Toni tampak melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah
kepada nasib buruknya. Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan mobilnya
menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka memukul kap mobilnya.
Toni membalas dgn mengacungkan jari tengahnya. Ia merasa aman. Toh mereka
takkan melihatnya.
Dinyalakannya
mesin mobilnya sebab kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil
memandang ke kiri. Toni hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu
ada di sana dlm keadaan basah kuyup. Toni memutar kepalanya untuk mencari yang
lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Toni. Tapi tunggu.. dlm keadaan basah
semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas. Rambutnya yang basah,
pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang sintal, payudaranya menggelembung
indah dgn pantat yang bundar, Toni kembali ereksi.
Bibirnya
bergetar menahan nafsu birahinya yang melintas menabraknya berulang-ulang.
Matanya
terasa panas. Dibukanya pintu mobilnya setelah itu ia berlari mendekati gadis
itu.
Sengaja ia
berdiri di belakangnya supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya
gadis ini, tubuh yang belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat
penuh menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yang ramping dgn pantat bundar yang
berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yang indah dan bersih. Gadis itu memutar
tubuhnya dan berhadapan dgnnya yang sedang menjadi Juri festival foto bugil.
Toni tergagap dan secara refleks menyapanya. Gadis itu tersenyum sambil memeluk
tasnya menutupi seragamnya yang transparan.
Dgn berdalih
bosan di mobilnya, Toni mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte
itu. Gadis itu bernama Rani, kelas satu SMU swasta berumur 16 tahun. Toni tak
menghiraukan secara detail percakapannya sebab suara Rani terdengar sangat
merangsangnya.
“Kita
ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih, ” kata Toni.
Rani menatap
ragu. Toni menangkap maksud pandangan itu.
“Ok, begini..
Kamu nggak perlu takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dlmnya ada semua
kartu identitas saya. Kalo saya berniat jahat dgn kamu, kamu boleh buang kunci
ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?” Rani tersenyum riang menerima dompet
itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.
Di dlm mobil
Rani merasa gugup. Baru kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi.
Sekilas teringat pesan ibunya untuk menjaga diri, dan bayangan pacarnya yang
tidak menjemputnya. Rani menjadi kesal. Rani membuka dompet itu, terdapat
beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan di
saku bajunya.
“Ini cukup,
” ujarnya.
Dgn
tersenyum acuh Toni menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya.
“Kamu
kedinginan? saya punya kemeja bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya
janji tidak akan menengok ke belakang, ” tanya Toni penuh harap.
Rani
menggelengkan kepalanya. Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap
mendung dan derasnya hujan. Bahkan Rani pun mulai berani menceritakan dirinya.
Mata Toni mencuri pandang untuk menatap paha Rani yang tersingkap. Toni
menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan pengalaman
seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay. Ia ceritakan dgn lancar dan halus
sampai Rani tidak tersinggung. Toni menangkap beberapa kali Rani menarik nafas
panjang, sepertinya Rani terangsang mendengar cerita Toni. Wajahnya mulai
memerah, jemarinya memilin ujung tali tasnya.
“Tampaknya
ini tak cukup, ” kata Toni.
Lalu ia
menawarkan Rani untuk menonton VCD kartun kesayangannya. Rani berseru gembira.
Lalu Toni membuka TVcar-nya dan berkata,
“Kamu tunggu
di sini. Kunci pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu. ”
Rani mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.
Toni keluar
mobil sambil membawa remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dgn
film yang sama ia tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan
pinggir jalan dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan
cuaca ke pedagang asongan itu. Rani menatap adegan di mini TV itu. Lelaki
sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub. Ia
memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali ke layar.
Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Toni dari dlm mobil itu. Kembali ke
layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting susu. Tangannya menjadi
dmau. Lelaki itu sekarang menjilati paha. Rani menyilangkan kaki kirinya di
atas kaki kanannya. Lalu lelaki dlm film itu mulai menjilati liang kewanitaan
wanita itu. Rani merasa seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah.
Iapun heran mengapa nafasnya begitu.
“Sorry rada
lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang, ”
sembur Toni.
Rani
tersentak dan memalingkan wajahnya. Toni pura-pura terkejut sambil cepat-cepat
mematikan stereonya dan menutup layarnya.
“Aduh,
maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Ran, ” kata Toni tergagap.
Lalu ia
membuka CD changer dan mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua
dan membuangnya ke luar mobil. Rani sangat terkejut melihat itu lalu berkata,
“Udah deh
Ton nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya, ” katanya sambil
memegang lengan Toni.
Toni menoleh
pelan sambil menatap mata Rani.
“Sorry?”
Rani menyahut pelan.
“Nggak pa-pa,
” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Toni. Now or never.
Dipegangnya
lengan Rani. Ditariknya mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat
seragam putih yang masih basah dgn bra membayang itu Toni kehilangan kontrol.
Bibirnya langsung mengecup bibir Rani. Rani tersentak ke belakang kaget. Toni
memburunya. Dikulumnya bibir bawah Rani yang masih terengah-engah itu, sambil
menurunkan posisi kursi mobilnya sesampai Rani tampak seperti berbaring.
Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya menggelitik belakang telinga
Rani sambil sesekali menyeruak masuk ke lubang telinganya. Bau harum rambut
Rani memancarkan bau alami gadis belia tanpa parfum, mengundang Toni untuk
berbuat lebih jauh.
Dibukanya
kancing seragam sekolah Rani sambil mengulum mulut Rani. Rani menggelengkan
kepalanya perlahan. Toni mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging
padat dan kenyal terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya.
Biarkan aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dgn seluruh indraku untuk
membuatmu menjadi ternoda. Aku mau menyetubuhimu, menghinakan tubuh sucimu,
sebab aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Toni berteriak. Dibukanya bra itu
lalu dgn rakus dijilat puting kiri Rani sambil meremas payudara kanannya.
Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak ditelannya. Rani mengerang.
Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu Toni memindahkan tubuhnya ke atas
Rani. Dgn kasar dipegangnya celana dlm Rani. Rani tak sanggup berkata dan
bergerak, semuanya begitu ketakutan.
Kemautahuan
dan kenikmatan berbaur, muncul silih berganti menggempur hati, otak dan
nalurinya. Saat ia merasa takut dgn perbuatan Toni, sedetik setelah itu ia
merasa jiwanya melayang, sedetik setelah itu otaknya memerintahkan tubuhnya
supaya bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang. Rani
meneriakkan kata jangan sewaktu Toni dgn kasar melepas celana dlmnya, lalu ia
didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Toni berpindah tempat dgn cepat ke
bawah tubuhnya dan mulut Toni mulai menjilati liang kewanitaannya seperti hewan
yang kehausan. Dicengkeramnya pegangan pintu, kakinya diangkat oleh Toni ke
atas.
Rani tak
tahu apa yang dilakukan Toni, tapi ia merasa ada sesuatu di dlm dirinya.
Perasaan yang aneh, dimulai dari jantungnya yang berdetak lebih keras lebih
cepat menjalar ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk
impuls yang semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya
mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua itu
berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Toni sedang mengamatinya dgn matanya yang
menyala oleh birahi. Toni mengambil nafas sejenak. Ditatapnya liang kewanitaan
Rani dgn rambut kemaluan yang tumbuh tak beraturan. Setelah itu dilanjutkannya
lagi jilatan sekitar klitoris Rani. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang
kewanitaan belia sekarang milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.
Sekarang aku
bahkan menggigitnya. Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dgn
caraku, dgn nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh
nafsuku. Akan kutaburi tubuhnya dgn spermaku. Akan kuberi cairanku yang akan
menyatu dgn dirinya sesampai ia akan selalu terkotori oleh nodaku. Toni semakin
liar dan segera menghentikan tindakannya saat Rani mulai mengejang. Dibukanya
cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke permukaan liang kewanitaan
Rani. Dgn mudah dimasukkannya batang kejantanannya perlahan-lahan senti demi
senti, sambil mengulum dan meremas payudara kenyal Rani. Lalu dibenamkan semua
batang kejantanannya. Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan
maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Toni mendengar suara Rani hanya,
“Ssh.. sh..”
terputus-putus. Lalu diangkatnya pinggul Rani. Dipercepat gerakan pinggulnya
sendiri sampai tubuh Rani melengkung kaku. Kini saatnya.. Toni mengeluarkan
spermanya sambil menekan dlm-dlm.
15 menit
sesdh itu.. Rani menggigit ujung seragamnya yang lusuh, sementara Toni
merapikan rambutnya. Oh puas, dan aku sekarang benci sekali dgn gadis ini,
gadis belia yang ternoda. Diambil KTP dari saku Rani lalu sambil diselipkan ke
dompet ia mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Rani.
“Ini buat kamu. ” Rani menolak sambil terkaget- kaget.
“Aku bukan
gadis bayaran Ton..” katanya sambil mulai menangis.
“Aku sayang
kamu Tonii..” sambil terisak-isak.
“Tapi aku
tidak sayang kamu, ” kata Toni sambil meletakkan uang itu di dlm tas Rani, lalu
Toni keluar.
Dlm guyuran
hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Rani keluar.
“Lalu lintas
akan lancar. Aku harus pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Ran.. thanks
ya?!” Rani berteriak histeris sambil lari keluar.
Toni kembali
ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke
depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar