>>>SINGAPOREPOOLS<<<
ANGKA MAIN : 9 7 1 8
TOP 2D : 09 17 21 38 49
CADANGAN 2D : 59 67 71 88 99
TOP SHIO : Kambing Naga Babi
COLOK BEBAS : 1 7 8
AS : 0 1 2
KOP : 4 5 6
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Namaku Erick, tentunya bukan nama
asli dong. Aku tinggal di suatu kota yang kebetulan sering dijuluki sebagai
kota kembang pengalamanku ini terjadi mungkin kira- kira 2 tahun yang lalu.
Sebut saja Indi , dia adalah tunangan temanku yang bernama Edi yang tinggal di
Jakarta, yang mana pada waktu itu Edi harus keluar kota untuk keperluan
bisnisnya. Oh ya, Edi ini punya adik laki-laki yang bernama Deni, dimana
adiknya itu teman mainku juga. Kalau tidak salah, malam itu adalah malam
minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar.
Tiba-tiba telpon di rumahku
berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya
di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena
di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi
pula aku ingin tahu tunangan
temanku itu seperti bagaimana rupanya. Tidak lama kemudian Deni datang, karena
rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.
“Hei Rick..! Aku langsung pergi
nih.. mana kuncinya..?” kata Deni. “Tuh.., di atas meja belajar.” kataku,
padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku. “Oh ya Rick..,
kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah
nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..,” kata
Deni sambil tertawa kecil. “Erick..,” kataku sambil menyodorkan tanganku.
“Indi..,” katanya sambil tersenyum. “Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam
hati. Jantungku langsung berdebar- debar ketika berjabatan tangan dengannya.
Bibirnya sensual sekali, kulitnya
putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..!
Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar. “Heh..! Kok malah bengong Rick..!” kata
Deni sambil menepuk pundakku. “Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku. “Rick,
aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!”
ucap Deni sambil langsung pergi. Indi hanya tersenyum saja. “Sialan lu Den..!”
gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti
orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga
akhirnya. “Mo minum apa Ndi..?” kataku melepas rasa maluku. “Apa aja deh Rick.
Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum. “Bisa juga bercanda nih
cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi
untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak
menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi
tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar
kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi,
padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
“Udah deh Ndi.., mungkin
rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok
bijaksana. “Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa
kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap
Indi dengan nada kesal. “Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu
salah,” kataku. “Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah
ngomongin Dia lagi..!” potong Indi. “Terus mau ngomong apa nih..?” kataku
polos. Indi tersenyum mendengar ucapanku. “Kamu udah punya pacar Rick..?” tanya
Indi. “Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku
sedikit berbohong. “Ah bohong Kamu Rick..!” ucap Indi sambil mencubit lenganku.
Seerr..!
Tiba- tiba aliran darahku seperti
melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah.
Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung
pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi
dia langsung menarik tanganku. “Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?”
katak u pura-pura bodoh. “Rick, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Indi seperti
memelas. “Iyaa.., ada apa Ndi..?” jawabku. “Aku.., Aku.. pengen bercinta
Rick..?” pinta Indi.
“Hah..!” kaget juga aku
mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam
yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu
kepadaku. “Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat meneruskan
kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia
membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya
bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu.
Walaupun ini mungkin bukan yang
pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama
kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal. Begitu lembut dia mencium
bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, “Aku pengen bercinta sama Kamu,
Rick..! Puasin Aku Rick..!” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian
leherku, “Aahh..!” aku mendesah. Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku
akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku,
kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga
mulutku.
Akhirnya ciumannya kubalas juga,
gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman,
kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri
lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan, “Aahh Rick..!”
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke
belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya,
dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya
lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang
sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi
sakitnya sakit nikmat. “Rick.., buka dong bajunya..!” katanya manja. “Bukain
dong Ndi..,” kataku. Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing
kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur.
Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku hanya bisa
mendesah karena nikmatnya, “Akhh.., Ndi.” Kemudian Indi mulai membuka sabukku
dan celanaku dibukanya juga.Akhirnya tinggal celana dalam saja.
Dia tersenyum ketika melihat
kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku
sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan
perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan
penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku,
rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan
kemaluanku ke dalam mulutnya. “Okhh.. nikmat sekali,” kataku dalam hati,
sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot. Indi sangat menikmatinya, sekali-
sekali dia gigit kemaluanku. “Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak
meringis.
Indi seperti tidak mendengar
ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya. Mendapat
perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,”Ndi,
Aku mau keluar.. akhh..!” Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku
lebih keras lagi, hingga akhirnya, “Croott.. croott..!” Aku menyemburkan lahar
panasku ke dalam mulut Indi. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak
ngilu juga tetapi nikmat.
Setelah cairannya benar-benar
bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri,
sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi
bibirku. “Puasin Aku Rick..!” katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia
menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya,
kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang
telinga kirinya. Dia mendesah keenakan, “Aahh..!” Mendengar desahannya, aku
tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya.
Kujilati putingnya yang sebelah
kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil
kadang kupelintir putingnya. “Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!”
desahnya mulai tidak menentu. Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser,
kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar
pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit
kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu
adalah klitoris. Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang
kehabisan air.
Kemudian aku mulai menjilati
bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali
apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot
klitorisnya. “Aakkhh.. Rick..,” Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah
orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku.
Mungkin ini pengalaman pertamaku
menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja
menjilati dan menyedot klitorisnya. “Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!” pinta
dia dengan wajah memerah menahan nafsu. Aku yang dari tadi memang sudah menahan
nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya,
kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya. “Udah dong Rick..! Cepet
masukin..!” katanya manja. “Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.”
kataku dalam hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya
menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan
sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah
merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
“Bless..!” akhirnya kemaluanku
terbenam di dalam liang kemaluan Indri. “Aaakkhh Rick..!” desah Indi. Kaget
juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi. Aku
mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil
meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu
kuhisap puting susunya. “Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Indi
sambil tangannya memegang kedua pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba-
tiba tubuh Indi mengejang, “Aaakkhh.. Eriicckk..!” Ternyata Indi sudah mencapai
puncaknya duluan.
“Aku udah keluar duluan
Sayang..!” kata Indi. “Aku masih lama Ndi..,” kataku sambil masih menggenjot
tubuhku. Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan,
kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan
pantat Indi. “Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Indi hanya
tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami
berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak
kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini. “Aahh Ndi..,
Aku hampir keluar..,” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Rick..! Kita keluarin
sama- sama ya Sayang..!” kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol
itu. Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan
Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, “Aaakkhh..,
Ericckk..!” jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku. “Aakhh, Indii..,
Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Indi. Kami terdiam beberap
saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Rick..!” puji
Indi. “Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan.
Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik
tunangannya Indi keburu datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar