>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 0 6 1 8
Top 2D : 01 16 20 38 41
Cadangan 2D : 51 60 76 81 98
TOP SHIO : Kerbao Harimau Tikus
COLOK BEBAS : 1 6 8
AS : 2 3 4
KOP : 5 7 9
KEPALA : Kecil / Ganjil
EKOR : Besar / Genap
Aq pulang kampung dari majikanku di kota, hampir 8 bln aq
menganggur di kampung, dan aq hanya bisa membantu ibuku masak dan pergi
keladang, aq juga disuruh untuk segera menikah, tapi laki-laki yg ada
dikampungku nggak begitu menarik hati, kalau terpaksa menikah dengan laki-laki
yg ada dikampungku, sama saja tak jauh beda dengan ibuku nasibku.
Maka aq segera mencari lowongan kerja di koran. Namun dengan
ijazahku yg hanya SMP lowongan yg susai hanya PRT. Setelah pamit dan berbekal
tekad yg menggebu-gebu aq pun menuju ke alamat salah satu pemasang iklan yg
tinggalnya di kota terdekat dengan desaku.
Rumah itu besar dan mewah. Kutekan bel di pintu gerbang dan
keluarlah seorang perempuan 40 tahunan. Yg membuatku terkejut, ternyata ia
berwajah seperti artis india yg sering kulihat di TV. Ada tanda titik di
dahinya.
“Apakah benar di sini mencari pembantu rumah tangga, bu?”
tanyaku.
“Iya benar, dik”
“Saya mau melamar, bu” sambungku. Ia menamatiku sebentar.
“Mari masuk dulu, dik” ajaknya.
“Nama kamu siapa? Dan kamu dari mana, dik?” tanyanya.
Aq pun menjelaskan diriku apa adanya, kecuali tentu saja
pengalamanku 3 thn menjadi PRT pak N.
“Baiklah, kamu saya terima bekerja di sini, Nis. Dengan gaji
450 ribu sebulan, tapi kamu harus menjalani percobaan selama 1 bln. Kalau tdk
ada masalah akan saya pakai terus. Bagaimana>” katanya.
Aq pun langsung mengangguk, soalnya gaji 450 ribu buat
seorang pembantu sangat tinggi menurutku.
Dulu pak N pun aq hanya di gaji 300 ribu, tentu saja di luar
‘tips (baik berupa uang maupun barang)’ yg kuterima karena pelayan sex ku.
Kamarku di bagian belakang. Setelah istirahat sejenak, akupun
mulai membantu pekerjaan ibu tadi yg namanya ternyata Hesti, seorang keturunan
India. Menurutnya ia tinggal di situ bersama suami dan 2 anak laki-lakinya yg
buka toko konveksi.
Seminggu bekerja di situ, aku mulai mengenal anggota
keluarganya. Suami Bu Hesti bernama Pak Ranu, dan dua anaknya laki-laki Zaki
dan Arga. Kalau melihat mereka sekilas aku jadi ingat artis Syahrukh Khan.
Ganteng dengan tubuh tinggi tegap atletis dengan bulu-bulu di
dadanya. Orang India memang terkenal cantik dan ganteng. Akupun semakin suka
pada keluarga itu karena mereka ternyata ramah. Bahkan tak jarang aku diajaknya
makan malam bersama semeja.
“Minumlah ini madu India, supaya kamu gak gampang cape,” ajak
Bu Hesti pada suatu acara makan malam bersama sambil memberiku segelas minuman
berwarna kuning emas. Aku ragu-ragu menerimanya. Sementara anggota keluarga
lain sudah mengambil segelas masing-masing.
“Ini memang minuman simpanan kami, Nis. Tdk boleh terlalu
sering diminum, malah tdk baik. Dua minggu sekali cukuplah soalnya pengaruhnya
luar biasa.. ha.. ha.. ha..!” Sahut Pak Ranu disambut tawa Zaki dan Arga.
“Kamu akan rasakan khasiatnya nanti malam, Nis,” sambung Zaki
tanpa kuketahui maksudnya. Lagi-lagi disambut tawa mereka sambil masing-masing
mulai minum, kecuali Bu Hesti. Akupun pelan-pelan mencicipnya.
Ada rasa manis dan masamnya. Memang seperti madu, tapi
setelah minum beberapa teguk aku juga merasakan badanku hangat malah agak
panas. Semua menghabiskan minumannya, maka akupun juga berbuat demikian. Baru
setelah itu kami makan malam.
“Tidurlah kalau kau cape, Nis,” perintah Bu Hesti setelah
kami selesai cuci piring jam 8 malam. Tdk biasanya aku tidur sepagi itu, tapi
entah kenapa aku merasa mataku berat dan perutku panas. Aku masuk kamar dan
rebahkan diri.
Tapi rasa panas di perutku ternyata malah menjadi-jadi dan
menjalar ke seluruh tubuhku. Aku tak tahan untuk tdk meremas toketku mengurangi
rasa panas itu. Kemudian juga meremas-remas seluruh tubuh sampai seputar bawah
pusar dan pahaku. Ingatanku segera melayang pada remasan-remasan Pak N.
Sudah cukup lama aku tak bersetubuh dengan laki-laki itu,
apakah sekarang ini tubuhku sedang menuntut? Gawat, pikirku, kalau benar itu
terjadi. Selama ini aku hanya melakukan hubungan seks aman dengan Pak N. Belum
pernah dengan pria lain. Belum habis pikiranku berkecamuk mendadak pintu
kamarku terbuka dan masuklah Pak Ranu. Buru-buru aku menghentikan kegiatan
tanganku.
“Kamu kelihatan sakit, Nis?” tanyanya sambil duduk di tepi
ranjangku.
“Eng.. eng.. tdk, pak,” sahutku pelan. Tapi Pak Ranu segera
tempelkan telapak tangan di dahiku.
“Benar, Nis, tubuhmu panas sekali. Kamu harus segera diobati.
Cepat telungkup, biar kupijat sebentar untuk menurunkan panasmu.
Jelek-jelek begini aku pintar mijat lo..” perintahnya. Dan,
mungkin karena aku merasa perlakuannya seperti ortu pada anaknya maka aku
menurut. Aku tengkurap dan sebentar kemudian kurasakan pantatku dinaikinya dan
punggungku mulai dipijat-pijatnya.
Tdk sebatas punggung, tapi tangannya juga ke arah pundak,
leher, pinggang malah bergeser-geser ke kiri-kanan hingga kadang menyenggol
sisi luar toketku. Aku diam saja, namun setelah aku merasa pantatku juga
ditekan-tekan oleh pantatnya, mulailah aku tak tenang.
Pengalaman seksku dengan Pak N membuatku dapat merasakan
manakala pria sedang naik nafsu syahwatnya. Demikian pula Pak Ranu saat itu.
Pijatannya tambah berani. Dia mulai meremasi tetekku dan pantatnya menekanku
keras-keras. Aku berontak namun tak berdaya.
“Pak! Jangan, pak!” seruku sambil berupaya menyingkirkan
tubuhnya. Tapi mana mampu aku melawan tubuh besar kekar itu. Selain itu entah
kenapa aku malah mulai ikut terangsang. Di antara perlakukan Pak Ranu
sekilas-sekilas aku juga ingat perlakukan seks Pak N padaku. Uugghh.. aakk..
aakkuu.. malah jadi terangsang.
Aku tak berontak lagi ketika dasterku ditariknya ke atas
hingga tinggal beha dan celana dalamku. Aku ditelentangkannya dengan posisi dia
tetap mengangkangiku. Dibukanya t-shirt yg dipakainya juga piyama tidurnya.
Dan.. gila aku melihat tonjolan besar di balik celana dalam
nya dan sejurus kemudian nampaklah si tongkat penggadanya yg panjang besar
sekitar 20 cm dengan diameter 4 cm! Behaku direnggutnya kasar demikian pula
celana dalamku. Tubuhku tak melakukan perlawanan apapun ketika ia menggumuliku
habis-habisan.
Dan.. bless langsung aku disodok dan digenjotnya. Aku ingat
pengalamanku dengan Pak N. Ingat bagaimana dia memerawaniku. Persis sama
perlakuannya dengan Pak Ranu. Aku tak habis pikir sewaktu pahaku malah menjepit
paha Pak Ranu dan.. menyambut gejokannya dengan putaran pinggulku. Syahwatku
ikut terbakar!
Entah berapa lama Pak Ranu terus menggenjotku keluar masuk
naik turun sambil mulutnya mengenyut-ngenyut tetekku. Aku hanya bisa
menggeleng-geleng kenikmatan dan kelojotan merasai badai hempasannya sampai aku
tak tahan lagi untuk menahan orgasme. Aku merinding lalu.. Cruut.. suur..
suur.. tubuhku berkejat-kejat menumpahkan mani.
Pak Ranu menggasakku lebih keras, tak peduli cairanku
memperlicin jalannya. Mungkin hampir tak terasa karena besar dan panjangnya tetap
mampu memenuhi liang V-ku. Sleebb slebb jlebb jleebb.. bunyi
tusukan-tusukannya.
Mungkin sekitar 30 menit telah berlalu ketika aku orgasme yg
kedua kali.. seerr.. seerr.. serr.. klenyer.. kembali aku terkejat-kejat sampai
belasan kali. Sejurus kemudian hentakan Pak Ranu sedemikian keras menekanku.
Dalam-dalam gadanya dibenamkan di V-ku lalu pantatnya berkejut-kejut sampai
belasan detik. Lalu diam terbenam. Dia ejakulasi. Nafas kami tersengal-sengal.
“Kamu hebat, Nis,” bisiknya sambil mencium bibirku,
“Nanti lagi, ya,” katanya tak kumengerti.
Ia bangkit, mengenakan pakaiannya lalu keluar membiarkanku
telentang telanjang di ranjang. Belum habis capeku digenjot Pak Ranu, masuklah
Zaki ke kamarku.
“Permainanmu hebat banget, Nis. Aku juga mau dong..” katanya
sambil mulai melepasi pakaiannya sampai bugil. Aku segera menutup tubuhku
dengan selimut, tapi tak berguna karena sesaat kemudian ia sudah menarik
selimutku juga tubuhku ke pelukannya.
“Jangan, Mas Zaki,” protesku tak berdaya.
“Tak apa, Nis. Papa bilang kamu sudah tak perawan lagi kan?
He he he..”
“Jangan, mas..” tapi suaraku hilang ditelan bibirnya yg
melumat ganas bibirku. Tangannya liar merayapiku sambil mendorongku kembali
terjelepak di ranjang. Ciumannya menjalar menjulur dari bibir semakin turun.
Ke tetekku, putingku, perut, pusar, pubis sampai akhirnya
sampai di V-ku. Menelusup lincah memasuki gua garbaku. Mengobok-obok dalamnya.
Aku kembali teringat permainan Pak N. Namun yg ini lebih gila lagi.
Syahwatku jadi menggelegak mengikuti irama lidah Zaki. Dia
memutar tubuh sampai kami 69, mengangsurkan zakarnya ke mulutku. Gila! Lebih
panjang dan besar dibanding bapaknya. Tanganku tak mampu menggenggamnya dan
mulutku tak mampu menampung seluruhnya. Paling hanya separuh yg masuk.
Maka perlombaan menjilat dan menghisap pun dimulai. Kami
saling memuasi. Rasanya sampai berjam-jam waktu aku merasa harus menumpahkan
maniku dan dijilatinya sampai tandas tuntas. Sementara milik Zaki masih tegar
tegang meski licin oleh ludahku.
Kemudian ia memutar tubuhnya lagi dan menusukkan pentungannya
ke memekku yg sudah agak kering. Preett..
“Iiih sakit, mas..,” desisku menggigit bibir dan memeluk
punggungnya karena terasa batang penisnya masuk begitu dalam sampai aku
kesakitan.
“Sabar, Nis. Sebentar lagi juga nikmat,” bisiknya.
Kupeluk punggungnya erat-erat ketika tubuhku terangkat karena
sodokannya. Shlleeb shleeb shleebb.. batang penis besar itu menumbukku bagaikan
alu menumbuk lesung.
Keluar masuk, naik turun, sampai cairan nikmatku mengalir
lagi sehingga rasa sakit pun berkurang. Dan kenikmatanku bertambah manakala
bulu dadanya menggesek-gesek putingku. Pahaku semakin menganga lebar. Mataku
terpejam-pejam menikmati remasan dan belaian tangan kekarnya di sekujur tubuh.
“Akh.. akhu mau keluar, Nis..” Lalu jreet.. jreet.. jroot.. jrot..
jrut.. pantatnya menyentak-nyentak. Tubuhnya kaku menegang ketika spermanya
menyemprot rahimku sampai basah kuyup. Semprotannya kuat sekali.
“Akk.. aku bisa hamil, mas,” desisku puas karena aku juga
orgasme lagi.
“Jangan kuatir, Nis, kami punya obat pencegah hamil,”
jawabnya sambil menggulirkan tubuhnya ke sisi. Dan.. belum Zaki turun dari
ranjang, si Arga sudah ganti menaikiku. Tubuhnya sama atletis dengan Zaki. Tapi
gayanya lebih liar.
Begitu Zaki keluar kamar, akupun diangkatnya supaya menduduki
batang penisnya lalu disuruh menungganginya kencang-kencang. Tangannya ikut
memegangi pinggangku dan melontarkanku naik turun. Zakarnya juga menyodok ke
atas setiap pantatku turun.
Gila! Tubuhku seperti mainan. Tangannya berpindah ke tetekku
dan meremasinya sampai aku mendesis-desis, antara sakit dan nikmat. Hancur
rasanya memekku digempur bapak dan dua anaknya yg batang penisnya berukuran
luar biasa. Dan.. aku kembali orgasme justru saat tubuhku dilontar ke atas,
sehingga punggungku agak meliuk ke bawah merasakan tersalurnya syahwatku untuk
kesekian kali.
“Sudah, mas, cukup..” pintaku karena kelelahan. Namun Arga
tak menggubris.
“Aku belum cukup, Nis. Kau harus bisa mengeluarkan spermaku
baru aku puas..” Dan lemparannya masih terus berlangsung hingga setengah jam
lagi.
Sampai akhirnya dia berhenti lalu tangannya menekan
pinggangku lekat-lekat ke zakarnya, kemudian terasa pantatnya melonjak-lonjak
menyemburkan cairan hangat. Lagi-lagi rahimku disemprot sperma hasil ejakulasi.
Tak terasa sperma bapak dan dua anaknya memenuhi lubang memekku.
Pintu kamarku terbuka dan masuklah Pak Ranu dan Zaki sambil
membawa segelas minuman. Keduanya telanjang.
“Minumlah ini, Nis, biar kamu nggak hamil,” Pak Ranu
menyerahkan gelasnya padaku. Akupun meminumnya tanpa pikir panjang, karena aku
benar-benar takut hamil dan haus sekali setelah melayani tiga majikan ini
berjam-jam.
Rasanya seperti minuman kuning yg tadi kuminum. Badanku jadi
hangat lagi dan.. gairahku bangkit lagi. Aku jadi sadar pasti minuman ini
dibubuhi obat perangsang. Tapi kesadaranku segera hilang ketika merasa tubuhku
ditunggingkan oleh Zaki. Kemudian..
Ya, malam itu secara brutal ketiga orang itu mengerjaiku
semalam suntuk tanpa istirahat sejenakpun. Mereka bergantian menyemprotkan
sperma di rahimku, di perut, wajah, mulut sampai telinga dan rambutku juga. Aku
mandi sperma.
Dan entah berapa kali akupun mengalami orgasme yg selalu
mereka telan bergantian. Tak jarang ketiga lubangku mereka masuki bersama-sama.
Lubang mulut, memek dan anusku. Tubuhku jadi ajang pesta mereka hampir 10 jam
lamanya, toh selama itu aku tak merasa capai. Mungkin gara-gara minuman berkhasiat
itu?
Pagi hari Bu Hesti datang dan menyeka tubuhku yg lemas
lunglai tak mampu bangun.
“Maaf, Nis. Aku sudah tak mampu melayani suamiku yg hiperseks
sehingga aku mencari orang pengganti,” ceritanya.
Mataku masih terkantuk-kantuk karena pengaruh obat perangsang.
“Moga-moga kamu betah disini, dan kami akan bayar berapapun yg kamu minta..”
lanjutnya.
“Aa.. apa sudah pernah ada pembantu yg dibeginikan, bu?”
tanyaku lirih.
“Sudah, Nis. Tapi kebanyakan hanya bertahan dua hari.. lalu
minta pulang. Aku harap kamu kuat, Y Nis. Aku akan sediakan obat-obatan
untukmu.. Ini minumlah obat untuk menguatkan dan membersihkan rahimmu,” dia
mengangsurkan sebotol obat yg namanya tak kumengerti karena berbahasa asing.
“Hari ini kamu boleh istirahat seharian,” lalu dia keluar
kamar.
Aku pun tertidur lelap. Baru siang hari bangun untuk mandi
dan makan. Bu Hesti melayaniku seperti anaknya sendiri.
Kami tak banyak berbicara. Selesai makan aku kembali ke
kamar. Membersihkan ranjang, mengganti sepreinya yg penuh bercak sperma dan mani.
Lalu aku tidur lagi. Sampai jam makan malam tiba dan aku diundang untuk makan
bersama lagi, dan minum cairan kuning emas itu lagi. Dan..
“Nis, kamu sudah kuat untuk melayani kami lagi nanti malam
kan?” Tanya Pak Ranu sambil senyum kepadaku. Aku bingung dan memilih diam.
“Kamu jangan kuatir hamil, Nis. Obat kami sangat mujarab,”
lanjut Zaki.
“Pokoknya selama di sini, kita mencari kenikmatan bersama
Nis,” sambung Arga sambil menyeringai nakal.
Jadilah, akhirnya hampir setiap malam sampai pagi aku melayani
ketiga ayah beranak yg gila seks itu. Untung staminaku, dibantu obat-obatan
pemberian Bu Hesti, cukup kuat untuk menanggung kenikmatan demi kenikmatan itu.
Hingga dua bulan lamanya aku “dikontrak” mereka, sampai
akhirnya mereka mulai bosan dan ingin mencari wanita lain. Aku diberi banyak
uang ketika meninggalkan rumah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar