>>> SINGAPOREPOOLS <<<
ANGKA MAIN : 3 6 2 8
Top 2D : 02 18 22 36 43
Cadangan 2D : 52 63 78 86 92
TOP SHIO : Kuda Babi Kelinci
COLOK BEBAS : 2 3 8
AS : 0 1 4
KOP : 5 7 9
KEPALA : Kecil / Genap
EKOR : Besar / Genap
Awal cerita begini, Warda namanya dia duduk di sofa yang
sedang meminum air dari gelasnya, , tanya kepada Warda, “sudah selesai belum,
Naura yang sedang duduk didepannya sedang mengerjakan tugas di rumah Warda,
“bentar lagi ini juga mau selesai tugasnya “ jawab Naura
Warda mengamati roman Naura yang serius menyembunyikan
tugasnya. Walaupun berambut cepak cepak sebagaimana lelaki, akan tetapi Naura
uniform tak dapat menyembunyikan kebaikan wajahnya, yang ditunjang sambil
tubuhnya yang langsing secara sepasang tetek yang pas besar, tumbuh lebih lekas
daripada para gadis famili 1 SMP sebayanya.
Warda memang punya tanda tersendiri bersikap mengajari Naura
matematika dalam rumahnya saat ulangan biasa ini. Walaupun menjadi korban
banyak pemuda di sekolahnya, tak satu pun memperoleh sambutan dari Warda.
Pasalnya gadis mempesona berambut berjarak yang segera
berkembang cukup umur dan mulai dari mempunyai kakas seksual itu ternyata tak
tertarik menurut lawan macam, ia lebih menyukai bertanding dan bersengkarut
dengan sesama gadis.
Tatkala Naura, adinda kelas yang memang telah lama ia sukai
itu meminta Warda yang kadang terkenal menyimpangkan pintar di antara murid-murid
famili 2 untuk mengajarinya matematika, Warda tak menyia-nyiakan teknik Emas
itu. “Udah nih! ” memotong Naura serempak, menyentakkan Warda dari lamunannya.
Warda menyimak Naura yang mengacungkan lektur di depannya
sambil tersenyum, lesung pipitnya tercetak demikian dalam pada pipinya yang
putih terbuka itu, menghasilkan wajahnya sebagai semakin mendongkolkan. Sambil
mengambil buku tersebut, Warda mencoret jauh-jauh pikirannya yang rugi ke
mana-mana, “Sini hamba periksa! ” tukasnya.
Kental selesai Warda memeriksa telatah “muridnya” tersebut
ketika serempak ibunya terbit di celah tamu memaparkan bahwa ia akan mengikuti
ayah Warda ke pangkalan sambil mengangkat adik Warda yang tetap kecil, dan
kemudian dari kian langsung sampai Sukabumi olehkarena itu ada dulur mereka
yang sakit muluk.
Warda diminta menjaga graha baik-baik bertepatan Iroh, si
pembantu keluarga. Telah terpelajar mandiri mulai kecil, Warda tak merasakan
berat beserta keadaan tersebut. Tak lelet, ibu serta adiknya menghindar naik
taksi dan Warda pun menyimpan memeriksa pendidikan Naura. “Lumayan, cuma wahid
yang khilaf.
Lu cepet ngerti pula ya,? ” perintah Warda. Naura tersenyum
takut-takut mendengar tepuk tangan ini, dan kemudian pamit untuk pulang
olehkarena itu hari sudah biasa menjelang silam.
“Eh, tanpa dulu dong! Emanng yang salah tersebut nggak
rencana dikoreksi lepas? Sekalian deh aku jelasin kesalahannya, agar lu ngerti,
” perintah Warda.
“Tapi entar hamba pulang kemalemann, Fan, ” jawab Naura
bingung. “Gini aja. Sira telepon saja nyokap sira. Bilang sira nginep disini
malem tersebut. Sekalian nemenin aku, ” balas Warda.
Walaupun ucapan bicaranya sepatutnya, dalam membenang Warda
luar biasa berharap Naura menyambut usulnya ini. “Kalo dikasih, ye? ” elakan
Naura menghasilkan Warda lapang dada.
Naura yang mengagumi uda kelasnya yang cantik serta pintar
tersebut sebenarnya benar-benar senang diajak menginap. Oleh sebab itu ia pula
biar menelepon di rumahnya serta ternyata formal untuk menginap.
Dengan semarak, Warda memangku leher Naura, dan mengajaknya
ke meja makan untuk makan silam. Lengannya tanggal dengan rileks kalem di segi
Naura tengah mereka lari. Cerita Seks Bergambar
Walau tampil santai, sedianya Warda luar biasa berdebar-debar
mereguk buah dada pelan adik kelasnya ini bergesek-gesek dengan tangannya.
Tapi apa-apa lacur, reses tak rumpang membuat Warda terpaksa
melepas rangkulannya. Jadi makan, tersebut pun melanjutkan pelajaran beserta
serius, terlintas Warda pula biar melupakan kegemparan gairah sedikit yang
pernah ia rasakan.
“Udeh lepas ye, Fan? ” undangan Naura sehabis sekitar 1, 5
weker belajar, “Otak aku udeh butek nih!
” lanjutnya setengah menunggu. “Iya deh. Aku pula udah lejar,
” elakan Warda, “Yuk ah! ” katanya serta berdiri menyimpan buku-buku pada meja
mencopet.
Mereka menyesar ke ruang Warda serta Naura tepat
menghenyakkan tubuhnya di tilam sementara Warda sendiri hidup di status meja
belajarnya. Mereka mengoceh tak tetap arah kurang lebih saat begitu akhirnya
petunjuk obrolan entah kenapa start menyinggung di arah yang sensitif.
“Ooh, jadi sira udah menstruasi? ” perintah Warda, dan
kemudian dilanjutkan, “Jadi udah sejahtera cowok dong? ” “Tapi aku tetap males
mencekau pacar. Cowok-cowok pada kerokot sih! Nggak demen hamba! ” balasan
Naura.
Warda yang merasakan mendapat siklon langsung menyasarkan
pembicaraan. “Lha, aku kirain toket sira gede olehkarena itu sering
dipegang-pegang ama tambatan hati lu. ”
“Enggak lagi. Ini Mamak dari sononya begini, ” jawab Naura
sambil menyimak buah dadanya,
“Kayaknya agaknya Emang sanak saudara, keluarga hamba yang
putri toketnya Mamak gede-gede. ”
Warda yang mulai gembur dengan petunjuk pembicaraan tersebut
merasa merekam jalan serta terus menjepit. Ia merintis kaosnya, mengucapkan
mini atur menutupi risiko dadanya yang sedikit, walaupun tampil mulai
berkembang.
“Kayaknya toket aku nggak gede-gede deh, ” ujarnya sambil
melurut mini atur dari dadanya, menampilkan putingnya yang mempunyai warna
coklat lembut, “Aku pengen segede memiliki lu, Em. ” Naura terhenyak mengamati
kakak kelasnya dengan rileks kalem bertelanjang segi di depannya.
Seumur kehidupan ia belum pernah mengamati wanita terbuka,
bahkan ibunya sendiri. Warda melanjutkan serangannya. “Coba deh lihat toket lu.
” Naura tambah terbelalak.
“Ah, malu ah aku! ” “Idih, ngapain malu lagi! Kan nggak ada
bujang, ” memotong Warda, “Ayo buka saja.
” Taksiran bingung tapi bangga beserta perhatian si kakak
kualitas, Naura pula biar akhirnya melurut kaos daripada tubuhnya, mengucapkan
BH bersih yang memeram buah dadanya.
Warda menyesar ke tilam dan hidup di tamat Naura, tepat
meraih serta melepaskan rompak BH Naura. Wajah Naura bersemu berma, apalagi
ketika Warda melepas BH-nya dan kemudian menarik lengannya, membalikkan
badannya hingga waktu ini mereka hidup berhadapan pada ranjang, sama-sama
bertelanjang segi. Naura tertunduk sementara Warda merasakan darahnya berdesir
pirsa pemandangan menawan sepasang susu berukuran 34 di hadapannya ini.
Warda menelan ludah berusaha menyetir[ki] pengalaman erotis
pertamanya tersebut. Ia melihat wajah Naura yang menghindari kontak mata
dengannya. “Em, lu kok malu sih? Toket lu bagus lagi. ” Naura melirik Warda,
“Segini sih kecil, Fan. Kakak aku pake BH nomor 36B. ” “Ya
dia kan udah kuliah, ” tukas Warda, “Untuk usia lu, toket lu tuh udah gede. ”
Wajah Naura semakin memerah dengan perasaan malu bercampur bangga akan pujian
kakak kelasnya yang cantik ini.
Sementara di lain pihak, Warda sendiri sNaurakin
berdebar-debar dan memberanikan diri melanjutkan eksperimen seksualnya. “Aku
pegang, ya? ” pinta Warda sambil menatap Naura. Gadis manis berambut cepak ini
ternyata masih belum berani menatap Warda dan tak memberi jawaban apa-apa.
Warda menganggap Naura tak menolak dan segera meraih dada
adik kelasnya ini. Naura menggigit bibir. “Hi hi hi hi hi.. ”
Naura terkikik saat Warda mengelus-elus buah dadanya dengan
jantung berdebar-debar, “Geli, Fan! ” lanjut Naura lagi. “Aku mau ngerasain
juga dong! ” tukas Warda sambil meraih tangan Naura dan menuntunnya ke arah
dadanya.
Naura kembali menggigit bibir, namun tak memberikan
perlawanan. Tangannya menyentuh puting Warda dan ia pun menggerakkan tangannya
berputar-putar meraba buah dada Warda. Naura terpesona saat ia melirik wajah
kakak kelasnya ini dan tampak Warda memejamkan mata sambil menggigit bibir.
Tampak sekali bahwa Warda sangat menikmati sentuhannya. “Enak
ya, Fan? ” tanya Naura setengah bingung, Warda hanya menganggukkan kepala tanpa
membuka mata, “Coba lu raba aku lagi dong, ” pinta Naura penasaran.
Kedua gadis itu pun saling meraba buah dada masing-masing
beberapa saat. Tampak Warda sangat menikmati sensasi seksual pertamanya ini.
Kulit telanjang mereka sama-sama tampak merinding. Warda melepaskan tangannya
dari dada Naura, lalu menghela napas panjang, menikmati dengan sepenuh hati
rangsangan gairah pertamanya ini, sementara Naura kembali terkikik geli.
Warda bangkit dan menarik lengan Naura agar mengikutinya
berdiri. “Lu mau tahu nggak rasanya kalo pacaran ama cowok? ” tanya Warda yang
membuat Naura bingung tak mengerti. Warda melanjutkan,
“Aku juga belom pernah. Kita cobain yuk?! ” Naura sNaurakin
tak paham maksud Warda, namun diam saja saat Warda membungkukkan badannya dan
langsung mengulum puting Naura dengan lembut.
Naura tersentak dan sontak mundur sambil mendorong kepala
Warda, “Gila lu, Fan! Geli lagi! Lihat tuh aku sampe merinding! ” tukas Naura
menunjukkan seluruh kulit tubuhnya yang mNaurang berbintik-bintik merinding.
Tetap dalam posisi membungkuk, Warda melirik sang adik kelas
sambil berkata, “Namanya juga baru nyobain. Lu rasain aja dulu. Kata orang-orang
enak. ”
Warda merengkuh pinggang Naura dan menariknya mendekat,
sementara Naura yang kebingungan dengan pengalaman pertama yang baginya sangat
aneh ini tak kuasa melawan.
Dengan jantung berdebar penuh perasaan yang tak bisa
dijelaskan dengan kata-kata, Warda kembali menempelkan bibir mungilnya yang
basah itu pada puting Naura dan dengan lembut mNaurasukkan puting berwarna
gelap itu ke dalam mulutnya.
Ia mengulum puting Naura dengan lembut sementara Naura
menggigit bibir menahan rasa geli hebat yang kembali membuat seluruh tubuhnya
merinding. Tak lama hingga Naura merasakan rasa geli berubah menjadi perasaan
berdesir yang tak ia pahami dan tak bisa ia jelaskan.
Setiap hisapan Warda memberikan sNauracam perasaan tersetrum
ringan yang nikmat dan lenguhan kecil terlepas dari bibirnya tanpa terkendali,
“Uhh.. ” Terkesiap mendengar ini, Warda menghentikan hisapannya dan bangkit
menatap Naura, “Enak ya, Em? ” tanyanya dengan polos dan tulus.
Naura tak bisa menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.
“Terus terang, aku juga suka banget ngisepin pentil lu, ” lanjut Warda lagi,
“Aku nggak bisa jelasin perasaan aku, tapi pokoknya enak banget deh, terangsang
banget. ” Naura kembali hanya mengangguk tanpa bisa bicara.
Kini Warda menarik lengan Naura dan mendudukkannya di pinggir
ranjang, sementara ia sendiri berlutut di lantai, “Aku terusin ya? ” katanya
lembut. Tanpa menunggu jawaban dari Naura, Warda langsung kembali mendaratkan
bibirnya di klitoris adik kelasnya yang kekhawatiran itu serta kembali
mengulumnya, kali ini beserta gairah yang sNaurakin bertenaga dalam dadanya
sendiri.
Beserta refleks, Warda mulai mNaurainkan lidahnya di dalam
puting Naura, membuat Naura terpekik lumpuh sambil serempak kedua tangannya
mencengkeram kepala negeri Warda. Tapi kali ini Naura tak menyandung Warda.
Meskipun ia sekiranya seperti memikat kepala Warda agar mencucut dan menjilati
putingnya sNaurakin keras.
Warda sendiri luar biasa menikmati jiwa yang sNaurakin
meledak-ledak di dirinya, disematkan reaksi Naura yang membuatnya sNaurakin
terangsang, hingga memotong dan bibirnya sNaurakin sadis menjilati serta
menghisapi klitoris Naura.
“Ohh.. ” Naura mendesah tanpa ia sadari. Warda pula biar
melepas mulutnya dari susu Naura, menghasilkan kekecewaan serta rasa termenung
terbersit pada wajah Naura.
“Gantian dong, Em, ” kata Warda, “Kayaknya sira nikmatin
sungguh. Aku kendi juga rencana ngerasain, ” lanjutnya beserta perasaan padat
pengharapan serta antisipasi.
Naura tentunya mNaurahami ini meskipun merasa luar biasa aneh
mesti menghisap susu sesama perempuan, namun sehabis ia mereguk kenikmatan
serta rangsangan jiwa yang pertama kali ini ia rasakan, ia tahu Warda pasti
bakal merasakan kesedapan yang sama.
Oleh sebab itu kini Warda duduk pada pinggir tilam dan Naura,
masih wajar duduk pada pinggir tilam, membungkukkan awak dan start mengulum
serta menghisap klitoris Warda. “Ngghh.. ” lenguhan Warda tepat meledak
demikian bibir becek Naura mencucut putingnya yang sedikit dan afiat itu.
Pacar Warda tertutup rapat provisional darahnya meramas
jantung oleh stimulan dan kesedapan hebat yang baru saat ini ia rasakan. Tahu
uda kelasnya merasai ini, Naura sNaurakin santai dan melanjutkan hisapan serta
jilatannya di dalam puting Warda, bahkan sNaurakin lama sNaurakin liar serta
ganas, menghasilkan Warda tertekan mencengkeram kepala negeri Naura serta
merintih-rintih menyudahi gairah,
“Aaahh.. ahh.. Emm.. Enak Emm.. ” Naura sendiri tidak
menyangka bakal menikmati kepandaian ini, menggamit tubuh Warda dan sNaurakin
menjadi-jadi menghisapi puting Warda. “Ohh.. ohh.. ohh.. terhambat.. stop..
terhambat dulu Em.. ohh.. Emm.. ” desah Warda.
Salah tingkah dan waham tindakannya khilaf hingga Warda tak
lagi menikmati tersebut, Naura keluar menjilati klitoris Warda serta menatap
uda kelasnya yang terengah-engah beserta wajah berma padam padat birahi
tersebut,
“Kenapa, Fan? Nggak segak, ya? ” tanya Naura bingung. “Gila
lu! Tenteram banget lagi, ” balasan Warda,
“Cuma aku berasa aneh nih, Em. Sepertinya celana dalem aku
makin basah deh. ” Naura terbeliak sNaurakin bingung mengikuti itu. “Mungkin
saking nikmatnya aku berkemih dikit pada celana kesempatan, ” liat Warda
sama-sama tak menginterpretasikan.
Warda tepat bangkit muncul dan melepas celana pendeknya, lalu
menjamah celana dalamnya, “Tuh kendi! Bener becek! ” tukasnya lalu ia mencium
tangannya yang pertama ia mengenakan meraba selangkangannya itu,
“Tapi bukan berkemih nih, Em. Nggak hancing tuh! ” ujar Warda
yang dilanjutkannya dengan melurut celana dalamnya hingga waktu ini ia
benar-benar telanjang kuat berdiri lepas Naura.
Warda memeriksa serawal dalamnya serta mendapatkan lumayan
lendir suci melekat pada celana dalamnya. “Ih, bener, bukan berkemih, Em.
Lendir nih! ” tukas Warda sambil mengikuti ke petunjuk Naura serta terkejut
mengamati Naura tampil duduk beserta gelisah serta menggerak-gerakkan pahanya
dengan pacar tampak menusuk. “Naah, sira juga becek ya, Em? ” hunus Warda
mencengangkan Naura!
Spontan Warda memikat lengan Naura hingga ari kelasnya
tersebut berdiri pada depannya, dan kemudian dengan segera Warda membuka celana
ringkas sekaligus selampit Naura yang masih terlalu kebingungan terlintas tak
berbuat perlawanan. Warda menarik serawal Naura roboh dari pergelangan kakinya
dan kemudian kembali muncul dan menampilkan lendir suci yang juga ditemui di
sesi dalam selampit adik kelasnya yang menawan itu.
“Tuh lihat, sira juga menongol lendirnya, Em. ” Naura hanya
senyap sementara Warda sNaurakin bergerak pada produk seksual tersebut yang
ternyata berkembang rumpang melebihi perkiraannya.
Dengan semampai kurang lebih 160-an cm serta berat sekitar 45
kg, Warda serta Naura benar-benar tampak diantaranya sepasang kenya cilik,
sama-sama telanjang kuat, berdiri berseberangan, menjelajahi kepandaian seksual
mula-mula mereka yang membingungkan, tapi menggairahkan sekali lalu memberi
kesedapan hebat.
Warda melempar ke-2 celana dalam di lantai serta mengulurkan
tangannya ke selangkangan Naura. “Ngghh.. ” Naura melenguh jenjang selagi
setruman gairah mahir meledak di dirinya ketika jari Warda menyentuh perkataan
vaginanya yang basah tersebut. Lututnya suwir terasa lNauras dan kepalanya
terasa mudah melayang.
Mengamati tNaurannya ragu-ragu, Warda tepat merangkulnya
serta menuntunnya meleset duduk pada ranjang. Warda sendiri hidup di sanding
Naura, memangku pundak Naura dengan sisi tangan dan kemudian tangan satunya
kembali melanjutkan meraba tempik Naura.
Diiringi desah jiwa Naura yang sangat merangsang pada telinga
si kakak kualitas, Warda menggosok-gosokkan jarinya beserta lembut pada
sepanjang perkataan vagina Naura yang sNaurakin lama tampil sNaurakin mencekah,
menampilkan ketuat merah muda afiat dan basah sang perawan cilik. “Hhh.. Fan..
ohh.. ngghh.. mmhh.. ”Warda sNaurakin terangsang dan sNaurakin berani.
Ujung jari tengahnya ia masukkan ke dalam vagina Naura dan ia
gerakkan menggesek daging segar vagina Naura yang sNaurakin lama sNaurakin
banyak mengeluarkan lendir bening itu dari bawah ke atas, hingga menyentuh
klitoris Naura yang mulai mencuat. “Ngk! Ahh.. ” Naura terpekik menggairahkan
saat jari Warda mencapai klitorisnya.
Warda terkejut namun sNaurakin terangsang melihat reaksi
nikmat sang adik kelas. Wajah menggNauraskan Naura tampak sNaurakin
menggairahkan dengan mata terpejam menikmati sentuhan lembut Warda.
Mempertahankan kelembutan tekanannya, jari Warda sNaurakin
cepat menggesek vagina dan klitoris Naura, membuat Naura mendesah dan merintih
tak terkendali.
“Hhh.. hh.. ngh.. nghh.. mm.. mm.. ohh.. ” Sementara vagina
Warda sendiri sNaurakin basah oleh lendir gairah, Warda sNaurakin terangsang
melihat kenikmatan yang jelas-jelas ditunjukkan Naura di wajahnya, ia pun
sNaurakin bergelora dan membungkukkan badannya dan kembali menjilati dan
menghisap puting Naura dengan liar dan bernafsu.
“Ohh.. ohh.. ohh.. Fann.. gillaa.. ohh.. ennak Fan.. mmhh.. ”
“Sllrrp.. sllrrpp.. klcp.. klcp.. sllrrpp.. klcp.. mm.. klcp.. klcp.. ” “Mmm..
mm.. mm.. nghh.. nghh.. Faann.. Faann.. Fann.. oh.. oh.. oh.. oh.. ” Desahan
dan rintihan Naura yang dipenuhi kenikmatan sNaurakin terdengar liar dan tak
terkendali, sementara Warda yang sNaurakin terangsang menggesekkan jarinya
sNaurakin liar di vagina perawan Naura dan lidah dan bibirnya melahap puting
Naura dengan sNaurakin bernafsu.
Naura sendiri merasa gelombang kenikmatan memuncak dalam
dirinya dan suatu perasaan seperti kesemutan merebak perlahan-lahan ke seluruh
tubuhnya. Dengan nafas tersengal-sengal, Naura mencengkeram erat kepala Warda
dan menekannya keras ke buah dadanya, lalu dalam suatu ledakan kenikmatan yang
terasa bagaikan tak berujung,
Naura memekik tertahan saat perasaan kesemutan dalam tubuhnya
meledak menjadi setruman kenikmatan puncak yang membuat cairan kental tumpah
deras dari dalam vaginanya, membasahi jari Warda yang masih liar
menggesek-gesek vaginanya.
“Aaakk! ” pekik Naura sambil dengan refleks menjepit tangan
Warda dengan kedua pahanya, sementara tangannya mencengkeram kepala Warda
sNaurakin keras dan kepalanya terdongak ke belakang dengan bola mata terputar
ke belakang penuh kenikmatan.
Warda yang berusaha menarik tangannya membuat jarinya kembali
menggesek vagina Naura dari bawah ke atas dengan gerakan sangat pelan, membuat
Naura kembali menikmati ledakan-ledakan kenikmatan yang terasa tak kunjung
habis, mNauraksanya menggigit bibirnya.
Akhirnya tangan Warda lepas dari jepitan paha Naura disertai
lenguhan panjang Naura yang mengakhiri kenikmatan puncak orgasme pertamanya,
“Ohh.. ” Warda menatap penuh rasa terpesona dan bergairah saat Naura ambruk
terlentang di kasur dengan mata terpejam dan nafas terengah-engah. Ia menyusul
berbaring di samping Naura dan memeluk tubuh sang adik kelas, langsung dibalas
pelukan erat Naura yang sangat menikmati pengalaman seksual indah ini. Keduanya
berpelukan erat, saling menikmati kenyamanan kehangatan tubuh yang lain.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka saling melepas pelukan
dan Naura tersenyum menatap mata Warda. Rasa cinta dan kasih sayang mendalam
tersorot jelas dari mata Naura. Warda mNaurahami perasaan ini dan mengecup
bibir Naura dengan lembut. Mereka lalu terkikik geli bersama-sama, lalu kembali
saling berpelukan erat dan Naura berbisik di telinga Warda, “Fan, aku nggak
ngerti perasaan aku saat ini.
Tapi rasanya aku nggak mau pisah dari elu. Aku rasanya
sayaang banget ama elu. ” Warda tersenyum dan membalas bisikan sang adik kelas,
“Aku juga sayang banget ama elu, Em. Lu jadi pacar aku aja,
ya? ” Walaupun tak pernah terpikir akan berpacaran dengan sesama wanita, namun
Naura tak bisa memungkiri perasaannya saat ini, “Iya, Fan. Aku mau jadi pacar
elu. Aku cinta ama elu. ”
Mereka melanjutkan berpelukan erat dan hangat selama beberapa
saat, lalu Naura melepas pelukannya dan berkata pada Warda. “Gila, Fan. Lu
bikin aku nikmat banget. Sekarang gantian ya, aku yang raba elu? ”
“Iya dong, aku juga mau ngerasain kayak elu. Tapi jari lu
jangan dimasukin ya? Kayak aku aja tadi, digesek-gesek aja. Aku takut
keperawanan aku sobek, ” balas Warda. Naura hanya mengangguk dan tetap dalam
posisi rebahan, ia membuka paha Warda hingga mengangkang lebar, membuka vagina
mudanya yang segar merekah, lalu mulai meraba-rabanya dengan jari tengahnya.
Tak memakan waktu lama bagi vagina Warda untuk kembali basah
penuh lendir gairah, apalagi saat Naura mendaratkan bibir dan lidahnya,
mempermainkan puting Warda yang mungil itu. Desahan dan rintihan Warda pun
akhirnya meledak menjadi pekikan penuh kenikmatan saat orgasme yang liar dan
lama, seperti yang dinikmati Naura, bergejolak dalam tubuh mungil Warda.
Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, Warda dan Naura
berpelukan mesra dan penuh kasih sayang, hingga akhirnya mereka tertidur pulas
hingga pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar